แชร์

Bab 3. Ada Yang Cemburu ?

ผู้เขียน: Neliwati Nelisaja
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2022-03-09 15:18:07

"Terima kasih Alena." 

"Roti buatanmu lezat sekali." ucap Arkhan ketika Alena mengantarkannya menuju pintu keluar setelah mereka berdua menikmati sarapan bersama pagi itu.

"Sama-sama Arkhan, terima kasih juga sudah mau mampir kerumahku." jawab Alena.

"Tentu saja Alena, kamu tetangga paling dekat dengan putriku. Jika terjadi suatu hal yang buruk pada Tiara aku berharap kamu mau membantunya." ujar Arkhan kali ini nampak serius.

"Ya..ya..! Tentu saja Arkhan. Kami disini memang selalu saling bantu di setiap masalah." Alena mencoba menghapus kekhawatiran Arkhan terhadap putrinya.

Arkhan tersenyum senang mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Alena.

Dan kini mereka hampir sampai di mulut pintu keluar rumah Alena.

"Tapi Arkhan.."

"Kenapa Alena..?"

"Maaf kalau aku lancang." ujar Alena nampak ragu untuk meneruskan kata-katanya.

"Tidak apa Alena. Katakan saja!" jawab Arkhan sambil menatap wajah cantik Alena.

"Apa tidak sebaiknya kamu dengan Nova berbaikan. Kalian nampaknya tidak punya masalah. Lagian kalian kan punya seorang anak yang butuh kasih sayang kalian berdua." Alena akhirnya menyampaikan juga uneg-uneg di hatinya. 

Karena selama ini ia melihat Arkhan sering mengunjungi rumah Nova. Walaupun dengan alasan bertemu anak, tapi mungkin saja mereka berdua masih saling mencintai.

Arkhan nampak menghela nafas berat. Seakan ia tengah memangku sebuah batu yang besar dan harus dia tahan.

Alena menunggu jawaban Arkhan, namun tiba-tiba percakapan mereka terganggu dengan suara mobil yang terdengar memasuki garasi rumah Nova.

"Mereka sudah pulang!"  seru Arkhan nampak senang.

Alena mengangguk dan segera mengemas senyum di bibirnya untuk menutupi kekecewaan karena Arkhan belum menjawab pertanyaannya tadi.

"Ini..!. Sebaiknya kamu langsung berikan pada Tiara." ujar Alena sambil menyodorkan boneka yang tadi diberikan Arkhan padanya.

"Baiklah Alena." jawab Arkhan menerima boneka itu lalu kemudian berpamitan.

Alena menatap punggung Arkhan hingga menghilang dari gerbang pagar rumahnya. Sejurus kemudian ia mendengar teriakan manja Tiara yang memanggilnya dengan sebutan 'Papa'.

Kemudian pintu rumah mereka tertutup hingga tiada terdengar suara apapun dari rumah itu lagi.

Alena juga menutup pintu rumahnya lalu ia mempersiapkan diri untuk berangkat ke suatu tempat perkumpulan yang seminggu lalu mengirimkan undangan padanya.

Beberapa saat kemudian Alena sudah nampak sibuk berdandan lalu mengemas beberapa barang yang akan ia bawa ke dalam sebuah tas kulit berwarna merah jingga.

Setelah merapikan dandanannya, Alena segera turun ke lantai bawah lalu keluar dari pintu utama rumahnya. Tak lama kemudian Alena sudah berada di dalam mobilnya dan bersiap untuk keluar pagar rumahnya. 

Ketika melewati depan rumah Nova, Alena melihat mobil Arkhan masih terparkir di depan pagar rumah itu.

Ada sedikit rasa yang kurang nyaman dirasakan Alena saat ia menyadari kalau Arkhan sedang bersama dengan Nova di dalam rumah yang tertutup rapat.

======

Hari minggu, sore yang cerah.

Lapangan olah raga terlihat ramai dan meriah.

Bermacam-macam kegiatan yang dilakukan warga komplek perumahan itu disana.

Ada yang sedang senam ringan, sebagian sibuk main volly dan basket. Lapangan besar itu memang dibagi menjadi beberapa bagian cabang olah raga berbeda. 

Semua olah raga dilakukan di ruang terbuka mungkin bertujuan agar para peserta mendapatkan sinar matahari yang cukup sehingga bermanfaat untuk kesehatan.

Di samping lapangan juga terdapat kolam renang yang cukup besar. Penghuni komplek itu bebas memilih olah raga apa saja yang ia sukai dan tersedia disana.

Alena baru saja sampai di lapangan itu. Ia menggunakan baju olah raga yang agak longgar. Dengan mengendarai sepeda berwarna putih merek begasso Alena nampak semakin cantik ditambah topi hitam yang bertengger dikepalanya.

Bentuk wajahnya yang sedikit bulat dan bibir bawah yang agak tebal dan seksi membuat banyak mata lelaki mendadak kelilipan. Kecantikannya nampak sempurna diusianya yang telah menginjak angka 32 tahun.

" Tante Alenaaa..!!" Terdengar suara Tiara menyapanya.

Alena yang baru saja memarkir sepedanya di halaman parkir menoleh kearah datangnya suara Tiara.

"Hai sayang..!" seru Alena menjawab ramah sapaan Tiara yang nampak sedang berjalan digandeng Nova ibunya.

Sekilas Alena melihat Nova membuang muka.

Perasaan Alena jadi tidak enak. Ia berfikir mungkin Nova marah dan cemburu karena Arkhan pernah mampir untuk sarapan di rumahnya. Sikap Nova berubah dan tidak seperti biasanya.

Alena berusaha bersikap sewajarnya. Ia berjalan menuju lapangan senam di belakang Nova dan Tiara. Ternyata sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul di lapangan itu.

"Alena..!!" 

Alena menoleh dan ia melihat Bu Ratih memanggilnya dan beberapa orang ibu-ibu sedang duduk di sebuah bangku di bawah sebatang pohon yang cukup rindang.

Alena tersenyum kepada Ratih dan berjalan menuju kearah mereka untuk bergabung.

"Alena, apa bener kamu mengajak Arkhan sarapan pagi dirumahmu..?" Baru saja sampai Alena telah dihadiahkan pertanyaan mengejutkan oleh Ratih.

Alena mengernyitkan dahinya. 

"Waduh, begitu cepat berita menyebar." keluh hati Alena.

Alena berinisiatif menceritakan semua kejadian Arkhan bertamu dan sampai sarapan dirumahnya.

Beberapa ibu-ibu di situ nampak serius mendengarkannya. Ada yang terlihat resah dan cemburu.

"Memangnya kenapa..?" Alena bertanya lalu memandang wajah mereka satu persatu.

"Dan ibu-ibu tahu dari siapa..?" sambung Alena menambah pertanyaan karena ia tidak mendapat jawaban dari pertanyaannya yang pertama tadi.

"Tadi siang aku menjemput uang arisan kerumah Jeng Devi. Jeng Devi bilang padaku kalau Arkhan mampir sarapan ke rumahmu tadi pagi." jawab salah seorang dari mereka.

"Oh ya..!! Terus..!??"

Alena jadi penasaran mendengar Jeng Devi menanyakan masalah itu.

Alena yakin tidak seorang pun di antara mereka yang tahu kalau sebenarnya Jeng Devi pernah pergi berduaan dengan Arkhan ke sebuah cafe.

Alena juga tidak ingin menceritakannya.

"Nampaknya kok aneh ya..?" sambung seorang ibu lain yang bernama Sofia.

"Aneh gimana Bu Sofia..?" tanya Alena pura-pura tidak mengerti.

"Lha Jeng Devi kok seperti cemburuan gitu."

"Nah kalau yang cemburu itu Mbak Nova aku maklum." sambung Bu Sofia.

Alena hanya mengangkat bahu dan tersenyum kecil. Ia tidak bersemangat melayani gosip hari ini.

"Ayo kita mulai senamnya !" ajak Alena membuyarkan pergunjingan sore itu.

Mereka segera membubarkan diri dan bergabung di lapangan senam. Alena mengambil tempat paling depan untuk memimpin. Sekilas Alena melihat Nova dan Jeng Devi mengambil tempat berdekatan. Bukan hanya dekat tapi malah mereka nampak akrab.

Beberapa ibu-ibu juga nampak saling berbisik dan menoleh kepada mereka berdua.

Sembilan puluh menit kemudian acara senam sore berakhir. Alena memilih langsung pulang kerumah dan mengabaikan ajakan ibu-ibu yang ingin mengajaknya untuk menyelenggarakan gunjingan lanjutan.

Alena berjalan menuju sepedanya dengan perasaan sedikit galau.

"Apa Nova tidak tau ya kalau Arkhan ada main sama Jeng Devi ?"

"Kok mereka malah nampak begitu akrab ?" Alena bertanya dalam hati sambil mengayuh sepeda gunungnya pulang.

Badannya terasa segar setelah memandu senam dilapangan barusan.

Ketika akan memasuki pintu pagar rumahnya, Alena melihat Nova si tetangganya juga tengah berada di depan pagar rumahnya bersama Tiara.

Agak sedikit kikuk Alena melempar senyum kepada Nova dan menyapanya.

"Hai Nova..!!"

"Hai Tiara..!!"

"Hai juga Tante Alena..!!" jawab Tiara manja dan bersemangat.

Sedangkan Nova hanya mengangguk kecil lalu membuang pandang ke arah lain.

"Tante, Tiara boleh main kan ke rumah Tante..?" Suara lucu dan manja Tiara menggelitik kuping Alena.

Gadis kecil itu begitu manis, tapi wajahnya tidak sedikit pun mirip dengan Arkhan.

Arkhan berkulit kuning langsat sedangkan Tiara berkulit putih bersih. Lebih cendrung meniru kulit Nova. Bentuk wajah Tiara benar-benar seperti wajah Asia. Tidak nampak ke Arab-arab-an sedikitpun seperti wajah Arkhan. Tapi anak itu sangat cantik dan menggemaskan.

"Boleh kan Tante..?" Tiara kembali bertanya menuntut jawaban karena Alena hanya nampak terpaku menatap ke arahnya.

"Boleh dong sayang .!" jawab Alena tidak memperdulikan wajah masam Nova.

"Eh jangan lancang Tiara..! Tante Alena mau istirahat." Tiba-tiba Nova terdengar berseru menegur anaknya.

Tiara nampak menunduk kecewa.

"Maaf Mbak, Tiara lancang..!" ujar Nova kepada Alena.

Alena tersenyum dan mengangguk.

Walaupun dirinya sebenarnya ingin Tiara bermain kerumahnya, tapi Alena tidak mau membuat Nova semakin tidak menyukainya.

Alena segera masuk ke halaman rumahnya dan menuju pintu. Sejenak kemudian ia sudah sibuk dengan berbagai aktivitas di dalam rumahnya itu.

Suara ponsel yang berdering di ruang makan kemudian memanggil Alena untuk segera datang dan meninggalkan kesibukkannya.

Alena mendekati dan meraih telepon genggamnya untuk melihat siapa yang menelponnya.

"Halo Bu Winda..!" Alena segera menjawab begitu melihat seseorang bernama Winda menelponnya.

"Halo Alena, maaf aku mengganggu.!" jawab wanita itu di ujung telepon.

"Ah enggak apa-apa Bu Winda, kita kan biasa juga ngobrol." ujar Alena sambil duduk disebuah sofa santai.

Ia tahu kalau percakapan ini pasti akan berlangsung lama. Ia dan Winda tergolong akrab dan sering mengobrol, baik langsung atau lewat telepon. 

Winda adalah seorang wanita karier yang bekerja di sebuah bank swasta. Jabatannya cukup tinggi dan ditambah lagi dengan pendapatan suaminya sebagai pedagang pakaian yang cukup sukses, sehingga taraf hidupnya juga terbilang tinggi.

"Aku sebenarnya mau minta bantuan kamu Alena !" ujar Winda setelah beberapa jurus mereka mengobrol tentang berbagai hal.

Alena mengernyitkan dahinya. Kira-kira bantuan apa yang diinginkan Winda dari dirinya.

"Apa yang bisa aku bantu Bu Winda...?" tanya Alena penasaran.

"Minggu depan jadwal kita berkumpul arisan di rumah Jeng Devi" ujar Winda.

"Iya.., Terus..?" Alena menganggukkan kepalanya walau Winda tidak melihatnya.

"Aku minta tolong padamu Alena, kalau giliran menerima arisan bulan ini diberikan kepadaku dulu." Winda menjelaskan tujuannya.

"Kamu belum memerlukan dana besar bulan ini kan Alena..?" Winda balik bertanya pada Alena.

"Tidak Bu Winda, aku memang belum membutuhkan dalam waktu dekat ini."

"Tidak apa Bu, kalau memang namaku keluar dipengundian minggu depan, nanti akan aku alihkan kepada Bu Winda." ujar Alena

"Terima kasih Alena, kamu baik sekali." Terdengar suara Winda sangat senang.

Nampaknya ia memang sedang membutuhkan dana mendesak. Alena tidak keberatan jika ia bisa membantu.

Setelah menyampaikan maksudnya Winda mohon diri untuk menutup pembicaraan.

********

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 4. Korban Mulai Berjatuhan.

    Alena termenung setelah Winda menutup pembicaraan telepon dengannya. Ia tak habis fikir mengapa Winda nampak begitu membutuhkan dana secara mendadak. Ia masih ingat pada pertemuan arisan bulan lalu Winda malah menolak ketika pengundian arisan itu jatuh ketangannya. Selama ini keluarga Winda tidak pernah nampak kekurangan uang. "Ah sudahlah.., bukan urusanku juga untuk mengetahui keadaan keuangan orang lain." Alena kemudian mengibaskan pemikirannya yang mulai kepo. Alena segera meletakkan ponselnya di atas meja makan. Ia bersiap untuk mandi dan segera ingin beristirahat. Tak lama kemudian terdengar gemercik air didalam kamar mandi. Tubuh Alena terasa semakin segar setelah membersihkan semua keringat dan kotoran yang melekat dikulitnya yang putih mulus. Setelah membersihkan wajahnya di depan cermin dan memakai baju tidur, Alena kembali ke ruang makan untuk makan malam. Sebelum mengambil makanan Alena mengambil ponselnya yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-03-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 5. Arisan

    Hari Sabtu tepatnya malam Minggu yang ditunggu warga kompleks akhirnya datang juga. Malam itu adalah pertemuan arisan yang di adakan ibu-ibu di sana setiap bulan. Ada sekitar 50 orang anggota yang ikut bergabung dalam arisan tersebut dengan pungutan 5 juta rupiah per anggota yang dikumpulkan setiap awal bulan atau minggu pertama bulan baru. Sungguh angka yang cukup fantastis bukan? Setiap bulan akan keluar seorang pemenang dengan total penarikan 250 juta rupiah. Anggota arisan itu tentu saja mereka yang memiliki rumah di kompleks perumahan elit tersebut, berhubung jangka waktu arisan yang cukup lama.Pengundian pemenang arisan bulan ini diselenggarakan di kediaman Jeng Devi yang mungkin pantas di sebut istana di kawasan itu. Rumah besar bertingkat dua dengan taman yang sangat luas serta di lengkapi pula dengan kolam renang di sisi kanan bangunan itu. Di dalam garasi juga terparkir 3 unit mobil mewah keluaran tahun terbaru. Keluarga Jeng Devi memang bukan keluarga sembarangan. Ia

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 6. Garis Polisi

    Dua hari kemudian di sebuah butik.Alena mempercepat langkah kakinya. Dengan sedikit mengendap ia mengikuti Nova dan Arkhan yang nampak sedang memilih beberapa jenis kain bahan pakaian yang terpajang di lemari yang diterangi lampu hias mungil."Ini juga bagus !" Terdengar suara Arkhan memberikan pendapatnya.Nova mematut bahan kain yang ditunjuk jari Arkhan dengan teliti. Tapi nampaknya ia kurang berkenan dengan pilihan Arkhan. Nova kembali berjalan dengan diiringi seorang pamuniaga yang siap memberikan pelayanan.Nova kemudian menunjuk selembar kain yang terletak di bagian harga termahal."Ooohh..!" Alena berteriak kecil begitu melihat pilihan Nova. Alena bisa memperkirakan harga kain yang ditunjuk perempuan itu.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukan main seleranya..!" desis Alena sambil meneguk saliva."Itu hanya sanggup dibeli kalangan artis." ucapnya sendiri tampak tidak habis fikir dari mana Nova mendapatkan uang hingga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 7 Tembakan Asmara Sang Duda

    Jeng Devi mengangguk dan menawarkan kembali kue-kue dalam kotak itu kepada Alena."Sudah Jeng, sudah kenyang." sahut Alena menolak halus tawaran Jeng Devi. Pikiran Alena masih tertuju kepada Bu Winda yang masih belum jelas duduk persoalannya. Alena benar-benar prihatin atas kejadian yang menimpa wanita petinggi salah satu Bank ternama itu."Jadi bagaimana ceritanya kok sampai Bu Winda dibawa polisi, Bu Asmi?" Jeng Devi bertanya kepada Bu Asmi tetangga dekat Bu Winda. Suara Jeng Devi jelas berbau kesinisan dan kesumat yang tersembunyi rapi. Ia terlihat antusias menjatuhkan Winda yang menjadi saingan cinta terlarangnya terhadap Arkhan.Alena menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Jeng Devi."Aduh Buu...! kok sampai bisa lupa umur begini toh Bu hanya karena kecantol lelaki buaya kayak si Arkhan...!" teriak Alena dalam hati ingin menyadarkan Jeng Devi yang menurutnya sama gobloknya dengan Bu Winda. Namun kalimat itu hanya mampu ia ucapkan di dalam hatinya

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-08
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 8. Skatmat Alena Untuk Jeng Devi

    Alena mengayuh sepedanya dengan santai. Seperti biasa ia kembali berkeliling beberapa blok sebelum ia pulang menuju rumahnya.“Alena...!!”Alena menghentikan kayuhan kakinya di pedal sepeda lalu menoleh ke arah datangnya suara yang memanggilnya. Di sebuah persimpangan Alena melihat Jeng Devi berjalan tergesa-gesa dengan masih menggunakan seragam olah raga tadi.“Tunggu Alena !” Jeng Devi kembali melambaikan tangan meminta Alena menunggunya. Alena mengangguk dan menunggu Jeng Devi dengan posisi masih berada di atas sepeda. Satu kakinya ia tangkringkan di atas pedal sepeda dan satu lagi kakinya bertumpu menginjak aspal.“Jeng Devi belum pulang ?” sapa Alena bertanya karena melihat Jeng Devi masih kelayapan di jalan padahal tadi ia sudah lebih dahulu meninggalkan lapangan.“Saya mampir dulu di rumah Bu Ratih, Alena.” lapor Jeng Devi tanpa diminta dengan sedikit terengah. Ia berdiri berhadapan dengan Alena da

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 9. Calon Mantu Jeng Devi

    Jeng Devi termenung setelah Alena menghilang dari pandangan matanya. Kalimat terakhir Alena serasa menampar wajahnya dan sampai kini masih terasa panas.“Sepertinya Alena mengetahui banyak hal tentang aku dan Arkhan.” pikir Jeng Devi di dalam hati.“Baiknya aku tanya Arkhan saja. Apa sih maunya dia? Sudah banyak uangku habis tapi kini dia mulai berpaling kepada Alena. Huuuh...!”Jeng Devi mengambil ponselnya lalu mencari nomor kontak Arkhan dan langsung memencet tombol call.Nada tunggu terdengar dan di layar ponsel tertulis ‘berdering’. Jeng Devi menunggu tapi sampai durasinya habis namun Arkhan tidak menjawab.“Uuuh... Tuh kaan...! Dia mulai menghindariku.” Jeng Devi terlihat makin kesal diperlakukan Arkhan seperti itu. Hatinya mulai panas dibakar rasa cemburu. Wanita berumur empat puluhan tahun itu clingak-clinguk dan lupa kalau dirinya masih berdiri di pinggir jalan.Dengan perasaan tak menentu Jeng De

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 10. Pangeran Syurga

    Malam harinya di sebuah cafe.“Aku senang sekali kamu bisa datang Alena.” sambut Arkhan dengan mata berbinar. Malam itu Arkhan menjelma bagaikan seorang Pangeran Syurga yang tampil sungguh sangat menawan. Alena mengerjapkan matanya yang langsung saja tanpa basa-basi tiba-tiba menderita kelilipan akut. Janda cantik berbody goal tersebut hampir saja mengurungkan niatnya untuk melanjutkan acara dinner dengan lelaki itu. Kalau saja Arkhan tidak melihatnya kedatangannya tentu saja Alena akan lari terbirit-birit dan membatalkan sepihak perjanjian dinner dengannya. Nampaknya Alena mulai pesimis pada kekebalan yang ia miliki bisa diandalkan untuk menangkis serangan pesona laki-laki setampan Arkhan. Selain gagah dan tampan, Arkhan ternyata juga super romantis.Malam itu penampilan Arkhan sungguh sempurna. Stelan jas berbahan sutra berwarna hijau gelap melapisi kemeja hijau lumut dengan bahan silk dan dilengkapi pula dengan dasi warna senada. Rambut Arkhan ditata l

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-09
  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 11. Terlelap Di Kandang Buaya Darat

    Suasana mendadak menjadi kacau balau. Air hujan pun mulai turun dan semakin deras. Beberapa pelayan berlarian membantu Alena dan Arkhan yang terjebak di dalam reruntuhan aksesoris taman buat buatan tersebut.“Mari Tuan, Nyonya...!” Seorang pelayan yang telah mengangkat pohon besar buatan itu mengulurkan tangan untuk membantu Alena dan Arkhan yang tengah terjebak di dalamnya.Hujan kian menggila sehingga dalam sekejap saja tubuh mereka basah kuyup. Alena menggigil kedinginan karena tubuhnya yang basah dihembus pula oleh angin yang sangat kencang.“Kamu kedinginan Alena.” seru Arkhan di tengah derasnya hujan. Arkhan sangat mengkhawatirkan Alena yang terlihat pucat pasi dan tangannya dingin membeku.Alena tidak sanggup menjawab. Bibirnya gemetar dan giginya gemerutuk dan darahnya terasa membeku. Mereka berpandangan beberapa saat di dalam hujan. Alena merasakan kerinduannya akan belaian laki-laki muncul menyesakkan jiwa. Sudah lebih tiga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2022-04-09

บทล่าสุด

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 41. Di Lapangan

    Sore hari di lapangan senam.Alena sudah bersiap untuk datang ke lapangan untuk memandu senam sore itu. Seperti biasa, ia datang dengan menggunakan sepeda gunung dan bersepeda memutar kompleks perumahannya untuk sekedar melenturkan otot sebelum melakukan gerakan-gerakan senam.Melintasi rumah Jeng Devi, terlihat rumah itu sepi. Biasanya jam segini Jeng Devi sudah bersiap untuk berangkat ke lapangan.Ketika melewati rumah Bu Winda yang kini memang tidak berpenghuni, Alena teringat kalau Bu Winda telah memintanya untuk memasarkan rumah itu secepat mungkin. Alena langsung menghentikan langkahnya dan turun dari sepeda yang ia tunggangi. Beberapa kali jepretan ia tujukan ke rumah tersebut sebagai bahan baginya untuk memasarkan bangunan tersebut. Setelah merasa cukup, Alena melanjutkan perjalanannya menuju lapangan.Seperti biasa sudah banyak ibu-ibu yang berkumpul ketika Alena memarkirkan sepedanya. Memang selalu begitu, ibu-ibu datang satu jam lebih dulu sebelum wakt

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 40. Diciduk

    “Huh.. dasar perempuan..! Arkhan mengomel sendiri sembari melangkahkan kaki menjauhi wanita cantik yang tadi menggodanya. Seorang Arkhan biasanya akan melayani tantangan wanita berkelas seperti itu. Tapi, bukan untuk mencintainya, tapi hanya untuk membuat wanita itu sendiri menderita. Yah.. menderita. Itu ia lakukan sebagai pembalasan dendam kepada seorang wanita istri kedua ayahnya yang telah membuat keluarga mereka berantakan dan ayahnya meninggal didalam penderitaan. Sementara itu Alena sudah sampai di halaman parkir dan bersiap membuka pintu mobilnya. Bermacam rasa berkecamuk dipikiran dan perasaan Alena. Yang jelas wanita itu sangat kecewa mendengar pengakuan Nova yang menyebutkan bahwa ia dan Arkhan masih berstatus suami istri.Kekecewaan Alena bukan tersebab karena ia berkeinginan untuk mendapatkan Arkhan. Tidak... Alena kesal karena teman dan tetangganya sudah menjadi korban penipuan Arkhan dan Nova.“Sungguh biadab!” maki Alena sambil membanting pintu mobilnya.Kunci diputar

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 38. Saling Makan.

    “Hipnotiiiis....!!”Jeng Nisa kembali berteriak dan beberapa orang yang berkumpul ikut-ikutan meneriaki Nova.Sadar dirinya diteriaki penghipnotis, Nova langsung ambil langkah seribu. Bergegas ia memacu mobilnya sebelum suasana semakin tidak terkendali.“Sial! Hampir saja aku dikeroyok di gedung itu. Syukur aku cepat-cepat pergi.” Nova menarik nafas dalam sambil memperlambat laju kendaraannya setelah merasa suasana cukup aman. Ia sudah jauh meninggalkan kantor Tuan Suryo dan tidak mungkin ada yang mengejarnya. Setidaknya begitulah pikiran Nova.Tidak sampai 10 menit lagi ia akan sampai di rumah sakit tempat Tiara dirawat oleh Dokter Marwa.Nova melirik perhiasan Jeng Devi yang tadi ia minta paksa kepada perempuan itu. Satu paket perhiasan super mahal tersebut masih tergetak begitu saja di jok sebelah kiri dari Nova yang mengemudi. Wajah Nova berubah menjadi sumringah dan dengan tangan kirinya ia raup satu set perhiasan b

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 37. Hipnotis?

    Di waktu yang sama di pagi menjelang siang itu, di rumah sakit tempat Tiara dirawat tengah terjadi pertengkaran cukup sengit antara Arkhan dan Dokter Marwa. Arkhan bersikeras untuk memindahkan Tiara ke rumah sakit lain karena merasa tidak puas dengan pengobatan yang dilakukan oleh rumah sakit itu khususnya Dokter Marwa. Selama ini Tiara memang selalu di rawat di rumah sakit tersebut atas paksaan Nova. Arkhan tidak tahu sama sekali bahwa Tiara sudah dijadikan korban untuk melancarkan aksi Nova yang bersekongkol dengan Dokter Marwa.“Anda tidak bisa memindahkan pasien seenaknya saja, Tuan Arkhan.”“Kenapa tidak? Tiara adalah putriku! Aku berhak menentukan yang terbaik untuk putriku!” tandas Arkhan menatap tajam tepat ke kedua mata Dokter Marwa. Sekali-kali ia mengalihkan pandangannya ke arah Tiara yang terbaring lemah dengan hanya sedikit saja tanda kehidupan terlihat di tubuhnya. Dadanya masih turun naik walau itu terlihat sangat lambat. Sement

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 36. Hilang Muka

    Sementara itu di dalam toilet kantor Tuan Suryo, Jeng Devi belum kuasa memberantas ketakutannya. Nafasnya tersengal sehingga menarik perhatian dua orang ibu-ibu yang tengah merapikan dandanannya di hadapan sebuah cermin besar yang ada di sana.“Jeng tidak apa-apa, Jeng?” Satu orang dari dua wanita itu memegang kedua bahu Jeng Devi yang terlihat sempoyongan.“Terima kasih! Saya tidak apa-apa.” ucap Jeng Devi sambil menoleh ke wajah perempuan yang menolongnya.“Jeng Nisa?”Jeng Devi menyebut nama perempuan yang menolongnya itu begitu mereka berbalas tatapan.“Oh, Jeng Devi? Ooh... Saya pikir tadi siapa?” sahut perempuan yang ternyata bernama Nisa.Nisa adalah istri dari rekan kerja Tuan Suryo dulunya sewaktu Tuan Suryo masih bertugas di kantor pusat Jakarta.“Apa kabar, Jeng? Sudah lama sekali kita tidak bertemu.”“Oh kabar baik Jeng. Jeng Nisa bagaimana?”&

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 35. Bisikan

    Di pagi yang sama Alena juga terlihat bergegas memacu mobilnya. Pagi itu Alena bermaksud menjenguk Bu Winda di penjara setelah beberapa kali niatnya itu terhalang oleh berbagai persoalan yang menyambangi hidupnya.Sebagai tetangga yang hubungannya cukup baik dengan Bu Winda, tentu saja ia merasa tidak enak jika tidak memberi perhatian kepada wanita itu. Bu Winda masih berstatus tahanan di sebuah kantor polisi yang tengah mendalami kasusnya.Sebelum sampai ke tempat yang ingin ditujunya, Alena mampir dulu ke sebuah toko makanan dan buah-buahan. Alena membeli beberapa jenis roti-rotian dan juga buah segar.“Semoga Bu Winda sedikit terhibur dengan kedatanganku.” bisik hati Alena sambil tersenyum menatap barang bawaannya. “Setelah menjenguk Bu Winda, barulah aku ke rumah sakit untuk menjenguk Tiara. Kasihan sekali anak itu. Hmm.. andaikan aku punya anak tidak akan mungkin aku sia-siakan ya Allah.”Alena menyetir mobilny

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 34. Pecah Empedu

    "Jelaskan kepada Papa apa maksud Saskia tadi, Ma? Mengapa anak itu seperti memusuhi Mama?” Dua pertanyaan meluncur dari bibir Tuan Suryo.Wajah Jeng Devi menekuk tanpa berani bertatapan dengan suaminya itu.“Ah, tidak ada apa-apa, Pa! Mungkin Saskia lagi boring saja atau sedang bermasalah dengan pacarnya.” sahut Jeng Devi berusaha tenang. Ia menarik kursi dan mendudukinya. Ia raih sepotong roti lalu ia oleskan selai dengan menggunakan pisau roti yang tumpul. Kemudian roti tersebut ia letakkan di atas piring di depan Tuan Suryo.“Ayo sarapan dulu, Pa. Nanti kita telat datang ke kantor, Papa.” ucap Jeng Devi berusaha mengalihkan perhatian suaminya dari masalah Saskia.Tuan Suryo kembali duduk, namun wajahnya tidak lagi jernih. Ia lirik jam besar yang berdiri megah di sudut ruang. Pukul 08.10 wib. Ia sadar sudah tidak punya waktu banyak untuk mengorek keterangan dari istrinya.“Biik...! Mana kopinyaaa...!” kemarahan ia luahkan kepada Bik Sumi yang belum menghidangkan kop

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 33. Pertengkaran

    Pagi datang terasa lebih cepat dari biasanya. Setidaknya itu yang dirasakan oleh Jeng Devi. Setelah semalaman ia sangat sulit memejamkan matanya, dan baru satu jam ia terlelap ternyata pagi sudah nyata menjelma.“Ma, bangun! Sudah siang!”Tuan Suryo menepuk lembut pipi Jeng Devi yang terlihat masih pulas tertidur. Wanita yang masih terlihat cantik itu mengerjapkan matanya sedemikian rupa.“Sudah jam berapa, Pa?” sahut Jeng Devi malas.“Jam 7 pagi!” sahut Tuan Suryo merapikan letak dasinya. Hari ini ia ada acara penting di kantor pusat perusahaan tempat ia bekerja dan siangnya dirinya pun harus berangkat ke sebuah kota lain dimana ia menjadi pimpinan cabang di sana.Tuan Suryo memang sangat sibuk karena ia memangku jabatan yang sangat penting di perusahaan BUMN tersebut. Kinerja Tuan Suryo memang patut diandalkan dan diacungi jempol. Selain cerdas, Tuan Suryo juga tipe orang yang jujur. Ia tidak pernah terlibat koru

  • Mengejar Cinta Duda Tetangga   Bab 32. Menunggu Pagi

    Nova telah berlalu dari kediaman Jeng Devi, namun tidak dengan ketakutan yang kini terbentang nyata di mata wanita itu. Ia terhenyak di kursi mewah yang tertata rapi di teras rumahnya yang megah. Nova telah menabuhkan ancaman yang sangat menakutkan. Wanita itu sudah lebih satu jam terduduk lesu dengan menyandarkan bahunya ke sandaran kursi. Dedaunan berisik seakan menertawakan kebodohan yang telah dilakukannya.“Oooh... Kemana aku harus mencari uang 1 milyar sampai besok pagi? Uang di tabunganku hanyalah untuk biaya kuliah anak-anakku. Kalau sampai uang itu aku pakai, suamiku pasti marah besar dan pasti akan segera menceraikan aku... Ooh..mengapa harus begini hidupku. Mengapa aku ikut-ikutan berlomba mendapatkan si Arkhan itu. Aku benar-benar telah terperdaya dengan ketampanan wajahnya sehingga aku berani mengkhianati suamiku sendiri yang tengah berjuang untuk memberi kemewahan hidup kepadaku dan anak-anakku...” Jeng Devi mengeluh pilu. Dua tetes air menganak sungai

DMCA.com Protection Status