Beberapa tahun kemudian. Bian keluar dari kamar mandi dan menutup pintunya. Meraih handuk yang digantung oleh istrinya di dekat pintu. Melihat anaknya yang masih tidur di atas ranjang. Dia enggan mengeringkan rambutnya. Berjalan pelan menuju walk in closet lalu memilih setelan untuk ke kantor. Jam segini, sudah pasti Adelia berada di bawah dan sedang berolahraga. Tubuh indah wanita itu juga terjaga karena selalu olahraga dengan sangat baik. Selesai Bian bersiap-siap. Kakinya melangkah menuju ruang makan. Tidak ada sarapan di atas meja. Setiap hari wanita itu enggan menyiapkan sekadar sarapan untuknya. Bian memanggil bibi untuk menyiapkan makanan untuknya. Dia menghampiri istrinya di ruang olahraga. Adelia langsung membuka headphone. “Kamu sudah bangun?” “Semalam aku udah bilang. Hari ini aku ada rapat penting. Sarapan nggak ada.” “Bibi kan di rumah?” “Bibi emang di rumah. Tapi, apakah tanganmu sangat berat untuk siapin makanan buat suami kamu sendiri?” Adelia terd
Setelah pulang dari kantor. Bian sempatkan diri untuk mampir di toko bunga membelikan istrinya. Perasaannya tidak tenang kalau sudah membuat Adelia cemberut seperti tadi. Sekalipun istrinya selalu protes perlakuan Bian. Namun, dia tetap bertahan dengan diri sendiri yang seperti ini. Tahu banyak kekurangan yang Bian rasakan pada dirinya. Dilengkapi oleh dirinya. Sampai di tempat les anaknya. Dia menunggu di sana sendirian. Tidak lama kemudian putri kecilnya keluar dan menghampirinya. “Papa sendirian?” “Ya sendirian. Mama di rumah. Papa sudah telepon tadi.” Lalu dia membukakan pintu mobil untuk anaknya. Dia memasang sabuk pengaman dan perlahan menaikkan kaca pintu mobilnya. “Papa.” Bian langsung menancap gas. “Papa ....” Dia menoleh ketika anak laki-laki mengejarnya. Dia berpikir kalau anak itu salah orang. Bian tidak mengindahkan itu. Nina juga tidak mendengarnya karena sibuk mengeluarkan sesuatu dari tasnya. “Papa, bulan depan kata bu guru, aku ada pertunjukkan. Anak-anak yang
“Kenapa sayang?” Ulfa menghampir Noah hang sedang duduk sendirian di belakang. Anak itu menoleh lalu mengabaikannya. Setahun lalu, Jasmine mengajaknya tinggal bersama. Sebenarnya dia menolak, akan tetapi mengingat Jasmine tidak punya keluarga lagi yang mau membantu, mau tidak mau dia meminta izin kepada anaknya untuk tinggal dengan keponakannya ini. Ditambah lagi Jasmine sudah bercerai dengan mantan suaminya. Ketika hendak kembali, justru pernikahannya batal. Membuat Jasmine benar-benar menutup hati. Anaknya semakin besar, Jasmine tidak pernah bahas mantan suaminya kepada Noah. “Nenek, aku ketemu sama papa.” Ulfa yang duduk di sebelah Noah seketika terkejut dengan pengakuan anak itu. “Ketemu di mana?” “Di tempat les. Udah beberapa kali.” Jasmine sengaja tidak ceritakan tentang Bian yang sudah menikah lagi. “Kenapa nggak kejar kalau itu emang papa?” “Papa sama anaknya.” Ekspresi anak itu terlihat sedih. Meskipun Ulfa tahu bahwa Bian menikah lagi. Akan tetapi dia jug
Matanya Bian berkaca setelah masuk ke ruang kerja dan tidak mau diganggu oleh siapa pun. Akun yang diberikan oleh Sierra minggu lalu banyak menyimpan foto dirinya dan juga anak itu. Dia menonton setiap video yang ada di akun tersebut dan melihat sendiri betapa bahagianya dia di masa lalu. Bian tertawa, anaknya yang juga ceria. Ditambah lagi wanita yang ada di sisinya juga. Dia menghubungi Sierra dan kemudian langsung diangkat oleh wanita itu. “Apakah Jasmine ini adalah mantan istriku?” “Ya, dia adalah wanita yang akan Bapak nikahi 3 hari lagi. Lalu kemudian Bapak kecelakaan. Ceritanya panjang, Pak.” Bian memutus sambungan telepon setelah dijelaskan sedikit oleh Sierra. Lalu dia fokus menonton video itu. Banyak video tentang anaknya yang ternyata dia simpan. Ketika Edo ditanya, pria itu menolak menjelaskan dan sudah pasti tahu banyak hal. Berbeda halnya dengan Sierra yang langsung mengatakan dengan jujur. Mengingat ucapan Sierra tentang Noah adalah anak kandungnya, bukan Nina
Jasmine sedang duduk sendirian di taman. Dia sedang minum kopi dan membaca undangan untuk pertunjukan Noah. Ini pertama kalinya Noah unjuk diri setelah mereka pindah. Awalnya, Jasmine ingin menetap di Batam. Akan tetapi, dia ingat sendiri bahwa dia butuh menemani Ulfa yang tinggal sendirian. Anak-anak tantenya juga sudah menikah. Dia merasa kesepian dan meminta wanita itu menemaninya.Noah juga sekarang sudah banyak berubah. Meskipun tidak pernah lagi bertanya tentang di mana keberadaannya Bian. Tapi, Jasmine sendiri merasa bersalah kepada anaknya setelah mengusir Noah waktu itu ketika meminta bertemu dengan Bian.Dia memutuskan berhenti berkomunikasi dengan Sierra karena tidak sanggup mendengar kabar bahwa Bian sudah hidup dengan sangat bahagia bersama keluarga kecilnya. Jasmine merasa kalau hidupnya Bian begitu sempurna. Berbeda dengan dirinya yang harus berusaha keras demi anaknya. Tidak pernah menyangka juga kalau dia akan hidup sendiriana lagi.Wanita yang dibesarkan tanpa kasih
Bian ada pertemuan dengan mantan istrinya sore ini. Dia merasa begitu senang begitu disetujui oleh Jasmine tentang ajakannya.Awalnya, dia merasa ragu untuk pertemuan itu. Akan tetapi, perlahan dia merasa perlu sekali bertemu dengan Jasmine. Banyak hal yang ingin dia ketahui. Berawal dari Bian yang merasa ragu dengan anaknya. Perlahan, dia mulai percaya juga kalau Noah adalah putranya. Si kecil yang persis sekali dengannya.Sekalipun tanpa tes DNA, dirinya akan tetap lebih percaya kalau Noah adalah darah dagingnya sendiri. Ingat bahwa Amber sangat menyukai Adelia. Kemungkinan paling besarnya adalah Noah memang sengaja disembunyikan.Dengan pernikahan yang dijalaninya seperti ini. Banyak hal yang kadang membuat Bian tidak yakin dengan rumah tangganya sendiri. Seolah dia sendirian merasa berjuang dalam pernikahannya. Adelia juga sangat sulit mendengarkannya.Bian keluar dari ruangannya. Dia melihat tempat pembuatan kopi yang tidak jauh dari ruangannya. Dia mengambil gelas kertas dan men
“Jasmine.”Wanita itu langsung menatapnya. “Maaf, aku terlambat. Aku banyak pekerjaan.”Bian hanya menganggukkan kepalanya. Dia tidak peduli wanita itu datang kapan pun asalkan tetap menemuinya seperti ini. Bian langsung mempersilakan wanita itu masuk ke dalam ruangan yang di mana mereka berjanji akan bertemu. Ruangan privat yang sengaja dipesan oleh Bian.Beruntungnya tadi dia mengatakan kalau dirinya tidak pulang. Akan tetapi dia berniat keluar untuk menunggu di luar.Waktu dia melihat wanita itu sedikit basah. Bian langsung menyodorkan jasnya. “Tidak perlu, Bian.”Dia menganggukkan kepalanya. Jasmine ternyata lebih cantik dibandingkan dengan yang ada di foto. Dia tidak pernah menyangka kalau dirinya pernah mempersunting wanita yang sangat cantik ini.Bian mengulurkan tangannya ketika dia hendak memperkenalkan diri. “Selamat bertemu lagi, Jasmine.”Wanita itu langsung duduk tanpa membalas uluran tangannya Bian. Bian langsung menarik tangannya.Dia memesan makanan. Lalu kemudian Bian
Bian berada di ruang kerjanya sembari menatap laptopnya. Foto-foto dan juga video Noah dan juga Jasmine sengaja diputar. Banyak hal yang ingin Bian utarakan. Tidak mampu diingat oleh otaknya. Rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan kepada siapa pun. Ingin mencari dirinya yang dulu, hanya Sierra yang bersedia buka mulut. Sedangkan Edo, orang yang dia percaya pun ditekan oleh keluarga Bian. Sekalipun Sierra mendapatkan ancaman, Bian masih bisa rahasiakan semuanya.Mengobrol dengan Sierra di tempat-tempat yang rahasia. Bian ingin tahu kehidupan sebahagia apa dia di masa lalu. Bukan tentang kehidupan rumah tangga yang seperti ini. Dia merasa sudah lama sekali merasa tidak nyaman dengan kehidupannya. Bian merasa kalau kehidupan rumah tangganya justru tidak berarti apa-apa.Dia menutup laptopnya. Memilih untuk kembali ke kamar dengan segera.Keesokan harinya. Bian baru keluar dari kamar mandi. Nina sedang persiapan. Hari ini adalah hari pertunjukan dari semua bakat anak yang les. Jumlahnya me
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t