Bertemu dengan pria dalam versi yang berbeda ini. Jasmine benar-benar merasa bersyukur sekali bisa melihat Bian yang dekat dengan Noah. Anak yang sangat berprestasi itu bertemu dengan sosok Bian yang juga tidak kalah hebatnya dalam bidang apa pun. Meskipun Bian lupa tentang dirinya, bukan berarti Bian lupa dengan kepintarannya yang masih melekat. Noah diajarkan banyak hal. Mengerjakan beberapa contoh soal yang diberikan dari tempat les dan kemudian Noah pelajari sendiri. Lalu diberikan soal juga oleh Bian dan mudah sekali dijawab oleh anaknya. Sampai Jasmine merasa bahwa sang anak memang luar biasa sekali dalam melakukan banyak hal. Melihat anaknya tertawa sangat bahagia. Jasmine juga senang melihat kedekatan keduanya. Sesibuk apa pun Bian. Masih ada waktu untuk menemani Noah seperti ini. Mereka memang jalin hubungan, bukan berarti Bian fokus pada dirinya saja. Noah juga diperhatikan, perkembangan anaknya sangat didukung. Noah juga sedang direncanakan akan pindah sekolah ke temp
Pada akhirnya, Jasmine resign dari pekerjaannya dan menjalani kehidupannya sebagai seorang ibu seutuhnya. Tidak perlu memikirkan biaya lagi untuk kebutuhan anaknya. Kasih sayang Bian yang penuh terhadap Noah. Meskipun agak terlihat kurang perhatian. Namun Bian sering membahasnya dengan Jasmine. Tentang anak itu yang mulai beradaptasi di sekolah. Bian tidak terang-terangan bicara keluhannya terhadap Noah. Membiarkan Jasmine yang mengatakannya kepada si kecil. Sekarang, dia menjadi ibu yang sepenuhnya mengurus anaknya saja. Tidak perlu lagi memikirkan berapa pengeluaran dalam sebulan. Noah adalah anak pintar. Sama seperti Bian yang otaknya tidak bisa diremehkan. Wajar kalau anaknya juga sangat pintar. Semua itu nurun dari Bian. Setelah dia menjadi ibu yang mengurus anaknya, Jasmine tidak ada kegiatan selain menemani Ulfa di rumah. Wanita itu juga sebenarnya sudah izin kepada Jasmine akan kembali ke rumah lamanya. Namun, dia belum mengizinkannya. Karena nanti setelah dia menikah, mun
“Bian, ayo menikah!”Bian yang sedang menonton acara televisi langsung terkejut dengan ajakannya Jasmine. Mereka berdua telah merencanakan pernikahan setelah rumah mereka jadi.“Jasmine, kamu serius?” Bian tidak akan menolak. Dia justru akan dengan senang hati ajakan itu dilontarkan oleh Jasmine.“Aku serius. Aku mau nikah sama kamu. Nggak masalah kita tinggal di sini sementara waktu. Dari pada kita nggak ada ikatan apa pun. Tapi kelakuan kita sudah sangat jauh sekali.”Bian juga setuju dengan apa yang Jasmine sampaikan. Memang hubungan mereka seharusnya segera diresmikan. Tidak ada yang perlu ditunggu, Bian justru menantikan ajakan dari Jasmine. Awal mereka balikan juga waktu itu karena Bian ingin menyegerakan. Sedangkan Jasmine tidak bisa untuk menyegerakan itu lantaran sang tante yang masih ada di sana.Di saat dia masih bersama dengan Jasmine. Bian mengusap kepala wanita itu. “Apa yang membuatmu memutuskan menikah denganku?”“Aku takut kamu kelolosan, Bian. Aku hamil nanti di luar
“Mama nggak mau kamu menikahi, Jasmine. Masih ada wanita lain yang setara dengan kita.” Dia ingat dengan sangat ucapan yang dilontarkan oleh mamanya. Bian sendiri menentang itu dan tetap mau menikahi Jasmine.Beberapa hari kemudian.“Seperti dugaanku, Bian. Mama kamu nggak bakalan pernah restui kita.”Penolakan itu terjadi ketika Bian berencana untuk menikahi Jasmine secepatnya. Justru mamanya menjawab dengan cara yang berbeda. Mamanya tidak ingin kalau Bian menikah dengan Jasmine.Padahal, Jasmine sudah menyiapkan gaun pengantin. Tidak mau gagal lagi untuk kedua kalinya. Bahkan, Noah dan Jasmine sudah diajak tinggal di apartemen. Karena Ulfa sudah pamit dua hari lalu. Wanita itu juga kurang sehat. Wajar menurut Bian kalau wanita itu pamit dari rumahnya Jasmine.Sekarang, Jasmine ada di sisinya. Noah juga akan selalu di sisinya. Mereka berdua memang belum sah menjadi suami istri. Akan tetapi, Bian tidur bersama dengan Noah. Sedangkan Jasmine sendirian. Berbeda halnya kalau Noah sudah
“Apakah kamu serius akan menikahi, Jasmine?” tanya Amber. Bian berkunjung ke rumah orang tuanya untuk menengok keadaan sang mama yang sakit. Justru pembahasan pernikahan antara dirinya dan Jasmine yang dibahas oleh wanita ini. Bian memegang kedua tangan mamanya dan menciumnya. “Ma, aku tahu Mama nggak pernah suka sama calon istriku. Kali ini saja, Ma. Kali ini izinkan aku untuk memilih siapa yang akan jadi pendamping hidupku. Mama nggak bisa maksa aku buat jatuh cinta sama Adelia. Mama juga harus berpikir lagi tentang statusnya Nina yang bukan darah dagingku.” Amber menatapnya dengan begitu tajam. “Mama tahu soal itu, Bian. Tapi, Mama nggak bisa kasih kamu restu kalau memang kamu memilih, Jasmine.” Direstui atau tidak. Bian akan tetap menikahi wanita itu lagi. Dulu, mungkin dia memang salah telah menikahi Jasmine lantaran kontrak dan demi hartanya terselamatkan. Lalu sekarang, dia tidak mau sia-siakan wanita itu lagi di dalam hidupnya. “Tidak ada yang salah sama Jasmine, Ma. Mam
Bian berada di luar sekarang bersama dengan adiknya. Mamanya sakit, dia tidak bisa meninggalkan rumah begitu saja. Di apartemennya ada Noah dan juga Jasmine yang sekarang tinggal berdua di sana.Sedangkan dia, masih memastikan keadaan Amber baik-baik saja. Adiknya juga masih ada di sini. Anak-anaknya Sophie ditinggal begitu saja di rumahnya di sana.Bian memikirkan ucapan mamanya tadi. Terkadang, Bian juga berpikir mungkin sang mama kesepian. Terkadang dia juga merasa kalau mamanya begitu tulus pada papanya dari dulu. Akan tetapi, sang papa yang tidak ada rasa peka sama sekali untuk membalas perasaan Amber.Berada di belakang rumah. Bian duduk sedirian sambil minum kopi. Dia tidak lagi merokok sejak lama. Bian menyendiri malam itu.“Kak,” panggilan itu mampu membuatnya menoleh dan melihat adiknya menghampirinya ketika dia sedang berada di belakang.Bian sedikit bergeser untuk memberikan ruang kepada adiknya agar bisa duduk di sebelahnya. “Kamu mau pulang?”“Jemputanku belum datang.”B
Acara pernikahan Bian dan Jasmine diadakan sederhana. Hanya keluarga terdekat saja yang hadir. Jasmine juga mengundang keluarga dari pihak ibunya saja yang datang mewakili. Sedangkan keluarga dari ayahnya tidak ada yang datang. Bahkan, Jasmine juga mengundang ayahnya untuk datang. Tapi beliau menolak dan akhirnya pernikahan tetap dilangsungkan.Kehidupan istrinya benar-benar sangat menyedihkan sekali. Bian tidak pernah menyangka kalau itu akan terjadi.Mamanya Bian juga hadir di sini. Mungkin, karena menghargai keluarganya Jasmine yang datang dari jauh.Pernikahan Bian dan Jasmine yang kedua. Papanya tidak komentar apa pun. Bahkan ibu tirinya Bian pun datang hari ini dan saudara tirinya. Mereka datang ke acara ini dan sengaja diundang oleh Bian langsung.Tahu kalau keputusannya itu sangat berat diterima oleh mamanya. Akan tetapi, Bian tidak bisa meninggalkan Jasmine begitu saja.Dia punya janji terhadap Noah. Dia juga punya sumpah yang di mana dia akan berusaha untuk bahagiakan Jasmin
Jasmine kedatangan tamu untuk pertama kalinya. Itu adalah adik iparnya, Bian memberitahukan alamat apartemen mereka kepada Sophie. Wanita itu berkunjung juga untuk pertama kalinya. Bian mengatakan kalau selama ini tidak pernah mengizinkan siapa pun datang ke apartemennya.Ada rasa canggung ketika dia bersama dengan Sophie. Ini pertama kalinya sejak dia dan Bian menikah, wanita ini datang dan berkomunikasi langsung dengannya.“Kapan kakak bakalan ke rumah mama?”Jasmine baru saja menaruh minuman di atas meja. Menyuguhkan makanan dan minuman untuk adik iparnya. “Belum kayaknya. Bian belum bilang apa-apa sama aku.”“Nggak masalah kalau kakak datang langsung ke sana. Aku sendiri juga tunggu kakak ke rumah mama tanpa ada kakak.”Seperti yang sudah dikatakan oleh Bian. Bahwa Amber takut jika Bian memilih Jasmine dibandingkan dengan memilih orang tuanya.“Nanti aku bakalan ke sana sama, Noah.”Seperti yang Jasmine tahu tentang mertuanya, mereka adalah dua orang yang memang masih sama-sama sa
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t