“Pak,” panggil Tia tampak ragu.Leonardo tengah sibuk berolahraga di sebuah gym yang tersedia dalam hotel tempatnya menginap. Sekilas Leonardo melihat Tia, namun tangannya tidak berhenti bergerak mengangkat beban.“Kendaraan yang Anda pesan sudah datang. Adam bertanya, mau di antar sekarang atau besok pagi?” tanya Tia.“Pagi saja. Katakan kepada Adam harus berhasil, jika tidak, saya akan mengembalikan kendaraannya karena tidak menarik.Tia tersenyum kaku, wanita cantik itu mengangguk patuh dan segera menghubungi Adam untuk menyampaikan apa yang diperintahkan Leonardo.Leonardo perlahan berhenti sejenak dari kesibukannya, pria itu memberi isyarat kepada Tia untuk memberikan handponenya karena ada hal lain yang ingin Leonardo katakan kepada Adam.“Utus satu atau dua orang untuk mengikuti Sea. Lakukan dengan rapi,” titah Leonardo dengan serius.***“Kamu mau kemana?” tanya Atlanta di atas balkon, memperhatikan Rosea yang mengeluarkan motornya di tengah malam.“Aku lapar. Mau mencari maka
“Mamah membuka cabang butik baru di bandung, kebetulan ada dua gerai yang disewakan. Kamu bisa tidak mengisi satu gerai lagi dengan perhiasan, mamah dengar kamu akan membuka toko baru lagi,” kata Kartika sambil mengeluarkan beberapa kotak makanan dari dalam tas.“Siapa yang mengurus?”“Bibi Aurel.”“Tidak, terima kasih,” tolak Rosea tanpa keraguan.“Sea, meski bibi Aurel suka bicara tidak mengenakan, namun dia orang yang sangat jujur.”“Tidak,” tolak Rosea lagi dengan tegas. “Jika bibi Aurel mau menghormatiku sebagai atasannya, aku baru akan mempertimbangkannya. Jika bibi Aurel menolak dan terus menjelekan aku di belakang, aku lebih mempercayakan toko baruku pada anak Helvin.”“Tapi, Helvin kan orang luar.”“Helvin menghormatiku di bandingkan dengan bibi Aurel. Helvin juga orang yang mengajariku bisnis ini, bahkan dia tidak meminta jumlah gaji asal aku menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Mamah harus tahu ya, meski aku dan bibi Aurel besaudara, bukan berarti aku harus lebih saya
“Nenek tidak bertanya padamu Prince, kamu pergi ke kamar. Nenek ingin berbicara dengan Rosea,” ucap Berta dengan cepat.Prince menggeleng, tangan mungilnya terlihat gemetar memeluk pinggang Rosea karena takut neneknya akan memarahi Rosea. Menyadari kekhawatiran Prince, Rosea mengusap kepalanya dan berkata, “Tidak apa-apa Prince. Semuanya baik-baik saja, kamu pergilah ke kamar.”Perlahan Prince menguraikan pelukannya, dengan terpaksa anak itu mundur dan segera pergi.Segala tindak tanduk Prince semakin diperhatikan Berta, terutama kedekatan Prince pada orang asing melebihi keluarganya sendiri.“Siapa kamu? Apa yang kamu lakukan disini? Tidak sembarangan orang diperbolehkan menggunakan benda-benda di rumah ini,” ucap Berta usai kepergian Prince.“Saya teman Prince, dan saya sedang menemani Prince.”Cara Rosea yang berbicara terlampau tenang membuat Berta terlihat kesal. “Cucu saya tidak mungkin berteman dengan orang dewasa, apalagi orang itu dengan kurang ajarnya menggunakan dapur orang
Prince yang mendengar teriakan Berta langsung berlari ke kamarnya dan mencoba menyembunyikan kura-kuranya di balik tumpukan maianan yang berada dalam lemari. Prince berlari mengunci pintu mulai menangis ketakutan karena ini untuk pertama kalinya dia melihat Berta begitu marah.“Prince, buka pintunya,” pinta Berta yang kini berada di depan pintu.Tangis Prince terdengar semakin keras, kekhawatiran dan rasa takut berkelut di dalam hatinya. Prince takut Berta memarahinya, disisi lain Prince juga merasa khawatir jika Rosea tidak mau lagi berteman dengannya karena perlakuan Berta.“Prince, nenek minta, kamu buka pintunya.” Panggil Berta sambil mengetuk-ngetuk pintu. “Prince, nenek tidak suka anak yang pembangkang dan nakal, cepat buka pintunya. Nenek janji tidak akan memarahi kamu.”Tubuh Prince gemetar hebat, dalam ketakutannya akhirnya Prince membuka pintu kamarnya.Tubuh Prince tersentak kaget ketika Berta tanpa permisi masuk ke dalam kamarnya begitu saja dan melihat ke penjuru arah sea
“Jadi, Ayah menyalahkan ibu?” tanya Berta tidak terima.Abraham membuang napas dengan berat. Abraham menegakan tubuhnya dan menatap Berta dengan serius. “Ayah hanya berpikir objektif. Bu, sebaiknya Ibu bersikap hati-hati jika belum mendapatkan kepastian siapa Rosea sebenarnya.”“Berhati-hati? Untuk apa berhati-berhati? Jika dia wanita baik-baik, dia tidak tidak akan menjawab apa yang Ibu katakan. Ibu curiga, dia pelacur baru Leonardo.” “Jika Ibu marah karena dihina Rosea, mungkin perasaan Rosea juga begitu saa Ibu menghinanya. Kita juga tidak bisa langsung menyimpulkan jika Rosea adalah wanita Leonardo. Putera kita tidak akan membawa wanita sembarangan ke rumahnya apalagi mempertemukannya dengan Prince.”Berta bersedekap dan menatap serius Abraham. Pikiran Berta berkelana mengingat wajah dan postur tubuh Rosea yang perlu Berta akui jika dia lebih cantik dan jauh lebih terawat dari beberapa wanita yang Berta pilih untuk menjadi jodoh Leonardo.Bukan hal yang mustahil jika Leonardo ter
Setengah jam menghabiskan waktu dalam perjalanan, kini akhirnya Leonardo sampai ke rumahnya. Kedatangannya disambut oleh Abraham yang menunggu, begitu pula dengan Berta yang kini duduk dalam kegelisahan karena panas Prince belum turun meski sudah ditangani oleh dokter.Leonardo masuk ke dalam kamar Prince dan mengunci pintu, di tatapnya Prince yang kini terisak menangis bergerak gelisah meracau lemah. Suasana kamarnya yang berantakan dan hampir sebagian mainannya bertebaran di lantai, Leonardo bisa meraskan seberapa histeris dan marahnya Prince ketika Berta dengan secara paksa mengambil hewan peliharaannya.Ada rasa sakit yang Leonardo rasakan di dalam hatinya, ini bukanlah kehidupan yang Leonardo inginkan meski dia berada di antara keluarganya.Leonardo butuh ketenangan, dia ingin bahagia, dia ingin memberi dunia yang penuh warna untuk Prince. Bukan tekanan yang membuat Leonardo merasa terenggut semua hak-hak hidupnya hanya karena alasan ikatann darah.Leonardo terduduk disisi ranjan
“Jadi, siapa Rosea itu sebenarnya? Kalian benar-benar berpacaran?” tanya Abraham begitu tenang, sangat berbeda jauh dengan sikap Berta.Leonardo menautkan jari-jarinya dengan kuat, angin yang dingin menyapu rambutnya yang kini sedikit berantakan. Leonardo sudah merasa lelah dan ingin istirahat, namun Leonardo harus menjawab pertanyaan kekanak-kanakan semua orang.“Ayah sudah mendengar jawabannya tadi. Kami berpacaran,” jawab Leonardo tanpa sangkalan.“Bukan wanita simpanan?”“Sea bukan wanita yang seperti itu,” jawab Leonardo dengan cepat.Abraham mengerjap kaget, Abraham sama sekali belum bertemu dengan wanita yang bernama Rosea itu. Namun logika Abraham masih belum bisa menerima, bagaiamana caranya seorang pembantu bisa mendapatkan hati Leonardo.Lenardo tidak suka wanita bodoh, dia suka wanita berkelas, mandiri dan juga menarik.“Leo, mengenai status dia.”“Teman bayaran dan pembantu itu berbeda,” sela Leonardo.Abraham dibuat diam masih tidak mengerti dan sangat terkejut. Abraham
Usai pergi menemui Sudrajat, Rosea kembali ke tokonya dan berdiskusi dengan Helvin. Kali ini tampaknya Rosea mendapatkan pekerjaan besar dan penting, terlebih Sudrajat memesan beberapa macam berlian untuk dipakaikan pada kalung juga cincin puterinya.“Paman bisa menghubungi teman Paman? Sepertinya berlian yang dibutuhkan sedang tidak ada di toko kita,” ucap Rosea dengan serius.“Kamu saja yang menelpon dan meminta. Nanti aku kirim kartu namanya.”Rosea bersedekap menatap tajam Helvin. “Paman menolak permintaan aku?”“Iya,” jawab Helvin dengan jujur.“Aku kan atasan Paman.”“Kalau paman menolak perintah kamu, kamu mau pecat paman?”Rosea terdiam tampak tercengang mendengar pertanyaan Helvin. Pria paruh baya itu segera pergi menemui beberapa pengrajin yang kini tengah bekerja, tampaknya Helvin memilih pergi sekadar untuk menghindar dari perintah Rosea.Rosea mendengus kesal, Helvin selalu menolak permintaan Rosea disetiap kali diminta melakukan transaksi besar. Hal itu tidak terlepas da
Suara tangisan terdengar di dalam kamar ketika Leonardo kembali pulang, Prince terbaring di ranjangnya tengah di tangani oleh dokter karena mengalami demam lagi. Prince meracau, bergerak gelisah dalam tidurnya, dia terus menangis merintih kesakitan memanggil Leonardo dan memintanya untuk dipertemukan dengan Rosea. “Demamnya masih belum turun, kita harus menjaganya lebih ketat, jika demamnya tidak kunjung mereda, Prince harus dibawa ke rumah sakit.” Leonardo menyandarkan bahunya pada dinding, pria itu tidak banyak berbicara dan hanya bisa memandangi Prince yang kini terus bergerak meracau dan menggigil kesakitan. Sekali lagi dan di waktu yang bersamaan, Leonardo harus menerima diri bahwa kini tidak hanya hatinya yang terluka atas kepergian Rosea, puteranya mengalami hal yang sama. Pembicaraan Prince dengan Rosea mengguncang perasaannya, anak itu tidak mampu menangani emosional dan tekanan yang memenuhi kepalanya. Prince tidak ingin ditinggalkan, namun dia juga tidak tahu mengapa Ro
Suasana rumah berantakan, Abraham mengamuk tidak terkendali sebelum dia memutuskan pergi keluar dan ikut mencari keberadaan Rosea di mana untuk meminta maaf.Kini tinggal Berta seorang diri dengan sebuah renungan yang dalam atas tindakan yang telah dia perbuat yang tanpa sadar menghancurkan keluarganya sendiri. Hubungannya dengan Leonardo menjadi hancur, dan perusahaan yang tidak tertangani kacau. Kepergian Leonardo dari perusahaan adalah sebuah pukulah besar yang tidak mudah di tangani.“Nyonya, Anda harus istirahat,” nasihat seorang assistant rumah tangga.Berta tidak menggubris, dengan lemah wanita itu pergi keluar rumah dan meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke rumah Rosea. Berta harus menurunkan egonya untuk menyelamatkan keluargnya, Berta harus meminta maaf dan tidak lagi mengganggu Rosea.Hanya Rosea yang bisa mengubah keputusan Leonardo saat ini.“Kamu tahu di mana rumah Rosea?” tanya Berta pada sopirnya.“Saya tidak tahu, tapi saya akan menayakannya pada anak buah Anda.
Suara bantingan pintu terdengar keras membuat Berta yang tengah bekerja tersentak kaget dan harus segera berdiri melihat kedatangan Leonardo yang mendatanginya.Setelah cukup lama menolak untuk bertemu, kini akhirnya Leonardo datang sendiri menemuinya.Berta sudah bisa merasakan kemarahan dan kebencian Leonardo terhadap dirinya, entah apalagi yang kini akan membuat Leonardo marah. Berta berharap ini mengenai kandasnya hubungan Leonard dan Rosea.“Apa yang sebenarnya Ibu mau?” tanya Leonardo dengan geraman dan mata menyala-nyala di penuhi oleh amarah yang meledak-ledak. “Ibu pikir aku akan menurut jika Ibu bertindak gila seperti ini padaku? Ibu salah, semakin Ibu berusaha menekanku, aku semakin yakin keluar dari keluarga sampah ini!”Tubuh Berta dipenuhi ketegangan karena apa yang ingin di dengar berbeda dengan apa yng di ucapkan oleh Leonardo.“Kita bicara baik-baik Le,” bujuk Berta.“Mengapa kita harus bicara baik-baik jika semuanya sudah tidak ada yang membaik?” tanya balik Leonardo
Rosea membuka handponenya setelah beberapa hari ini dia matikan, tangan wanita itu gemetar melihat ada beberapa pekerjaan yang batal, termasuk pekerjaan yang baru akan dia dapatkan dari meeting di Bali. Semua itu terjadi karena artikel buruk yang menyebar luas di kalangan rekan kerjanya.Nama Rosea tetap tercoreng meski berita itu sudah turun.Semua kerja kerasnya yang di bangun dan dia perjuangkan selama ini harus hangus oleh sebuah fitnah kejam yang mengarah kepadanya. Rosea tidak tahu kehancuran apalagi yang akan dia terima bila dia terus berada di sisi Leonardo.Tidak hanya kariernya, Berta juga sudah mengirim banyak orang untuk menerornya. Terror itu tidak hanya mengarah pada kediamanya, ada banyak pesan masuk dan ancaman pembunuhan bila Rose tidak menyingkir dari kehidupan keluarga Abraham.Ini sangat menyakitkan untuk Rosea, namun akan lebih menyakitkan untuknya bila terus mempertahankan semuanya.Rosea tidak ingin keluarganya menjadi sasaran selanjutnya Berta.Desakan suara ta
Rosea berdiri di depan cermin, memperhatikan dirinya sendiri dengan seksama. Sudah hampir empat hari ini dia mengurung diri dan tidak melakukan kontak apapun siapapun, pekerjaannya yang terbengkalai dikerjakan Helvin begitu dia tahu jika Rosea dengan mengalami masalah.Rosea sudah berbicara dengan Karina secara khusus untuk membicarakan apa yang ingin Rosea lakukan kedapannya, ada banyak hal yang kemungkinan terjadi diluar dari apa yang selama ini Rosea rencanakan dalam hidupnya.Rosea tidak memiliki sedikitpun ketenangan sejak mendapatkan terror di malam itu, ancaman demi ancaman terus datang kepadanya hingga membuat Rosea takut untuk keluar sendirian.Rosea bersyukur karena Karina juga Emmanuel terus menemaninya dan mendorongnya untuk kembali bangkit menjadi lebih berani, mereka tidak membirkan Rosea sendirian karena kondisinya yang tidak stabil.Perasaan Rosea terasa sedikit lebih tenang, kini dia ingin pergi keluar seorang diri untuk menyelesaikan semua masalah yang memang sudah s
Prince duduk dalam kesendirian di pagi hari, sesekali anak itu menyeka air matanya dan melihat ke sekitar, Leonardo tidak pulang sejak kemarin dan Prince hanya di urus oleh para pekerja di rumah.Prince tertunduk dan kembali menangis sendirian, suasana hatinya dilanda oleh kegelisahan dan perasaan yang mendesaknya ingin menangis. Prince merasakan ada sesuatu yang lain akhir-akhir ini, ayahnya terlihat tidak bahagia dan Rosea tidak datang ke rumahnya.Semua ini terjadi sejak pesta ulang tahunnya. Sejak kedatangan ibunya yang bertemu Rosea.Berta tidak datang ke rumah, sekalinya dia datang, para pekerja tidak mengizinkan bertemu Prince. Prince juga tidak lagi diminta untuk menemui Berta dan melewati banyak pelajaran yang melelahkan. Keputusan Leonardo yang menjauhkan Prince dari Berta membuat Prince tersadar bahwa ayah dan neneknya itu tengah bertengkar.Suara langkah seseorang terdengar dari sudut ruangan membuat Prince melihat ke arah pintu.Leonardo datang dalam keadaan kusut dan ter
Rosea tertidur meringkuk sendirian di ranjang, butuh waktu lama untuk dia bisa kembali menenangkan diri di temani Karina, jiwa Rosea terguncang dalam ketakutan.Rosea tidak dapat berhenti menangis begitu melihat ratusan artikel berita online yang bermunculan membuat berita bohong.Karina khawatir sebuah berita bohong yang sebar luaskan Berta akan sampai ke tangan keluarga Rosea dan rekan kerjanya, nama Rosea akan hancur tercoreng oleh sebuah fitnah.Bertahun-tahun Rosea berusaha keras mendedikasikan hidupnya dengan bekerja dan membangun namanya sendiri, sangat tidak adil jika namanya tercoreng begitu saja.Betapa bekerja kerasnya Karina menuntut Leonardo bertindak cepat untuk menurunkan semua berita yang dibuat.Beruntungnya Leonardo memahami dampak berita bohong yang Berta sebarkan, kurun dari waktu dua jam, secara perlahan berita itu menghilang.“Untuk saat ini, biarkan Sea tinggal di sini. Aku tidak ingin dia bertemu dengan Leo untuk sementara waktu, biarkan dia tenang dan mengambi
Berta meletakan alat makannya di atas piring begitu dia selesai makan.“Anda ingin berbicara apa dengan saya?” tanya Rosea.Tubuh Berta menegak, wanita itu itu menatap tajam Rosea dengan pandangan merendahkan seperti biasanya. “Kita langsung pada intinya saja, kamu harus sadar jika kamu dan Leonardo tidak memiliki kemungkinan sedikitpun untuk bersama. Daripada membuang waktu, sebaiknya tinggalkan dia sekarang sebelum kamu merasa menyesal.”Rosea terdiam mendengarkan ucapan mendikte Berta seperti saat pertama kali mereka bertemu.“Keluarga kami tidak bisa menerima orang sembarangan, jika kamu tetap berusaha bertahan seperti ini, kamu akan hancur karena saya bisa menghancurkan kamu dan keluarga kamu.”Berta mengambil tasnya dan mengambil sebuah cek, lalu mengisinya, dengan angkuhnya wanita itu menyodorkannya di hadapan Rosea. “Ambil uang lima milliar itu, lalu tinggalkan Leo dan jangan pernah muncul lagi hadapannya. Sudah cukup banyak uang Leo berikan sama kamu, kamu juga masih muda dan
Rosea ingin tidur, namun hatinya terjebak kegundahan lagi yang membuatnya terus membuka mata dan hanya diam terpaku melihat langit-langit kamar, begitu pula dengan Leonardo yang kini terbaring di sampingnya.Leonardo terjaga sepenuhnya, tangannya menggenggam tangan Rosea di bawah selimut. Pria itu terbaring mirip menatap lekat Rosea, rambutnya yang masih setengah masih terlihat membasahi bantal.“Apa yang kamu inginkan dalam hidup ini Sea?” tanya Leonardo serius.“Aku tidak tahu, aku menjalani apa yang ingin aku jalani. Bagaimana dengan kamu sendiri?”Leonardo terdiam cukup lama sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari mulutnya. “Aku hanya ingin bahagia dan hidup tanpa penyesalan.”Rosea bergerak pelan dan membalas tatapan hangat pria itu, ada jiwa yang kosong di mata pria itu yang membuat Rosea bergerak mendekat dan masuk ke dalam dekapannya.Hangat dan lembut kulit Leonardo membuat Rosea memejamkan mata dan menarik napasnya dalam-dalam, Rosea membalas pelukan Leonardo dan merasaka