“Edo, apakah aku ada pertemuan beberapa hari ini?”Ketika sedang di mobil dijemput oleh Edo sendiri. Bian bertanya pada pria itu. “Tidak ada.”“Jasmine terlihat aneh. Dia menjauhiku sejak ulang tahun, Noah.”“Apakah tidak ada yang terjadi?”Bian menatap Edo yang fokus menyetir. Mengingat pergulatan mereka di ranjang pada malam itu.Tidak akan diceritakan oleh Bian pada siapa pun. Mengingat dirinya juga merasa sedikit malu kalau ingat kejadian di mana dia dan mantan istrinya melakukan tindakan seperti itu. Memang seharusnya dia menolak untuk minum malam itu. Tidak dengan ulang tahunnya Noah tapi dia malah minum bersama dengan mantan istrinya.Kemahiran wanita itu tiba-tiba saja menggaet hatinya Bian setelah sekian tahun berpisah. Mengingat bagaimana mahirnya Jasmine ketika di ranjang. Panas dan juga selalu menggodanya. Berhasil membuat Bian menyentuh mantan istrinya sebanyak dua kali. Itu pun kalau diingat kembali pasti akan menciptakan kecanggungan antara dirinya dan juga Jasmine.Kal
“Sierra, bagaimana pertemuanmu kemarin dengan ketua daycare?”Sierra menyerahkan dokumen itu. Melihat rincian biaya untuk kebutuhan daycare membuat Bian menyetujuinya. “Turuti saja kemauannya. Tentang kantin yang diinginkan untuk dipisah. Memang lebih baik dipisah dibandingkan harus disatukan dengan orang dewasa. Aku akan bicara dengan Edo, biar dia yang urus untuk pembuatan kantin di tempat anak-anak. Lagi pula, masih ada tempat kosong di sana yang harus diisi sesuai kebutuhan.”Bian tidak perlu banyak penjelasan kalau soal itu. Dia peduli terhadap anak-anak. Pasti karena anak-anak punya dunia sendiri sampai harus dipisahkan tempat makannya. Sampai detik ini masih digabung dengan orang dewasa. Atau terkadang ada kekhawatiran dari apa yang di dengar dari mulut orang-orang dewasa yang terkadang tidak disaring.Bian akan menurutinya tanpa berpikir panjang.Lalu pada saat dia keluar bersama dengan Edo. Ke tempat yang tadi dibicarakan kalau mereka akan membangun kantin khusus anak-anak. A
Jasmine sudah memberikan kode tentang kehadiran Noah. Tapi justru Bian mengatakan kalau Jasmine sudah menikah lagi lalu ditinggalkan oleh suaminya kemudian bercerai lagi. Tidak segampang itu Jasmine menikah dan membiarkan dirinya menjadi janda dua kali. Padahal dirinya adalah jandanya Bian.Tidak peka tentang Noah yang sangat mirip sekali dengan Bian.Setelah Bian mengatakan kalau dia melakukannya di luar ketika mereka bercinta. Ada rasa lega di perasaan Jasmine. Tapi belum lega tentang kehadiran anaknya yang belum disadari oleh Bian. Ingin sekali mendengar anaknya memanggil Bian dengan panggilan papa. Seperti yang diharapkan oleh anaknya.Tidak banyak hal yang bisa Jasmine berikan kepada anaknya. Mengingat dirinya juga adalah seorang anak yang dari keluarga berantakan. Memiliki ayah yang seolah tidak menganggapnya. Ibu tiri yang selalu ingin menang sendiri. Sedangkan ibunya telah tiada. Berbeda halnya dengan Bian yang selalu disayang oleh kedua orang tuanya.Perceraian kedua orang tu
Bian memutuskan untuk melepaskan cincin tunangannya bersama dengan Freya. Apa artinya sebuah ikatan kalau ternyata hatinya goyah oleh mantan istrinya sendiri? Bahkan di akhir pekan dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya Jasmine. Dia melakukan berbagai cara agar bisa menemui wanita itu di saat yang luang. Menghabiskan waktu bersama dengan anaknya. Bian tahu bahwa dia sengaja melakukan itu demi melindungi anak dan juga mantan istrinya. Mengejar Jasmine kembali tidak salah seperti yang dikatakan oleh Edo. Akan tetapi dia ingin lebih dari itu. Anaknya akan tumbuh menjadi anak yang baik dan tidak akan kekurangan kasih sayang darinya. Menjebak Jasmine bukan berarti dia ingin jahat terhadap mantan istrinya. Akan tetapi dia ingin berada di sisi Jasmine. Membiarkan wanita itu bergantung padanya. Sudah lama dia tidak menyentuh Freya sejak dia terganggu pikirannya oleh Jasmine. “Hari ini Bapak rapat di luar. Tapi saya mohon maaf tidak bisa ikut,” ucapnya Edo. Bian mengulurka
Akhir-akhir ini sering sekali ada pekerjaan di luar yang mengharuskan Jasmine bekerja serba cepat. Di akhir pekan, dia berusaha untuk memulihkan tenaganya. Meskipun sebenarnya dia hampir tumbang selama ini ikut dengan Bian.Pria itu juga tidak ada habisnya. Tenaganya benar-benar terisi dengan sempurna setiap kali mereka pergi. Bahkan Jasmine tidak diberikan izin untuk menyetir. Bian yang melakukannya.Hari Sabtu, dia melihat cucian yang menumpuk. Mainan Noah yang belum beres. Ditambah lagi dia belum membuang sampah.Dihelanya napas panjang-panjang. “Noah, bisakah bantu Mama untuk bereskan mainanmu?”Anak itu sedang bermain ponsel. Lalu kemudian turun dari sofa dan mengikuti perintahnya Jasmine.Tinggal berdua dengan anaknya. Tidak lama, suara bel berbunyi. Lalu Noah mengintip dari jendela. “Om Bian, Ma.”Pria itu lagi? Ada apa dia datang kemari di saat Jasmine ingin beres-beres?Lalu kemudian dia keluar untuk membuka gerbang. Dilihatnya Bian berdiri di depan gerbang dan tidak membawa
Bian mengakui kalau dia menyesal menceraikan Jasmine. Wanita itu tidak bereaksi banyak setelah Bian berkata dengan jujur. Dia memanfaatkan waktu kebersamaannya dengan mantan istrinya.Terkadang, setiap kali dia bersama dengan Freya. Dia tidak bisa bergairah seperti yang dia rasakan saat bersama dengan Jasmine.Orang-orang hanya tahunya bahwa Bian sangat mencintai Freya. Tapi terlihat bahwa hubungannya dengan wanita itu seperti akan kandas begitu saja. Sementara tidak ada pembahasan lain tentang hubungan mereka berdua. Sampai detik ini belum bisa dimengerti kenapa dia bisa menjadi goyah seperti ini setelah mantan istrinya muncul.“Pak,” panggilnya Sierra.Wanita itu membawa sesuatu untuknya.“Ya?”“Ada kiriman dari nyonya,” ucapnya Sierra.Lalu wanita itu meletakkan di atas mejanya. “Apakah Jasmine sudah kembali?” tanya Bian. Wanita itu sedang pergi bersama dengan Edo karena ada urusan penting. Sementara Bian di kantor bersama dengan Sierra.“Belum. Mungkin nanti saat jam makan siang.”
Belanja untuk kebutuhan bulanan. Jasmine berada di supermarket, kebutuhan susu untuk Noah juga cukup tinggi. Memikirkan biaya penitipan Noah, biaya si kecil juga di sekolah. Ditambah lagi kebutuhan sehari-hari yang di mana dia harus berpikir berat. Anaknya mengambil susu yang seperti biasa. “Noah, apakah tidak mau ganti susu?” tanya Jasmine karena merasa berat terhadap itu. Harga yang cukup tinggi untuk kebutuhan anaknya selama satu bulan. Mungkin sebelum Noah sekolah, dia tidak keberatan. Tapi sekarang dia merasa harus berhemat uang. “Mau ini aja, Ma. Enak soalnya.” Jasmine tidak bisa berbuat banyak setelah anaknya berkata demikian. Lalu dia ke kasir dan melihat nominalnya. Kebutuhan susu untuk Noah sebulan pun hampir menyentuh biaya bulanan Noah di daycare, belum lagi kebutuhan untuk sekolah dan kebutuhan mereka setiap hari. Lalu pada saat melihat nominalnya. Dia mengeluarkan kartu dari dompetnya. Itu adalah miliknya Bian. Kartu yang diberikan oleh pria itu ketika mengatakan
Bian membuka M-banking. Dia melihat transaksinya Jasmine kebanyakan dilakukan di supermarket. Padahal dia tidak masalah kalau wanita itu juga perawatan. Wanita itu mempercantik diri dan kebutuhan sehari-hari juga pasti Bian akan dukung. Tapi wanita itu masih menjadi orang tidak enakan seperti dulu. Dia hari ini berencana untuk ke sekolahnya Noah. Mau mencari tahu sendiri berapa biaya perbulan untuk anak itu. Tahu kalau anak itu sekolah di tempat yang terbaik. Jasmine juga memberikan yang terbaik untuk anak mereka. Dia tidak menyalahkan anak itu masuk ke sekolah mahal. Dia hanya kasihan kalau Jasmine menolak uang yang diberikan oleh Bian. Di mana lagi wanita itu mencari uang? Sementara gajinya Jasmine cukup untuk biaya daycare Noah saja. Ajakan Bian untuk kembali juga tidak ditanggapi. Wanita itu mungkin trauma pernah dibuang begitu saja oleh Bian. Jadi, dia hanya mendekati Jasmine dengan cara mengambil hati anaknya sekarang. Dia kedatangan Edo. “Bapak jadi pergi?” “Tunggu Jasmine
Bian tidak ingin mengambil keputusan yang fatal lagi seperti kemarin-kemarin. Dia tidak mau kalau dia dan istrinya bercerai lantaran dirinya yang tidak bisa menjadi suami yang baik. Dia menganggap perasaan istrinya terlalu lebay. Dia menganggap perasaan istrinya berlebihan ketika wanita itu cemburu. Padahal, yang terjadi sebenarnya adalah dirinya tidak pernah lagi mengerti bagaimana rasanya dicemburui. Tidak pernah merasakan itu sebelumnya pada wanita lain. Freya tidak pernah cemburu padanya, Adelia tidak pernah peduli terhadapnya. Berbeda dengan Jasmine yang bahkan menangis karena ulahnya. Sepele, tapi menyakiti istrinya. Bian tidak mau lagi melakukan itu dan menyakiti Jasmine lebih dalam lagi. Sekarang, dia ingin hidup dengan akur dan baik-baik saja bersama dengan istrinya. Dia menuduh Jasmine berubah ketika pulang dari rumahnya Ulfa. Tanpa dia sendiri sadari kalau selama ini yang membuat istrinya berubah adalah ulahnya sendiri. Bian terlalu jauh membuat istrinya menderita. Dia
“Dari sekian banyak pilihan, kenapa kamu memutuskan untuk bercerai sama aku, Mas?” Padahal Bian sendiri tahu, semenjak mereka bertengkar. Jasmine selalu menangis tengah malam. Bian menyadarinya, tidak ingin mengganggu istrinya malam itu. Pelariannya ke alkohol juga tidak mempan. Rasanya masih terlalu sakit kalau dia ingat betapa bodohnya dia. Secara naluri, dia masih menyayangi istrinya. Dia juga tidak ingin berpisah dengan istrinya. Jasmine adalah orang yang dia cintai. Dunia ini seolah-olah akan berhenti begitu Bian mengatakan ingin bercerai dari istrinya. Padahal dia sendiri sangat tahu kalau dirinya sangat mencintai istrinya. Dia meninggalkan semua wanita demi bisa bertahan dengan istrinya. Dia tidak meminta pendapat dari orang lain. Dia hanya berharap kalau ini akan segera selesai. Yaitu dengan cara melepaskan wanita yang begitu dicintainya. Memang dari awal Bian sudah merasa kalau dirinya itu tidak bisa menjaga rumah tangganya lagi. Bian juga sudah berusaha bertahan, namun
Bian menganggap remeh rasa cemburunya Jasmine yang selama ini dia rasakan. Tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari mulut suaminya sendiri. Dia tidak pernah menduga kalau suaminya akan menganggap perasaannya tidak penting seperti itu. Setelah pertengkaran beberapa malam yang lalu. Bian pun tidak ada kata permintaan maaf sampai detik ini. Jasmine yang merasa kalau suaminya memang sangat sulit untuk mengerti perasaannya. Menikah dengan Bian dua kali, tidak serta merta membuatnya merasa baik-baik saja. Menikah hanya karena alasan demi anak. Tapi juga tidak baik untuk kesehatan mentalnya. Memang Bian baik terhadap anak-anak, ternyata pria itu abaikan semua yang dikatakan oleh Jasmine. Memang benar, dia harusnya diam saja tanpa banyak protes terhadap rumah tangganya. Tidak layak juga protes kalau tidak pernah didengarkan. Jasmine mulai menyesali ketika dia memberontak malam itu. Mulai menyesal telah mengeluarkan semua yang ada di dalam hatinya. Mulai merasa kalau dirinya tidak a
“Pa, Papa nggak berantem sama mama, kan?” Bian sedang berenang berdua dengan Noah, anaknya bertanya tentang kondisi rumah tangga mereka. Bian memang tidak pernah bertengkar dengan istrinya. Bian sedang di tepi kolam renang justru tersenyum dengan pertanyaan anaknya. Tidak ada pertengkaran apa pun yang terjadi di dalam rumah tangga mereka. Hanya saja, beberapa hari yang lalu Jasmine mengatakan dirinya sedang lelah saja. “Mama cuman capek aja, Noah. Setiap ibu pasti akan merasakan itu.” “Tapi, Pa. Papa kenapa ketemu lagi sama Nina dan mamanya?” Bian yang tadinya mengabaikan soal itu, tiba-tiba saja dia menoleh kepada anaknya. “Dari mana kamu tahu?” “Pak Egi bilang sama aku tadi waktu jemput ke tempat les. Katanya, Pak Egi sama mama ke taman belakang kantor waktu antar makan siang. Terus Papa di sana sama Nina dan mamanya.” Bian bertemu dengan Adelia tidak ada maksud apa-apa, dia hanya menemui wanita itu lantaran Nina ingin bertemu dengannya. Tidak ada maksud lain yang Bian laku
Seminggu dia pergi bersama dengan Celia. Bian tidak menghubunginya apalagi bertanya apakah dia sudah sampai atau tidak. Justru dia dibiarkan begitu saja. Tidak seperti biasanya, memang pria itu sudah berubah. Jasmine tadinya memang ingin liburan bersama dengan Celia berdua. Setelah dikabari oleh kakak sepupunya kalau Ulfa ada di rumah kakaknya. Jasmine pun akhirnya ke sana dan jaraknya lebih dekat. Dia juga cerita keluh kesahnya dan menceritakan bagaimana Bian dulu juga pernah main wanita di masa lalu. Jasmine yang baru mengenal cinta justru terjebak dalam pernikahan waktu itu. Dia cemburu, tidak bisa mengungkapkannya. Sekarang, dia cemburu. Masih bisa diam juga tanpa berani berkata apa-apa. “Terus, mau sampai kapan kamu sama Celia di sini?” tanya Halim, kakak sepupunya. Jasmine duduk di sebelah kakak sepupunya di sebuah taman yang ada di rumah itu. “Mungkin lusa akan pulang. Kasihan Noah juga di sana.” Dulu, dia menerima Bian kembali karena dia kasihan kepada Noah. Lalu kemudia
“Ada yang ingin kamu omongin sama aku nggak, Mas?” Jasmine ingin tahu apakah suaminya ingin mengatakan sesuatu seperti pertemuan atau apa pun itu. Dia akan mendengarkan semuanya. Terutama dia tidak akan berpikir berlebihan setelah mengetahui suaminya masih bertemu dengan mantan istrinya. Kalau itu adalah Freya, mungkin tidak akan sesakit ini.Merasa dikhianati oleh suaminya lantaran Bian tidak mengatakan apa pun dengan jujur. Pertemuan yang dilakukan di belakang Jasmine termasuk kejahatan dalam rumah tangga. Hilangnya kejujuran dan juga tidak ada yang tahu apa yang terjadi setelahnya. Bian meletakkan ponselnya di atas meja. Menatap Jasmine kemudian tersenyum. “Nggak ada, Sayang.” Jasmine menganggukkan kepalanya dengan perlahan, dia tahu kalau ternyata suaminya hanya pura-pura. Bahkan dari kemarin, Bian tidak meminta jatahnya. Ada apa? Kenapa pria itu berubah sekarang? Jasmine merasa seorang istri yang hanya menerima kesalahan Bian beberapa kali. Tahu kalau watak main wanita itu t
“Bibi, aku saja yang masak. Tolong bantu aku jaga, Celia, ya!” Dia membawa anak keduanya menghadap kepada asisten rumah tangga yang ikut dengannya. Hari ini dia akan pergi bertemu dengan Amber dan juga Sophie. Mereka bertiga akan berkumpul lagi setelah sekian lama tidak bertemu. Jasmine juga akan menyiapkan makan siang untuk suaminya. Sekalian ketika berangkat ke rumah Amber nanti, dia ke kantor suaminya terlebih dahulu untuk membawakan bekal. Seperti biasa, Bian sangat menyukai masakan yang dibuatkan oleh Jasmine. Dia memasak sendirian di dapur. Lalu kemudian membiarkan Celia bersama dengan sang bibi di ruang tengah. Usai dia memasak, Jasmine langsung mandi dan menyiapkan segala kebutuhan yang akan dia perlukan nanti untuk Celia selama berada di rumah Amber. Entah itu pakaian ganti dan juga popok. Dia diberikan izin untuk bertemu dengan Amber karena dia mengatakan akan diantar oleh sopirnya. Bian sangat sensitif sekali membiarkan Jasmine keluar. Lalu kemudian setelah selesai be
“Pak, ada seseorang menunggu Anda di taman belakang kantor,” beritahu Sierra begitu Bian baru saja kembali dari proyek. Bian langsung turun dan pergi ke taman kantor yang tidak jauh dari tempat ini. Lalu kemudian kaki jenjangnya melangkah dengan sangat cepat ke sana. Baru saja tiba di sana, tubuhnya langsung bereaksi ketika melihat wanita bersama dengan anak kecil sedang duduk di bangku taman. Dia menghampiri secara perlahan dan wanita itu kemudian menoleh. Anak kecil itu berlari ke arahnya. “Papa,” dipeluknya Bian sangat erat. “Maafkan aku, Bian. Aku menemuimu kembali. Bukan maksudku mencarimu lagi. Aku tahu, kamu sudah menikah dan mungkin kamu sudah punya kehidupan yang lebih layak. Namun, dia menangis dan selalu mencarimu.” Bian berjongkok dan memeluk anak kecil yang dibawa oleh wanita itu. Wajar rasanya kerinduan Nina tidak akan pernah berakhir. Karena selama ini yang merawat anak ini adalah dirinya. Bian memang tidak ingin berakhir dengan pengkhianatan. Lalu dia menggendong
Tangis seorang bayi memenuhi ruangan yang khusus untuk Jasmine. Kelahiran bayi perempuan yang baru saja beberapa menit lalu. Melengkapi kehidupan rumah tangga mereka yang pada akhirnya mampu membuat Bian takjub dengan istri dan juga anaknya. Dia merasa bangga sekali pada istrinya yang telah melahirkan bayi secantik itu. Dia juga bangga kepada anak perempuan yang lahir dengan selamat dan proses persalinan Jasmine dengan normal. Di rumah sakit pilihan Amber untuk Jasmine melahirkan. Suasana begitu tegang sebelum si kecil dilahirkan. Beberapa kali Jasmine mengerang kesakitan. Berpikir kembali jika itu dirasakan oleh Jasmine beberapa tahun lalu ketika melahirkan Noah sendirian. Selama beberapa tahun terakhir istrinya telah berjuang sendirian. Melihat anak keduanya lahir, harapan baru telah muncul dalam kehidupannya Bian. Menunggu selama ini untuk kehadiran anak kedua mereka. Meskipun sebenarnya dia melihat kalau Noah juga sangat berharap adiknya segera lahir ke dunia ini. Bian bisa t