“Fero aku pertegas lagi, aku sudah menikah dan memiliki suami! apa yang sudah kita lakukan tempo hari di ruang rapat itu adalah di mana saat itu aku masih single dan belum menikah, hal itu tidak akan aku ulangi lagi sampai kapan pun!” sahut Sinta dengan lugas.
“Bagaimana jika aku mau mengulangi ci*man itu lagi dan lagi?” goda Fero yang tak mau menyerah begitu saja.
“Jaga sikapmu Fero! kamu itu orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki kedudukan di sekolah ini, jangan sampai karena sikapmu ini membuat reputasimu hancur!” Sinta mengingatkan Fero untuk tidak bersikap impulsif.
“Saat ini hanya kamu prioritasku sayang, untuk yang lain aku sudah tidak peduli sedikitpun!” elak Fero.
“Kamu memang benar-benar sudah gila Fero!”
“Iya aku gila karena mu, karena begitu mencintaimu dan juga merindukanmu!” Fero kembali menegaskan kata-katanya bahwa ia masih sangat terobsesi dengan mantan istrinya itu. kemudian diraihlah
Makan buah semangka dan buah jeruk...divote dulu yukk !!!🤗💞💖
Setelah Dokter menuliskan resep untuk diberikan Devano, kemudian ia pun segera ke ruangan di mana Sinta dirawat, terlihat Fero di sana menemani Sinta yang masih terbaring di hospital bed. Fero tak kalah khawatirnya dengan Devano karena ia yang mengetahui terlebih dahulu detik-detik mantan istri yang masih dicintainya tersebut pingsan. “Loh Fero kamu belum kembali?” tanya Devano sambil tersenyum ramah. “Iya Sinta sendirian bukankah kamu pergi ke ruangan Dokter?! mana mungkin aku meninggalkan dia sendirian, aku takut dia nantinya butuh apa-apa!” Jawab Fero. “Terima kasih banyak Fero, kamu sudah menolongnya dan membawanya kemari!” tutur Devano sambil bersalaman dan menepuk-nepuk lengan Fero. “Iya sama-sama! karena sudah ada kamu di sini, maka aku akan kembali kesekolah!” sahut Fero. “Oh ya Sinta, apa kamu juga tidak mengucapkan terima kasih kepadaku?” tanya Fero menggoda Sinta, ia sama sekali tid
Sama halnya seperti Ibu hamil pada umumnya, morning sickness juga dirasakan oleh Sinta. Setiap harinya selalu diwarnai dengan rasa mual bahkan mencium aroma dari bumbu di tumis saja rasanya pingin muntah dan pergi ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya. Devano mengetahui betul apa yang dialami oleh istrinya sehingga ia tidak memperkenankan istrinya untuk memasak di dapur selama mengalami morning sickness karena ia tidak ingin sosok yang disayanginya itu merasakan ketidak nyamanan di masa kehamilannya. Entahlah sama seperti hari-hari sebelumnya menjelang tidur malam Sinta menginginkan makan yang aneh-aneh, makanan yang sangat jarang sekali ia makan di hari-hari biasa sewaktu ia tidak hamil. Dan saat ini ia begitu menginginkan makan lontong kupang, makanan yang banyak dijajakan di kota pasuruan dan sidoarjo jawa timur. Karena Sinta memang kelahiran asli jawa timur jadi pada saat ia sedang jalan-jalan di kota tersebut i
Setelah 48 jam di rumah sakit pasca melahirkan, Sinta dan bayinya sudah diperbolehkan pulang. Bertambah lagi anggota keluarga di tengah-tengah keluarga kecil Devano dan Sinta. Kini suasana rumah lebih ramai dengan hadirnya suara tangisan bayi setiap harinya. Devano pun turut andil karena predikat suami dan papa siaga memang pantas disematkan kepadanya. Di tengah malam meski terkantuk-kantuk ia dengan suka rela mengganti popok si bayi begitu pula Sinta yang sudah bertekad untuk memberikan ASI eksklusif untuk sang buah hati meski sedang tertidur lelap dengan sabar dibangunkan untuk disusui. Benar-benar pengalaman baru yang membutuhkan tenaga ekstra, ketelatenan dan juga kasih sayang. Dengan kelahiran sang buah hati membuat perasaan sayang Devano kepada Sinta kian bertambah di mana ia melihat dengan jelas perjuangan sang istri untuk bisa melahirkan secara normal itu tidak mudah, butuh pengorbanan besar dan juga mempertaruhkan nyawa. Rasa sayangnya
“Iya Bu semua furniture di rumah ini baru semua tapi tidak ada yang beli alias gratis, semua ini merupakan hadiah dari sahabat karib saya karena beliau memiliki perusahaan di bidang furniture!” ungkap Devano“Wah! ya pantas saja kalau gratis Pak, lawong yang punya perusahaan furniture adalah sahabatnya Pak Vano, lah kalau kita? siapa kita ya?” sahut Bu Ila.“Hehehe Bu Ila bisa saja!” tutur Devano sambil tertawa.“Pak! apa kami boleh lihat-lihat ke halaman belakang yang ada kolam renangnya itu kan?” tanya Bu Ila“Oh boleh! mau berenang di situ juga boleh kok!” celetuk Devano.“Ah kami tidak bisa berenang atu Pak!” jawab Bu Eni.“Tidak masalah juga itu Bu, karena kami juga menyediakan pelampung bagi yang tidak bisa berenang!” usul Devano.“Tidak..tidak…tidak…terima kasih banyak Pak!” tolak Bu Eni keta
Hari ini Devano mengajak istri dan putranya untuk berlibur ke tempat yang masih tetap di wilayah jawa barat yaitu Pantai Sindangkerta, yang mana lokasinya berada di Cipatujuh-Tasikmalaya. Kenapa Devano memilih pantai Sindangkerta dari sekian banyak pantai yang berada di wilayah jawa barat karena pantai yang mereka kunjungi kali ini sangat bersih dan tak jauh dari sana terdapat resort favorit Devano karena selain memiliki berbagai fasilitas yang lengkap. Resort tersebut sangat nyaman jika membawa anak kecil. Sebenarnya tujuan awal Devano hendak membawa keluarga kecilnya berlibur ke luar negeri atau bisa juga ke luar kota yang jauh dari kota Bandung, namun Sinta menolak untuk pergi jauh dari rumah karena selain nantinya akan menempuh perjalanan panjang yang akan menghabiskan waktu dan tenaga namun juga Bagi Sinta banyak pantai di wilayah jawa barat yang belum ia kunjungi dan panoramanya tak kalah indah dibanding pantai di kota lain atau di negeri seberang
Devano dan juga keluarga kecilnya beberapa hari yang lalu berlibur ke pantai selama 2 hari setelah itu mereka kembali pulang ke rumah. Sesampainya di rumah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh mereka mencuci muka serta membersihkan diri untuk kemudian beristirahat. Kemudian keesokan hari seperti biasa Sinta memasak untuk sarapan pagi. Untuk Azka ia buatkan sayur sop wortel dan juga daging sapi kesukaannya sedangkan untuk suaminya ia buatkan chicken oregano. Di sertai dengan beberapa kudapan dan juga buah segar yang ia sajikan di atas meja makan. Setelah selesai disajikan semua Sinta pun memanggil suaminya yang tengah berada di ruang kerja. “Sayang sarapan dulu yuk! semuanya sudah siap!” ajak Sinta. “Oke sayang duluan saja dulu ya, sebentar lagi aku menyusul!” jawab Devano. “Oke jangan lama-lama ya! kalau gitu Mama panggil putra kita dulu buat sarapan juga!” “Oke!” Saat itu Azka sedang bermain di halaman b
Suara adzan subuh terdengar di indra pendengaran Sinta membuatnya terbangun dari tidurnya yang pulas. Saat itu menunjukkan pukul 04.30 WIB, ia pun bergegas untuk bangun dari tempat tidur. Teringat jelas kemarin suaminya bilang akan pulang tadi malam. Ia pun pergi ke ruang tengah namun terlihat sepi, kemudian bergeser pergi ke posisi ruang tamu masih tetap sama seperti saat ia tadi malam terakhir kali menutupnya. Kemudian ia pun berpindah memeriksa kamar sebelah, tempat di mana suaminya biasanya berbaring serta bersantai namun hasilnya juga sama tidak ada siapa-siapa di sana. Tanpa banyak berpikir ia pun memeriksa handphonenya sama sekali tak ada panggilan masuk setelah kemarin siang suaminya menelpon dirinya. Perasaan Sinta mulai khawatir lalu dicobanya untuk menghubungi suaminya ternyata HP nya tidak aktif. Tak ingin larut dalam perasaan khawatir yang kian mendera Sinta segera mandi, wudhu setelah itu sholat subuh. Entah ia sama sekali sedari bangun ti
8 hari sudah suami tercinta pergi meninggalkan dirinya dan putra tercinta untuk selamanya. Rasanya baru kemarin ia bersama sang suami sedang bersama, saling bersua, bercanda dan bercumbu mesra. Kenangan indah bersamanya tetap terpatri sampai kapanpun jua dalam jiwanya. Wajahnya yang tampan, senyumnya yang ramah, tatapannya yang meneduhkan hati, tuturnya yang hangat serta perilakunya yang bersahaja semua begitu melekat indah di relung hati. Bagaimana Sinta bisa melupakan semuanya? betapa banyak kenangan indah yang telah ia tinggalkan untuknya, rasanya mustahil jika semuanya sirna begitu saja tanpa jejak, tanpa bayangan dan tanpa berbekas. Andai ia menyadari firasat itu, firasat terakhir yang ia rasakan sebelum kepergiannya. Karena malam itu sebelum suaminya pergi dan takkan pernah kembali lagi untuk selama-lamanya Sinta merasakan sebuah perasaan yang tidak nyaman. Saat itu perasaannya seperti merasakan galau yang tiba tiba-tiba dan juga putranya