Beranda / Romansa / Mengejar Cinta Duda Tetangga / Bab 1. Kehadiran Duda Tetangga Nan Menawan.

Share

Bab 1. Kehadiran Duda Tetangga Nan Menawan.

last update Terakhir Diperbarui: 2022-03-09 14:24:29

Seorang lelaki terdengar tengah memanggil-manggil nama tetangga barunya. Alena yang penasaran langsung mengintip siapakah gerangan yang sedang berteriak di hari yang masih terbilang pagi itu?

"Ohh.. My God!"

Ternyata dia adalah duda tetangga yang kini tengah menjadi trending topik di kawasan cukup elit tersebut.

Alena merasa harus  menenangkan diri. Ia tidak ingin laki-laki yang sedang berdiri di depan pagar tetangga barunya itu, mengetahui betapa hatinya telah bergejolak bagaikan ombak laut Cina Selatan. Dengan menguatkan hatinya, Alena berjalan menyambangi laki-laki itu.

"Maaf Mas, Mbak Nova dengan Tiara mungkin sedang pergi." ucap Alena memberi tahu pada laki-laki yang belum ia ketahui namanya itu.

"Ooh..." jawab lelaki itu nampak kecewa.

"Kecewa aja masih nampak ganteng."

"Ooh, lama-lama aku bisa jantungan" Alena mendesah galau dalam hatinya.

Alena melirik si duda ganteng yang sedang melepas pandang ke suatu arah. Sinar matahari yang sedikit menyengat dipagi yang cerah itu memantulkan silau pesonanya hingga semakin nyata. Kemudian ia menoleh kepada Alena yang masih betah berdiri di tempat itu. Bibirnya yang sedikit tertutup oleh kumisnya yang menawan perlahan bergerak mengucapkan sesuatu.

"Terima kasih Mbak..!" ujar si duda ganteng sambil melepas senyuman ramah kepada Alena.

Alena hanya mengangguk kecil dan bersiap meninggalkan tempat itu. Walau hatinya masih ingin berlama-lama bersama lelaki berhidung mancung tersebut, tapi ia tidak mau bersikap terlalu rendah di depan matanya.

"Tunggu Mbak..!!"

"Namaku Arkhan..!" Tiba-tiba laki-laki tersebut menyebutkan nama sambil mengulurkan tangan kepada Alena.

Alena yang tadinya berniat untuk beranjak dari tempat itu segera membatalkan niatnya. Ia menoleh kepada laki-laki yang nampak telah mengulurkan tangan kepadanya. Alena berjalan lebih mendekat agar bisa menjangkau tangan lelaki itu. Telapak tangannya yang tegap serta dihiasi bulu di punggung tangan itu membuat jantung Alena kembali kumat.

Alena pun mengulurkan tangannya sambil menyebutkan nama.

"Alena..!" jawab Alena menyambut perkenalan dari lelaki itu yang ternyata bernama Arkhan.

Ketika jemari mereka bersentuhan Alena merasakan aliran darah kekepalanya seakan mendadak terputus. Kemungkinan pembuluh darah Alena sedikit tersumbat karena silau pesona yang dipancarkan oleh Arkhan.

Arkhan membuka kaca mata hitam yang tadi bertengger di atas hidungnya yang tegak dan mancung.

"Baik Alena, terima kasih ! " ujar Arkhan sambil melepaskan jabatan tangannya dari telapak tangan Alena.

"Putriku baru pindah kesini." sambung Arkhan memberi tahu walaupun Alena tidak menanyakannya. Alena yang masih belum siuman dari pukauan Arkhan masih nampak kebingungan mencari cara untuk menjernihkan pikirannya.

"Alena..!?" Arkhan memanggil nama Alena agak sedikit keras mengagetkan Alena yang nampak terpaku dan terdiam. Alena bahkan tidak mendengar apa yang diucapkan Arkhan pada kalimat terakhirnya tadi.

"Oh .. ii iyaa.." sahut Alena gugup.

"Maaf, aku memanggil namamu dengan sebutan nama saja. Aku lihat kamu masih muda dan mungkin kita seumuran" tutur Arkhan menghadiahkan senyum maut pada wanita yang seperti tengah terpasung di depan matanya itu.

"Oh, tidak apa-apa Arkhan."

"Begitu juga lebih terdengar familiar." jawab Alena juga memberikan senyuman terindah untuk menangkis serangan pesona Arkhan.

"Baiklah..!"

"Kalau begitu aku permisi dulu.!" ujar Arkhan berpamitan.

Laki-laki itu segera mengambil ancang-ancang untuk meninggalkan tempat itu. Ia memakai kembali kaca mata hitamnya yang tadi sempat dilepasnya dan perlahan berjalan menuju mobilnya.

Ia masuk kedalam jok kemudi dan segera menstarter mobilnya. Sebelum menjalankan mobil ia mengangguk ramah dan tersenyum kepada Alena yang berdiri mematung di pinggir jalan bagaikan sebuah patung penghias kota.

Mobil Arkhan sudah menghilang dibelokkan jalan perumahan yang cukup elit dan ternama itu. Namun walaupun mobil itu sudah menghilang, tapi pesona pengemudi mobil itu masih tertinggal dan tercium wangi dalam pikiran Alena.

"Gilaaa..!" seru Alena dalam hati.

Ia baru saja terbangun dari hipnotis yang beberapa saat telah mengunci kesadarannya.

"Dia benar-benar ganteng dan sempurna.."

"Pantesan aja jiwa para ibu-ibu dan semua kaum hawa di sini mulai terganggu." jerit bathin Alena meronta-ronta.

Alena berusaha mengendalikan pikirannya yang telah semakin hanyut ke muara yang tiada bernama. Ia berusaha membuang jauh sisa keindahan yang masih terpampang jelas di pelupuk matanya.

Perlahan Alena berjalan memasuki halaman rumahnya kembali. Lalu ia menutup kembali pintu pagarnya dan terus melangkah menuju taman kecil di samping rumahnya yang lumayan besar. Ia berniat meneruskan kembali pekerjaannya menyiram bunga yang tadi sempat tertunda karena kedatangan Arkhan. Alena menjangkau sebuah slang kecil yang tergeletak begitu saja diatas rumput hias yang hijau bagaikan permadani alam. Lalu ia nyalakan kran air sehingga air mengalir memenuhi semua bagian slang dan kemudian menyembur diujung slang itu. Alena mengarahkan semprotan air ke berbagai arah tanaman di taman itu. Tapi nampaknya Alena telah kehilangan kosentrasi pada pekerjaannya. Ia menyemprotkan air hanya ke satu arah saja. Sedangkan pandangannya nampak menerawang ke alam negeri antah berantah.

Uu uuh..!" Tiba-tiba Alena membanting slang air yang dipegangnya. Lalu ia bergegas mematikan kran hingga air berhenti mengalir. Alena memaki pikirannya sendiri yang sudah dirasuki roh asmara yang tiba-tiba saja datang tanpa terlebih dahulu mengucap salam.

"Aku sudah terpapar virus asmara yang ditebar laki-laki itu..!" seru Alena sambil menekan kedua pelipisnya.

"Aku harus melakukan kegiatan untuk membuang energi negatif ini" sambungnya dalam hati.

Alena berfikir bahwa ia harus melakukan senam pagi ini. Dirinya yang memang berprofesi sebagai pelatih senam segera mengambil ancang-ancang untuk melakukan pemanasan diatas hijaunya rerumputan ditaman itu. Dari speaker ponselnya mulai terdengar musik yang biasa digunakan untuk mengiringi senam erobik. Beberapa saat kemudian ia nampak sudah bisa berkosentrasi dan fokus pada gerakan-gerakan erobik yang sedang dibawakannya.

*

Disore harinya..

Acara senam sore itu nampak lebih meriah. Satu orang anggota baru telah ikut bergabung dalam acara rutin setiap sore dikomplek itu. Ibu-ibu dikomplek perumahan itu memang nampak selalu kompak. Mereka rajin berkumpul untuk mengisi berbagai kegiatan seperti senam, arisan dan PKK.

Sebenarnya kehadiran Nova tidaklah begitu istimewa. Namun pesona Arkhan yang konon kabarnya adalah mantan suami Nova telah menyeret sosok Nova ikut menjadi bahan perhatian.

Tidak sedikit wanita di situ yang menyayangkan perceraian Nova dengan Arkhan suaminya.

"Suami ganteng kayak gitu kok mau bercerai ya..?" Terdengar kasak kusuk bisik-bisik diantara anggota senam yang pasti ditujukan kepada Nova.

Nova wanita yang berumur sekitar 30 tahun memiliki wajah yang cantik serta penampilan nan menawan. Pakaian yang ia kenakan juga bukan terbuat dari bahan sembarangan yang mudah ditemui di negeri ini. Sudah pasti Nova mengimpor atau membeli busananya di luar negeri.

"Selamat bergabung Mbak..!" sapa Alena ramah kepada Nova yang nampak datang kelapangan olah raga itu ditemani putri kecilnya Tiara.

"Sebut saja namaku Nova, tak perlu pakai Mbak." sahut Nova tersenyum ramah.

"Oke Nova, selamat bergabung dengan kami di sini dalam kegiatan senam sore."

"Semoga betah berkumpul dengan kami." sambung Alena juga tersenyum ramah.

Kegiatan senam bersamapun segera di mulai. Alena memandu kegiatan senam dengan semangat hingga semua ibu-ibu yang mengikuti juga bersemangat. Sekali-kali terdengar teriakan mereka gegap gempita mengalahkan suara musik yang mengiringi senam erobik yang tengah mereka lakukan. Tubuh Alena meliuk-liuk memperagakan gerakan senam yang diikuti semua anggota dibelakangnya.

Sekitar satu jam lebih kegiatan itu kini akan segera berakhir. Alena memandu gerakan pendinginan untuk mengembalikan kelenturan otot yang tadi sempat tegang. 

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti dan parkir di jalan tepat di pinggir lapangan itu.

Seorang lelaki ganteng gagah dan tampan keluar dari mobil itu dan langsung mendekati Tiara yang nampak sedang asyik bermain di pinggir lapangan ditemani seorang baby sisternya.

"Papa...!" Tiara bersorak girang begitu melihat kedatangan Arkhan.

Tiara berlari mengejar Arkhan dan Arkhanpun segera menyambut tubuh mungil Tiara dipangkuannya. Wajahnya nampak sumringah menggendong putrinya.

Kehadiran Arkhan di tempat itu sontak membuyarkan kosentrasi para ibu-ibu yang tengah melakukan gerakan pendinginan. Mata mereka serentak menuju kepada Arkhan yang tengah menggendong putrinya. Komando dari Alena tidak lagi mereka dengarkan. Bagaikan terkena sirep dukun dari puncak gunung merbabu, mereka mematung menghadap satu arah yaitu kepada Arkhan.

====

Bab terkait

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 2. Brondong Rentalan Rupanya.

    Mobil Alena memasuki halaman sebuah cafe. Di sana ia berjanji akan bertemu dengan Arcy temannya yang berprofesi sebagai penjual berlian. Arcy sering meminta bantuan Alena untuk mempromosikan berliannya kepada ibu-ibu kalangan atas yang biasa bertemu dengan Alena. Karena Alena adalah seorang pemandu senam yang namanya sudah cukup terkenal maka ia sering dipanggil untuk menjadi instruktur diperkumpulan mereka. Hal itu memberi akses pada Alena untuk membantu bisnis Arcy. Dan Arcy akan membagi keuntungan kepada Alena jika ia berhasil menjual berlian pada kenalan Alena. Alena mempunyai jiwa bisnis yang sangat kental yang turun dari mendiang ibunya. Sekecil apapun peluang akan dimanfaatkan Alena untuk menangguk rupiah."Hai..!!""Maaf aku sedikit telat." sapa Alena pada Arcy yang sudah lebih dahulu datang dari pada dirinya."Udah biasa..!" ujar Arcy sambil mencibir kepada Alena.Alena memang selalu terlambat datang jika ia berjanji temu dengan Arcy. Hal itu disebabkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 3. Ada Yang Cemburu ?

    "Terima kasih Alena.""Roti buatanmu lezat sekali." ucap Arkhan ketika Alena mengantarkannya menuju pintu keluar setelah mereka berdua menikmati sarapan bersama pagi itu."Sama-sama Arkhan, terima kasih juga sudah mau mampir kerumahku." jawab Alena."Tentu saja Alena, kamu tetangga paling dekat dengan putriku. Jika terjadi suatu hal yang buruk pada Tiara aku berharap kamu mau membantunya." ujar Arkhan kali ini nampak serius."Ya..ya..! Tentu saja Arkhan. Kami disini memang selalu saling bantu di setiap masalah." Alena mencoba menghapus kekhawatiran Arkhan terhadap putrinya.Arkhan tersenyum senang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Alena.Dan kini mereka hampir sampai di mulut pintu keluar rumah Alena."Tapi Arkhan..""Kenapa Alena..?""Maaf kalau aku lancang." ujar Alena nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya."Tidak apa Alena. Katakan saja!" jawab Arkhan sambil menatap wajah cantik Alena."Apa tidak sebaiknya kamu dengan Nova berba

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 4. Korban Mulai Berjatuhan.

    Alena termenung setelah Winda menutup pembicaraan telepon dengannya. Ia tak habis fikir mengapa Winda nampak begitu membutuhkan dana secara mendadak. Ia masih ingat pada pertemuan arisan bulan lalu Winda malah menolak ketika pengundian arisan itu jatuh ketangannya. Selama ini keluarga Winda tidak pernah nampak kekurangan uang. "Ah sudahlah.., bukan urusanku juga untuk mengetahui keadaan keuangan orang lain." Alena kemudian mengibaskan pemikirannya yang mulai kepo. Alena segera meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bersiap untuk mandi dan segera ingin beristirahat. Tak lama kemudian terdengar gemercik air didalam kamar mandi. Tubuh Alena terasa semakin segar setelah membersihkan semua keringat dan kotoran yang melekat dikulitnya yang putih mulus. Setelah membersihkan wajahnya di depan cermin dan memakai baju tidur, Alena kembali ke ruang makan untuk makan malam. Sebelum mengambil makanan Alena mengambil ponselnya yang

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 5. Arisan

    Hari Sabtu tepatnya malam Minggu yang ditunggu warga kompleks akhirnya datang juga. Malam itu adalah pertemuan arisan yang di adakan ibu-ibu di sana setiap bulan. Ada sekitar 50 orang anggota yang ikut bergabung dalam arisan tersebut dengan pungutan 5 juta rupiah per anggota yang dikumpulkan setiap awal bulan atau minggu pertama bulan baru. Sungguh angka yang cukup fantastis bukan? Setiap bulan akan keluar seorang pemenang dengan total penarikan 250 juta rupiah. Anggota arisan itu tentu saja mereka yang memiliki rumah di kompleks perumahan elit tersebut, berhubung jangka waktu arisan yang cukup lama.Pengundian pemenang arisan bulan ini diselenggarakan di kediaman Jeng Devi yang mungkin pantas di sebut istana di kawasan itu. Rumah besar bertingkat dua dengan taman yang sangat luas serta di lengkapi pula dengan kolam renang di sisi kanan bangunan itu. Di dalam garasi juga terparkir 3 unit mobil mewah keluaran tahun terbaru. Keluarga Jeng Devi memang bukan keluarga sembarangan. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 6. Garis Polisi

    Dua hari kemudian di sebuah butik.Alena mempercepat langkah kakinya. Dengan sedikit mengendap ia mengikuti Nova dan Arkhan yang nampak sedang memilih beberapa jenis kain bahan pakaian yang terpajang di lemari yang diterangi lampu hias mungil."Ini juga bagus !" Terdengar suara Arkhan memberikan pendapatnya.Nova mematut bahan kain yang ditunjuk jari Arkhan dengan teliti. Tapi nampaknya ia kurang berkenan dengan pilihan Arkhan. Nova kembali berjalan dengan diiringi seorang pamuniaga yang siap memberikan pelayanan.Nova kemudian menunjuk selembar kain yang terletak di bagian harga termahal."Ooohh..!" Alena berteriak kecil begitu melihat pilihan Nova. Alena bisa memperkirakan harga kain yang ditunjuk perempuan itu.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukan main seleranya..!" desis Alena sambil meneguk saliva."Itu hanya sanggup dibeli kalangan artis." ucapnya sendiri tampak tidak habis fikir dari mana Nova mendapatkan uang hingga

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 7 Tembakan Asmara Sang Duda

    Jeng Devi mengangguk dan menawarkan kembali kue-kue dalam kotak itu kepada Alena."Sudah Jeng, sudah kenyang." sahut Alena menolak halus tawaran Jeng Devi. Pikiran Alena masih tertuju kepada Bu Winda yang masih belum jelas duduk persoalannya. Alena benar-benar prihatin atas kejadian yang menimpa wanita petinggi salah satu Bank ternama itu."Jadi bagaimana ceritanya kok sampai Bu Winda dibawa polisi, Bu Asmi?" Jeng Devi bertanya kepada Bu Asmi tetangga dekat Bu Winda. Suara Jeng Devi jelas berbau kesinisan dan kesumat yang tersembunyi rapi. Ia terlihat antusias menjatuhkan Winda yang menjadi saingan cinta terlarangnya terhadap Arkhan.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Jeng Devi."Aduh Buu...! kok sampai bisa lupa umur begini toh Bu hanya karena kecantol lelaki buaya kayak si Arkhan...!" teriak Alena dalam hati ingin menyadarkan Jeng Devi yang menurutnya sama gobloknya dengan Bu Winda. Namun kalimat itu hanya mampu ia ucapkan di dalam hatinya

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 8. Skatmat Alena Untuk Jeng Devi

    Alena mengayuh sepedanya dengan santai. Seperti biasa ia kembali berkeliling beberapa blok sebelum ia pulang menuju rumahnya.“Alena...!!”Alena menghentikan kayuhan kakinya di pedal sepeda lalu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Di sebuah persimpangan Alena melihat Jeng Devi berjalan tergesa-gesa dengan masih menggunakan seragam olah raga tadi.“Tunggu Alena !” Jeng Devi kembali melambaikan tangan meminta Alena menunggunya. Alena mengangguk dan menunggu Jeng Devi dengan posisi masih berada di atas sepeda. Satu kakinya ia tangkringkan di atas pedal sepeda dan satu lagi kakinya bertumpu menginjak aspal.“Jeng Devi belum pulang ?” sapa Alena bertanya karena melihat Jeng Devi masih kelayapan di jalan padahal tadi ia sudah lebih dahulu meninggalkan lapangan.“Saya mampir dulu di rumah Bu Ratih, Alena.” lapor Jeng Devi tanpa diminta dengan sedikit terengah. Ia berdiri berhadapan dengan Alena da

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 9. Calon Mantu Jeng Devi

    Jeng Devi termenung setelah Alena menghilang dari pandangan matanya. Kalimat terakhir Alena serasa menampar wajahnya dan sampai kini masih terasa panas.“Sepertinya Alena mengetahui banyak hal tentang aku dan Arkhan.” pikir Jeng Devi di dalam hati.“Baiknya aku tanya Arkhan saja. Apa sih maunya dia? Sudah banyak uangku habis tapi kini dia mulai berpaling kepada Alena. Huuuh...!”Jeng Devi mengambil ponselnya lalu mencari nomor kontak Arkhan dan langsung memencet tombol call.Nada tunggu terdengar dan di layar ponsel tertulis ‘berdering’. Jeng Devi menunggu tapi sampai durasinya habis namun Arkhan tidak menjawab.“Uuuh... Tuh kaan...! Dia mulai menghindariku.” Jeng Devi terlihat makin kesal diperlakukan Arkhan seperti itu. Hatinya mulai panas dibakar rasa cemburu. Wanita berumur empat puluhan tahun itu clingak-clinguk dan lupa kalau dirinya masih berdiri di pinggir jalan.Dengan perasaan tak menentu Jeng De

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09

Bab terbaru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 41. Di Lapangan

    Sore hari di lapangan senam.Alena sudah bersiap untuk datang ke lapangan untuk memandu senam sore itu. Seperti biasa, ia datang dengan menggunakan sepeda gunung dan bersepeda memutar kompleks perumahannya untuk sekedar melenturkan otot sebelum melakukan gerakan-gerakan senam.Melintasi rumah Jeng Devi, terlihat rumah itu sepi. Biasanya jam segini Jeng Devi sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan.Ketika melewati rumah Bu Winda yang kini memang tidak berpenghuni, Alena teringat kalau Bu Winda telah memintanya untuk memasarkan rumah itu secepat mungkin. Alena langsung menghentikan langkahnya dan turun dari sepeda yang ia tunggangi. Beberapa kali jepretan ia tujukan ke rumah tersebut sebagai bahan baginya untuk memasarkan bangunan tersebut. Setelah merasa cukup, Alena melanjutkan perjalanannya menuju lapangan.Seperti biasa sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul ketika Alena memarkirkan sepedanya. Memang selalu begitu, ibu-ibu datang satu jam lebih dulu sebelum wakt

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 40. Diciduk

    “Huh.. dasar perempuan..! Arkhan mengomel sendiri sembari melangkahkan kaki menjauhi wanita cantik yang tadi menggodanya. Seorang Arkhan biasanya akan melayani tantangan wanita berkelas seperti itu. Tapi, bukan untuk mencintainya, tapi hanya untuk membuat wanita itu sendiri menderita. Yah.. menderita. Itu ia lakukan sebagai pembalasan dendam kepada seorang wanita istri kedua ayahnya yang telah membuat keluarga mereka berantakan dan ayahnya meninggal didalam penderitaan. Sementara itu Alena sudah sampai di halaman parkir dan bersiap membuka pintu mobilnya. Bermacam rasa berkecamuk dipikiran dan perasaan Alena. Yang jelas wanita itu sangat kecewa mendengar pengakuan Nova yang menyebutkan bahwa ia dan Arkhan masih berstatus suami istri.Kekecewaan Alena bukan tersebab karena ia berkeinginan untuk mendapatkan Arkhan. Tidak... Alena kesal karena teman dan tetangganya sudah menjadi korban penipuan Arkhan dan Nova.“Sungguh biadab!” maki Alena sambil membanting pintu mobilnya.Kunci diputar

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 38. Saling Makan.

    “Hipnotiiiis....!!”Jeng Nisa kembali berteriak dan beberapa orang yang berkumpul ikut-ikutan meneriaki Nova.Sadar dirinya diteriaki penghipnotis, Nova langsung ambil langkah seribu. Bergegas ia memacu mobilnya sebelum suasana semakin tidak terkendali.“Sial! Hampir saja aku dikeroyok di gedung itu. Syukur aku cepat-cepat pergi.” Nova menarik nafas dalam sambil memperlambat laju kendaraannya setelah merasa suasana cukup aman. Ia sudah jauh meninggalkan kantor Tuan Suryo dan tidak mungkin ada yang mengejarnya. Setidaknya begitulah pikiran Nova.Tidak sampai 10 menit lagi ia akan sampai di rumah sakit tempat Tiara dirawat oleh Dokter Marwa.Nova melirik perhiasan Jeng Devi yang tadi ia minta paksa kepada perempuan itu. Satu paket perhiasan super mahal tersebut masih tergetak begitu saja di jok sebelah kiri dari Nova yang mengemudi. Wajah Nova berubah menjadi sumringah dan dengan tangan kirinya ia raup satu set perhiasan b

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 37. Hipnotis?

    Di waktu yang sama di pagi menjelang siang itu, di rumah sakit tempat Tiara dirawat tengah terjadi pertengkaran cukup sengit antara Arkhan dan Dokter Marwa. Arkhan bersikeras untuk memindahkan Tiara ke rumah sakit lain karena merasa tidak puas dengan pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit itu khususnya Dokter Marwa. Selama ini Tiara memang selalu di rawat di rumah sakit tersebut atas paksaan Nova. Arkhan tidak tahu sama sekali bahwa Tiara sudah dijadikan korban untuk melancarkan aksi Nova yang bersekongkol dengan Dokter Marwa.“Anda tidak bisa memindahkan pasien seenaknya saja, Tuan Arkhan.”“Kenapa tidak? Tiara adalah putriku! Aku berhak menentukan yang terbaik untuk putriku!” tandas Arkhan menatap tajam tepat ke kedua mata Dokter Marwa. Sekali-kali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang terbaring lemah dengan hanya sedikit saja tanda kehidupan terlihat di tubuhnya. Dadanya masih turun naik walau itu terlihat sangat lambat. Sement

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 36. Hilang Muka

    Sementara itu di dalam toilet kantor Tuan Suryo, Jeng Devi belum kuasa memberantas ketakutannya. Nafasnya tersengal sehingga menarik perhatian dua orang ibu-ibu yang tengah merapikan dandanannya di hadapan sebuah cermin besar yang ada di sana.“Jeng tidak apa-apa, Jeng?” Satu orang dari dua wanita itu memegang kedua bahu Jeng Devi yang terlihat sempoyongan.“Terima kasih! Saya tidak apa-apa.” ucap Jeng Devi sambil menoleh ke wajah perempuan yang menolongnya.“Jeng Nisa?”Jeng Devi menyebut nama perempuan yang menolongnya itu begitu mereka berbalas tatapan.“Oh, Jeng Devi? Ooh... Saya pikir tadi siapa?” sahut perempuan yang ternyata bernama Nisa.Nisa adalah istri dari rekan kerja Tuan Suryo dulunya sewaktu Tuan Suryo masih bertugas di kantor pusat Jakarta.“Apa kabar, Jeng? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.”“Oh kabar baik Jeng. Jeng Nisa bagaimana?”&

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 35. Bisikan

    Di pagi yang sama Alena juga terlihat bergegas memacu mobilnya. Pagi itu Alena bermaksud menjenguk Bu Winda di penjara setelah beberapa kali niatnya itu terhalang oleh berbagai persoalan yang menyambangi hidupnya.Sebagai tetangga yang hubungannya cukup baik dengan Bu Winda, tentu saja ia merasa tidak enak jika tidak memberi perhatian kepada wanita itu. Bu Winda masih berstatus tahanan di sebuah kantor polisi yang tengah mendalami kasusnya.Sebelum sampai ke tempat yang ingin ditujunya, Alena mampir dulu ke sebuah toko makanan dan buah-buahan. Alena membeli beberapa jenis roti-rotian dan juga buah segar.“Semoga Bu Winda sedikit terhibur dengan kedatanganku.” bisik hati Alena sambil tersenyum menatap barang bawaannya. “Setelah menjenguk Bu Winda, barulah aku ke rumah sakit untuk menjenguk Tiara. Kasihan sekali anak itu. Hmm.. andaikan aku punya anak tidak akan mungkin aku sia-siakan ya Allah.”Alena menyetir mobilny

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 34. Pecah Empedu

    "Jelaskan kepada Papa apa maksud Saskia tadi, Ma? Mengapa anak itu seperti memusuhi Mama?” Dua pertanyaan meluncur dari bibir Tuan Suryo.Wajah Jeng Devi menekuk tanpa berani bertatapan dengan suaminya itu.“Ah, tidak ada apa-apa, Pa! Mungkin Saskia lagi boring saja atau sedang bermasalah dengan pacarnya.” sahut Jeng Devi berusaha tenang. Ia menarik kursi dan mendudukinya. Ia raih sepotong roti lalu ia oleskan selai dengan menggunakan pisau roti yang tumpul. Kemudian roti tersebut ia letakkan di atas piring di depan Tuan Suryo.“Ayo sarapan dulu, Pa. Nanti kita telat datang ke kantor, Papa.” ucap Jeng Devi berusaha mengalihkan perhatian suaminya dari masalah Saskia.Tuan Suryo kembali duduk, namun wajahnya tidak lagi jernih. Ia lirik jam besar yang berdiri megah di sudut ruang. Pukul 08.10 wib. Ia sadar sudah tidak punya waktu banyak untuk mengorek keterangan dari istrinya.“Biik...! Mana kopinyaaa...!” kemarahan ia luahkan kepada Bik Sumi yang belum menghidangkan kop

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 33. Pertengkaran

    Pagi datang terasa lebih cepat dari biasanya. Setidaknya itu yang dirasakan oleh Jeng Devi. Setelah semalaman ia sangat sulit memejamkan matanya, dan baru satu jam ia terlelap ternyata pagi sudah nyata menjelma.“Ma, bangun! Sudah siang!”Tuan Suryo menepuk lembut pipi Jeng Devi yang terlihat masih pulas tertidur. Wanita yang masih terlihat cantik itu mengerjapkan matanya sedemikian rupa.“Sudah jam berapa, Pa?” sahut Jeng Devi malas.“Jam 7 pagi!” sahut Tuan Suryo merapikan letak dasinya. Hari ini ia ada acara penting di kantor pusat perusahaan tempat ia bekerja dan siangnya dirinya pun harus berangkat ke sebuah kota lain dimana ia menjadi pimpinan cabang di sana.Tuan Suryo memang sangat sibuk karena ia memangku jabatan yang sangat penting di perusahaan BUMN tersebut. Kinerja Tuan Suryo memang patut diandalkan dan diacungi jempol. Selain cerdas, Tuan Suryo juga tipe orang yang jujur. Ia tidak pernah terlibat koru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 32. Menunggu Pagi

    Nova telah berlalu dari kediaman Jeng Devi, namun tidak dengan ketakutan yang kini terbentang nyata di mata wanita itu. Ia terhenyak di kursi mewah yang tertata rapi di teras rumahnya yang megah. Nova telah menabuhkan ancaman yang sangat menakutkan. Wanita itu sudah lebih satu jam terduduk lesu dengan menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Dedaunan berisik seakan menertawakan kebodohan yang telah dilakukannya.“Oooh... Kemana aku harus mencari uang 1 milyar sampai besok pagi? Uang di tabunganku hanyalah untuk biaya kuliah anak-anakku. Kalau sampai uang itu aku pakai, suamiku pasti marah besar dan pasti akan segera menceraikan aku... Ooh..mengapa harus begini hidupku. Mengapa aku ikut-ikutan berlomba mendapatkan si Arkhan itu. Aku benar-benar telah terperdaya dengan ketampanan wajahnya sehingga aku berani mengkhianati suamiku sendiri yang tengah berjuang untuk memberi kemewahan hidup kepadaku dan anak-anakku...” Jeng Devi mengeluh pilu. Dua tetes air menganak sungai

DMCA.com Protection Status