Share

Chapter 24 - Candu

Penulis: Keanz
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tuan, pemilik Town Cafe menawarkan harga yang tinggi jika kita ingin membeli cafenya."

Mike memberi satu berkas berisi harga cafe tempat Kimberly bekerja sesuai dengan lokasi dan bangunannya. Alan memang berencana untuk membeli cafe itu dan diberikan pada sang keponakan sebagai hadiah ulang tahunnya yang ke 21. Tak lama lagi Kimberly akan berulang tahun, dan Alan ingin memberikan hadiah spesial pada gadis yang kini tak lagi bisa ia pungkiri keberadaannya di hati pria itu.

"Aku tak peduli, bayar sesuai yang dia tawarkan. Aku hanya ingin cafe itu menjadi milik Kimberly. Dua bulan lagi dia akan berulang tahun. Aku mau sebelum hari ulang tahunnya tiba, cafe itu sudah beralih kepemilikan atas nama gadisku, Mike."

Sedikit terkejut mendengar Alan menyebut Kim sebagai gadisnya, Mike kemudian hanya bisa mengulas senyum tipisnya.

"Baik, Tuan. Saya akan mengurus semuanya. Saya pastikan sebelum hari ulang tahun nona Kim tiba, cafe itu sudah sah menjadi miliknya," janji sang asisten dengan penuh
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 25 - Firasat

    "Kau sedang apa, Kim?"Alan memangku kedua tangannya serta bersandar di dinding pantry. Pria itu tengah memperhatikan sang keponakan sekaligus gadisnya memperagakan kelihaiannya dalam memasak. Kimberly memang gadis manja yang tak pernah sekalipun memegang peralatan dapur, namun itu dulu, saat dirinya masih menjadi tuan puteri dari seorang pengusaha sukses sekaliber Dhaniel Batara. Kini, setidaknya sejak dua tahun silam ia telah berubah menjadi gadis yang terbiasa dengan pekerjaan rumah yang rutin dilakukan seorang ibu rumah tangga. Apalagi setelah dirinya bekerja di Town Cafe, Kimberly menjadi gadis yang tangkas di dapur."Kau sudah bangun? Aku sedang membuat sarapan untukmu, Om," sahutnya tanpa menoleh pada Alan."Ini sudah jam delapan, kau tidak bekerja?""Aku masuk siang. Hari ini temanku minta tukar shift, jadi aku bisa membuat sarapan untukmu dulu sebelum berangkat ke bandara."Alan tersenyum dan melangkah menghampiri gadis itu, "temanmu minta tukar shift? Atau kau yang minta, hm

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 26 - Bahagia itu tak Lama

    Sudah tiga hari berlalu sejak Alan mengatakan akan menemui Kanaya sebelum kembali ke Indonesia, namun tak ada kabar apapun dari lelaki itu. Pesan-pesan yang dikirimkan oleh Kimberly tak satu pun yang terkirim. ”Om, ada apa denganmu? Kenapa ponselmu tidak aktif? Aku mencemaskanmu.”-Kimberly"Bisakah kau fokus bekerja, Kimberly? Cafe ini menggajimu bukan untuk bermain ponsel setiap saat."Febby melayangkan kalimat sarkas pada gadis itu karena beberapa kali tertangkap tengah mengoperasikan ponselnya di saat jam kerja. Bahkan Kimberly pernah menumpahkan minuman pelanggan hanya karena ponselnya bergetar saat menyajikan pesanan di meja. Ia selalu berharap getaran itu berasal dari pesan yang dikirimkan Alan untuknya."Maaf.. aku-- sedang menunggu telpon penting," ucapnya."Bekerja dengan baik tak kalah penting dari telpon yang kau tunggu, Kim! Sekali lagi kulihat kau bermain ponsel saat bekerja, akan ku adukan pada pak Manager." Febby mengancam.Kimberly tak lagi menyahut. Ia sadar jika di

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 27 - Goresan Luka

    "Alan, kau sakit?"Kanaya tampak cemas melihat tunangannya terus memijit kening. Rasa lelah setelah terbang 27 jam lebih serta ketakberdayaannya untuk menepis kesedihan di mata Kimberly membuat kepala pria itu terasa ingin pecah. Yang ingin ia lakukan sekarang hanya memeluk gadis itu dan berkata jika ia mencintainya."Nay.. kembalilah ke kamarmu," pinta Alan."Tapi, kau--"Kanaya... please.. berikan aku waktu untuk bernapas. Dokter bilang kau masih harus banyak beristirahat. Jadi kembalilah ke kamarmu."Kanaya tak bisa membantah lagi. Ia tahu, kehadirannya disana yang membuat Alan kesulitan bernapas. Ia juga tahu pria itu memikirkan Kimberly yang mungkin kini tengah menangis di kamar. Namun lagi-lagi sikap egois Kanaya mendominasi. Wanita itu tak peduli dengan orang-orang yang terluka karena keegoisannya, karena yang terpenting baginya hanya keberadaan Alan di sampingnya."Baiklah, aku juga lelah. Kau jangan terlalu malam disini. Setelah pekerjaanmu selesai kembalilah ke kamar."Kanay

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 28 - Penantian yang tak Berujung

    Di kantornya Alan tak bisa fokus bekerja, bahkan mengikuti meeting bulanan pun pria itu lebih banyak diam dan hanya mendengarkan setiap laporan dari anak buahnya. Kini ia terduduk lesu di kursi kebesaran seorang CEO. Mike yang sejak pagi berada di satu ruangan dengan Alan terus mencuri lirik karena hari ini bosnya terlihat lebih pendiam dan tak banyak memberi perintah."Tuan, pihak RnD sudah memberi laporan tentang tryal yang mereka buat untuk produk baru kita, apa Anda ingin melihatnya?"Mike bicara sangat berhati-hati. Sikap dingin Alan justeru membuatnya sedikit canggung."Kau kirimkan saja ke emailku, Mike. Aku akan melihatnya nanti.""Baik, Tuan.""Mike..""Ya?" Pemuda itu dengan sigap menyahut."Apa... anak buahmu masih mengikuti Kimberly?" tanya Alan."Itu.. semenjak nona Kim protes kalau ia tak mau diikuti, saya sudah menarik semua anak buah saya, Tuan. Saat itu Tuan juga sudah menyetujuinya, kan?"Mike mengingatkan Alan agar dirinya tak kena muntahan amarah tuannya. Sejak Kim

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 29 - Reset

    Alan masih menyusuri jalan ibu kota yang sudah tampak sepi karena hampir tengah malam. Beberapa menit lagi hari akan berganti, namun Kimberly belum juga ditemukan. Mike dan anak buahnya pun tak ada yang memberi kabar, itu pertanda mereka pun belum berhasil menemukan keberadaan keponakannya."Dimana kau, Kim? Dasar gadis bodoh!"Pikiran-pikiran buruk silih berganti meracuni otak pria itu. Mengingat tindakan bodoh yang dilakukan Merli, membuat Alan semakin gelisah dan kacau. Apalagi ia pun belum lama menyaksikan bagaimana Kanaya juga melakukan tindakan bunuh diri dengan menyayat pergelangan tangannya.Kriiing..Kriiing..Kriiing..Sejak beberapa jam yang lalu gawai Alan berdering. Kanaya terus saja menelponnya karena ia tak kunjung pulang ke mansionnya. Tak satupun pesan atau panggilan dari Kanaya yang ia gubris, otaknya tak lagi mengkhawatirkan wanita itu. Kini hanya Kimberly yang memenuhi kepalanya.*"Kim, ini sudah malam. Kau tak mau pulang?"Genta masih setia menemani Kimberly di r

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 30 - Ingin Memelukmu Sebentar Saja

    ”Kau kerja pagi hari ini? Sore nanti aku akan bertemu client di dekat tempat kerjamu. Boleh aku mampir?”-GentaGawai Kimberly bergetar di dalam saku celananya. Gadis itu meraih gawainya dan terdapat satu pesan dari Genta."Siapa?" tanya Naina yang melihat Kimberly membuka pesan di gawainya."Genta. Sore nanti dia bertemu client di dekat cafe, jadi dia mau mampir kesini."Kimberly memasukkan gawainya kembali ke dalam saku."Hh.. alasan. Dia sengaja minta clientnya bertemu di dekat cafe kita, agar dia bisa langsung bertemu denganmu. Haha..." Naina sangat pintar berasumsi. Setelah peristiwa obrolan mereka di rooftop rumah sakit, Genta memang cukup intens menghubungi Kimberly. Meski tak setiap hari, namun dalam minggu ini ia kerap kali datang ke cafe pada jam makan siang."Aku tak peduli. Masalahnya aku tak punya alasan untuk menolaknya, Nai. Lagi pula Genta bisa sedikit membuatku terhibur. Apa aku terlalu egois?""Egois? Kenapa harus egois? Dia yang datang padamu, Kim, bukan kau yang m

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 31 - Aku Cemburu

    Brrrmmmm....Jalan yang dipadati dengan kendaraan tak menyurutkan emosi Alan. Pria itu tetap mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Emosinya seakan terwakili oleh injakan pedal gas yang semakin ke dalam."Sial! Siapa lagi bajingan tengik yang menginginkanmu, Kim? Bisa-bisanya kau diam saja saat dipeluk oleh pria lain. Dasar brengsek!"Alan terus mengumpat seiring laju kendaraannya yang semakin cepat. Deru emosi yang menggebu dan membuat hatinya panas tak menggubris setiap bunyi klakson yang dibunyikan pengendara lain yang merasa terancam dengan cara Alan berkendara."Woi.. kau mau mati!"Seorang pengendara mobil membuka kaca mobilnya dan berteriak kencang ke samping mobil Alan. Pria itu hanya menoleh namun tak menggubrisnya, ia justeru mempercepat laju kendaraannya dan membuat pengendara itu harus banting stir ke kanan agar terhindar dari kecelakaan."Hhh.. kau berhasil membuatku kacau, Kimberly. Aku kalah..aku benar-benar kalah dengan perasaanku."Alan tak tahu bagaimana cara

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 32 - Menekan Rasa Demi Sebuah Tanggung Jawab

    "HAH?"Wajah Alan tampak panik melihat pesan yang tadi ia tulis sudah terkirim ke nomor Kimberly."Alan? Kau sakit?" Kanaya ikut panik melihat wajah kekasihnya yang sedikit pucat.Alan tak menjawab, ia berdiri dan bolak balik seperti orang bodoh. Alan masih memikirkan cara agar pesan itu tak sampai dibawa oleh Kimberly. Pria itu menggigit jarinya seraya memikirkan cara yang sebenarnya sangat mudah, tapi karena kepanikannya Alan tak dapat berpikir dengan jernih."Alan kau kenapa?""Diam dulu, Nay. Aku salah mengirimkan pesan pada seseorang. Aku harus mencari cara untuk menghapusnya sebelum orang itu membaca pesanku. Kau diam dulu.. oke.."Kanaya termangu melihat kekasihnya yang tampak bodoh."Kau tinggal menghapusnya, Alan," ujar Kanaya menjelaskan perlahan."Bagaimana menghapusnya jika-- oh.. ya.. ya. Aku tahu."Seketika wajah Alan berubah sumringah. Ia langsung menghapus pesan yang telah terkirim. Untung saja pesan itu baru tercentang dua dan belum dibaca oleh Kimberly."Kau salah me

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 86 - Itu bukan Cinta!

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85

    Lift di lantai ruang CEO terbuka, seorang perempuan keluar dari sana dengan langkah terburu dan wajah serius."Nona, Anda tidak boleh--"Diam kau!"Perempuan itu mengindahkan larangan sekretaris Alan Satou, ia tetap melangkah menuju ruangan pria itu."Alan."Kanaya menyerukan nama tunangannya sesaat setelah pintu terbuka."Hhh.. mau apa kau kesini? Mike si bodoh itu selalu saja tak menggubris perintahku."Alan membuang pandangannya dengan malas. Ia tengah tak berselera untuk meladeni Kanaya."Aku hanya ingin mengatakan, jika aku tak bisa bersamamu, tak ada perempuan lain yang boleh bersamamu. Kau milikku, Alan.""Aku sudah malas mendengar rengekanmu, Nay. Cepat keluar dari sini atau aku harus memanggil keamanan untuk menyeretmu keluar.""Kau tidak akan bisa membuatku keluar dari sini. Aku tak pernah main-main."Alan yang sudah sangat malas meladeni Kanaya langsung meraih gagang telpon hendak mendial nomor keamanan kantornya."KANAYA!"Alan membanting gagang telpon saat melihat mantan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 85 - Kau Milikku!

    Sinar sang surya masih terasa menyengat meski ia telah perlahan menuju Barat. Pertemuan Kimberly dengan Genta yang mungkin akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan pemuda itu sedikit menyisakan rasa pilu. Bukan karena gadis itu mencintai Genta, namun ada rasa tak tega saat Kimberly harus menolak ungkapan cinta pemuda itu untuk kedua kalinya.Taksi online sudah sampai mengantarnya ke depan gerbang tinggi mansion milik sang paman. Perlahan gadis itu merasakan sesuatu saat melangkah masuk ke dalam bangunan megah itu."Selamat Sore, Nona Kim.""Sore, Pak."Senyum tenang terkulum dari bibir mungil gadis itu, namun terasa ada sebuah kejanggalan dari raut sang security penjaga pos pintu gerbang."Bi, ada apa dengan wajahmu?"Lagi-lagi Kimberly menemukan wajah tegang dari pelayan di mansion itu. Bi Jeni yang menyambut kedatangannya tampak kaku dan ketakutan."Tu-- tuan Satou.. menunggu Anda di ruang kerjanya, Nona," sahut pelayan tua itu dengan tergagap."Alan? Alan sudah pulang, Bi?""Iya.

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 84 - Hari Perpisahan

    Mobil sedan berlabel burung berwarna biru berhenti di depan Cafe sebrang SMA Penabur, sekolah Kimberly dulu. Gadis itu keluar dari mobil dan berjalan menuju tempat pertemuannya dengan Genta."Kim!"Tangan Genta melambai ke arah Kimberly, dengan senyum cerah bertengger di bibir pemuda tampan itu."Maaf aku terlambat, Ta.""He em. Duduklah, kau mau pesan apa? Menu favoritmu?"Kening Kimberly sedikit mengerut, "memangnya kau tahu apa menu favoritku disini?" tanyanya meragu.Pemuda itu kembali tersenyum dan kembali meminta Kimberly untuk duduk."Aku tahu semua tentangmu, Kim. Apapun itu," jawabnya dengan tenang."Warna kesukaanku?""Hijau.""Eeem.. lagu kesukaanku?""Epiphany.""Waw.. eeem, ini pasti kau tak tahu, Ta. Pemain sepak bola yang kusuka?"Kimberly tersenyum remeh saat Genta terdiam untuk berpikir."Kalau aku tahu.. apa aku boleh meminta sesuatu padamu?""Hh? Kalau begitu kau tak perlu--"Ricardo Ijection Santos Leite. Kau sangat mengidolakannya sejak remaja. Pemain sepak bola d

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 83

    "Hhh... oke, jadi apa yang harus saya lakukan untuk meredam berita ini. Kita tak bisa mendiamkanya begitu saja, nama baik Anda bisa tercoreng dan itu akan membuat para pemegang saham ragu dengan kredibilitas Anda.""Kau fokus saja pada peluncuran produk baru kita di Jepang. Masalah ini biar jadi urusanku," titah Alan pada sang asisten."Baiklah. Kalau begitu saya pergi dulu."Mike keluar dari ruang CEO untuk melakukan beberapa pekerjaan di luar kantor.Drt..Drt..Drt..Gawai Alan bergetar, nama Kimberly terpampang disana. Dengan sigap pria itu mendial tombol hijau karena khawatir terjadi sesuatu dengan kekasihnya.”Sayang, apa terjadi sesuatu?”(”Alan, video peristiwa di mall tadi beredar luas di sosial media. Apa kau baik-baik saja?”)”Hhh.. jangan mengkhawatirkanku, Moon. Itu hanya berita sampah, sebaiknya kau tak perlu membuka akun sosial mediamu dulu. Lebih baik kau istirahat.”(”Kau sudah melihatnya? Ada yang merekam saat kau menampar Kanaya, Alan. Itu akan mempengaruhi pekerjaa

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 82 - Hot News

    Kimberly dan Naina keluar dari toko pakaian dengan membawa tiga paper bag berlogo brand ternama."Nai, aku lapar. Kita makan dulu, ya.""Oke." Naina memberi kode setuju pada jarinya."Hai, Kim. Sepertinya Alan memberimu kompensasi sangat banyak setelah kejadian malam itu."Suara seorang perempuan yang dikenal Kimberly membuat dirinya dan Naina menoleh bersamaan."Apa itu semua kompensasi dari Alan karena telah membawamu ke atas--"Cukup, Kanaya!"PlakkBelum selesai Kanaya menjatuhkan mental Kimberly, Alan yang muncul tiba-tiba lebih dulu melayangkan sebuah tamparan di pipi wanita itu. Matanya tajam menatap nyalang Kanaya yang terkejut mendapat sebuah tamparan keras, padahal Alan tak pernah sekalipun berbuat kasar padanya."Brengsek! Kau--"Kau sudah keterlaluan, Kanaya! Sekali lagi kau mencoba menyakiti calon istriku, aku tak akan segan-segan berbuat lebih kasar lagi padamu!"Ancaman Alan membuat mulut Kanaya ternganga namun kelu. Kata calon istri cukup membuat wanita itu terhenyak s

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 81 - Kompensasi

    "Anda memanggil saya, Tuan?""Mike, datanglah ke mansionku dan berikan ini pada Kimberly.Alan menyerahkan sebuah black card pada asistennya."Ini.. untuk nona Kim?" tanya pemuda itu."He em. Itu hadiah karena dia sudah bisa memanggil namaku.""Hah?" Mike tak mengerti dengan apa yang dibicarakan bosnya."Sudah jangan banyak tanya! Kau serahkan kartu ini saja pada Kimberly dan langsung kembali ke kantor. Dua jam lagi kita rapat internal."Bagi Mike, titah Alan adalah sesuatu yang mustahil ia bantah. Apa yang dikatakan pria itu, itulah yang harus ia jalani."Baik, saya pergi sekarang."*"Waaah.. aku baru lihat rumah semegah ini, Kim. Sepertinya aku akan tersesat jika berada disini sendirian."Kimberly sengaja mengundang Naina ke mansion Alan, kebetulan gadis itu tengah libur bekerja."Disini ada petunjuk arah, Nai." Kimberly menunjuk tulisan led yang ada di depannya. Bi Jeni meminta Alan untuk membuat petunjuk arah untuk memudahkan pelayan yang baru bekerja disana."Waaah.. ini bukan

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 80 - Tetaplah Menjadi Diri Sendiri

    ”Hei, gadis sombong! Pantas saja kau tak masuk-masuk kerja, ternyata si Kuda Putih sudah melamarmu, ya!”-NainaBaru saja bangkit dari ranjang, mata Kimberly dibuat mengerjap beberapa kali saat membaca pesan chat dari Naina."Dari mana Naina tahu kalau Alan melamarku?" tanyanya pada diri sendiri.”Kau tahu dari mana, Nai? Maaf aku tak memberi kabar apapun selama beberapa hari ini. Nanti saat masuk kerja akan kuceritakan.”-Kimberly”Hhh, tuan putri pasti baru bangun dan belum melihat berita hangat yang sudah jadi perbincangan. Bukalah sosial mediamu, Kim. Kau akan tahu sendiri dari mana aku bisa tahu.”-NainaKimberly langsung membuka akun sosial medianya. Sudah banyak tag video di akun instagram gadis itu."Video apa ini? Kenapa banyak sekali yang menandai akunku?"Matanya membola dengan mulut ternganga saat prosesi lamaran yang Alan lakukan untuknya terpampang jelas di gawainya. Video itu seperti sudah disetting dan diedit sedemikian rupa oleh seseorang, siapa lagi kalau bukan sang

  • Mengejar Cinta Om Alan   Chapter 79 - Mata Hijau Zamrud

    "A-- A- Lan.""Berikan tanganmu, Moon.."Alan meminta Kimberly memberikan jemarinya untuk disematkan cincin bermata zamrud yang ia beli beberapa hari yang lalu."Tapi--""Kau tak mau menerima lamaranku?""Bu-- bukan! Aku-- Alan, apa-- kau serius? Ini-- bukan hanya karena kejadian malam itu?"Alan bangkit dan berdiri di hadapan gadis itu, menatap tajam wajah cantik yang masih meragukan ketulusannya, "kau masih meragukan ketulusanku, Moon?" tanyanya dengan tangan mendekap wajah Kimberly."Aku hanya tak mau menjadi beban tanggung jawabmu. Aku benci dikasihani, apalagi--"Ssst.. tak ada yang mengasihanimu, Kim. Sebelum peristiwa malam itu pun aku sudah berniat untuk melamarmu. Apapun yang terjadi aku hanya ingin kau yang jadi pendamping hidupku."Jemari Alan memotong ucapan Kimberly. Ia hanya ingin meyakinkan kesungguhannya pada gadis itu. Tak ada yang harus dikasihani, dan tak ada yang harus bertanggung jawab. Semua yang terjadi adalah kesalahan yang sama-sama tak diinginkan, namun kesal

DMCA.com Protection Status