Cukup lama Sinta menyaksikan Devano yang sedang bergelut dengan jurus-jurusnya seorang diri. Karena terlalu serius dengan melihat Devano yang tengah berlatih bela diri telah membuat Sinta lupa kalau saat itu ia sedang memakai sandal wedges, hingga pada saat berdiri lama tanpa sadar pijakan kakinya kurang seimbang hingga membuatnya hampir saja terjatuh, maka dengan cepat ia berpegangan pada sudut dinding yang masih berada dalam jangkauannya.
“Ups….!” teriak Sinta spontan.
Sontak Devano yang sedang fokus dengan latihan bela dirinya tersebut pada akhirnya menoleh karena mendengar teriakan Sinta. Dengan spontan pula ia pun mendekati Sinta.
“Kamu kenapa Putri?” tanya Devano yang sontak berlari mendekati Sinta.
“Hampir saja jatuh karena kurang keseimbangan
Mohon maaf yang tak terhingga ya All reader Lovers! 🙏jikalau ada kesalahan dalam penulisan kata pada episode sebelum-sebelumnya karena meski sudah melalui proses meneliti kembali hasil ketikan yang sudah saya buat terkadang masih saja kecolongan...mohon di maafkan ya say! 🙏 terima kasih buanyaak buat motivasinya sampai detik ini ,,, Luv U ❤️💜💙
Semilir angin sepoi-sepoi yang berhembus membuat rambut panjang, halus nan pirang itu menari-nari. Beberapa ekor burung merpati putih dengan riangnya bertengger di atas pagar yang melintang sebagai pembatas antara beningnya air sungai yang mengalir tenang dengan teras dari sebuah restoran favoritnya tersebut. Manggo jelly milk hangat yang telah disajikan diatas meja itu masih mengepulkan asap tipis-tipis diatasnya yang untuh dan sama sekali belum terjamah. Namun sesekali tangan lentik itu menggesek-gesekkan ujung jari tengahnya di tepi cangkir keramik yang terukir sangat indah dengan sentuhan warna putih dan gold pada tepiannya. Meski panorama yang terbentang luas di hadapannya begitu memanjakan sepasang netra yang terlihat sayu, namun sosok yang terlihat mur
Sudah berbulan-bulan lamanya Fero berpisah dari istri yang begitu ia rindukan. Nampak swastamita yang memanjakan sepasang netra true sapphire yang kini tengah berada di balkon kamarnya. Di mana tempat itu akhir-akhir ini setiap harinya menjadi saksi perasaan gundah gulana yang menyelimuti relung hati yang kosong. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, ia hanya menatap lurus kedepan bak seorang model yang sama sekali tak bergerak ketika sedang di lukis pada sebuah kanvas. Al yang baru saja mencari keberadaan sepupunya di setiap sudut rumah, hingga akhirnya ia telah menemukan sosok yang dicarinya itu di balkon kamarnya. “Apa kamu masih memikirkan Sinta?” tanya Al lirih sambil menoleh ke arah Fero yang masih saja diam termangu. “Sedetikpun aku sama sekali tak bisa berhenti untuk memikirkannya. Aku begitu merindukannya. Perasaanku kini campur aduk jadi satu, semakin hari perasaan cintaku kepadanya semakin kuat namun di
Devano sengaja membiarkan Al melakukan temu kangen dengan Sinta. Ia hanya menatap mereka yang pergi ke kantin dari kejauhan, dan ia sengaja membiarkan pula mereka untuk berbicara di kantin berdua untuk tidak mengganggunya. Setelah menutup pintu mobil ia berjalan ke arah taman kemudian duduk di dekat air mancur sambil mengamati murid-murid yang mulai berdatangan. “Apa kabar Vano?” sapa Fero yang berada di belakangnya. “Fero?! apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Devano terheran-heran. “Aku ke sini mau menemui istriku!” jawab Fero. “Aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku Fero, dari awal kamu sudah aku berikan kesempatan untuk menjaga istrimu baik-baik, tapi apa yang malah kamu perbuat? kamu justru memilih untuk menceraikannya kemudian merayakan pesta pertunangan besar-besaran dengan Nindy dengan disaksikan oleh ratusan orang pula, di mana hati nuranimu? Apa kau tahu Sinta benar-benar syok mengetahui hal itu hingga j
Meski baru saja Sinta mengalami suatu hal yang mengejutkan untuknya, namun dengan tetap mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan pekerjaannya, kelasnya yang semula di handle oleh Ibu Kepala Sekolah kini ia ambil alih kembali, tak lupa Sinta mengucapkan terima kasih kepada beliau. Meski ia saat itu merasa sedih karena harus kembali mengingat perasaan yang seharusnya ia kubur dalam-dalam namun semuanya kini harus muncul kembali kepermukaan. Jujur dalam hatinya ia masih mencintai suaminya, karena bagaimanapun Fero adalah cinta pertamanya, laki-laki yang sudah ia dapuk untuk menjadi imam dalam menjalani biduk rumah tangga bersamanya, namun pada kenyataannya semua kini kandas. Kebohongan, b
Seperti hari-hari sebelumnya, sepulang mengajar Sinta dijemput Devano untuk meninggalkan sekolah. Untuk sekian kalinya juga Fero menyaksikan mereka dari jendela kantor Dewan Donatur. Peristiwa indah kemarin masih saja membekas dalam pikirannya hingga kini dan hal ini sangat wajar sekali karena terjadi baru kemarin adanya. Namun kini Sinta lagi-lagi bersama rivalnya, dan harus ia akui bahwa Devano sangat menghormati serta memperlakukan istrinya itu dengan sangat baik yang tidak pernah ia lakukan kepadanya selama mereka masih hidup bersama dalam satu rumah. Fero masih saja memandangi istrinya itu dari kejauhan hingga sosok yang sedang diamatinya itu masuk ke dalam mobil kemudian berlalu pergi bersama kendaraan yang membawanya. Kali ini Devano tak langsung membawa Sinta pulang ke rumah kembar, ia ingin mengajak
“Mengapa kamu tidak memberitahukan aku Dev, kalau kamu akan pergi?” tanya Sinta “Maafkan aku Putri, ini memang sangat mendadak sekali, rekan bisnisku mengajak kerja sama membuka showroom baru di Singapura aku lihat prospeknya sangat bagus sekali jadi aku pikir tidak ada salahnya kalau aku pergi untuk beberapa waktu!” jawab Fero “Beberapa waktu kamu bilang? 6 bulan kamu bilang beberapa waktu? bukankah itu adalah waktu yang sangat lama Dev? apa kamu tega meninggalkan aku selama itu? atau memang kamu dengan sengaja ingin menjauhiku dengan cara tinggal di Singapura?” Sinta semakin curiga serta menginterogasi Devano. “Ayolah Putri cantik jangan berpikir berlebihan se
Malam itu Fero masih terjaga. Pertemuannya dengan Sinta di kantornya tadi siang begitu mempengaruhi moodnya setelah itu. Sama sekali di luar ekspektasinya bahwa Sinta meminta kepadanya untuk diceraikan, karena yang ia tahu selama ini istrinya itu begitu menyayangi dan mencintainya. Bak seperti seorang remaja yang sedang kasmaran hingga akhirnya patah hati itulah yang tengah ia alami saat ini. Ia benar-benar syok begitu mendengar istrinya mengutarakan keinginannya untuk bercerai darinya. Gadis itu telah membuatnya banyak berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Kehadiran Sinta di kehidupannya kian membuatnya menyadari apa itu arti dari sebuah keikhlasan, cinta dan juga kasih sayang. Lama sekali ia yang sedari tadi hanya menatap ke luar jendela sambil melihat suasana di luar rumah yang penerangannya nampak remang-remang. Sama sekali ia tidak menduga bahwa Sinta meminta hal yang teramat sulit. Tentu saja hal ini benar-b
“Tok..tok…tok..!” Dalam seketika Fero yang masih termangu setelah Sinta pergi dari kantornya menoleh ke arah pintu. Dilihatnya Leon yang sedang tersenyum sambil mengetuk pintu kantornya. “Assalamu’alaikum Fero, apa kabar?” Leon mengucapkan salam serta menyapa Fero. “W*’alaikum salam! Alhamdulillah baik, ayo leon masuk dan duduklah di sini!” jawab Fero, sedang tangannya menunjuk ke kursi yang berada di depan meja kerjanya. Karena telah dipersilahkan untuk masuk Leon pun berjalan mendekati Fero kemudian menjabat tangannya, Fero pun menyambut jabatan tangan tersebut dan mereka berdua saling menyunggingkan senyuman. “Waduh sudah berapa lama ini kita sudah tidak bertemu, kamu masih tetap ganteng dan gagah ya!” goda Leon memulai pembicaraan. “Wah kamu bisa saja, sebenarnya kalau urusan tampang kamu masih di atasku jauh deh!” sahut Fero merenda