Saat Fero tengah berdiri memandang arunika di pagi hari, nampak bunga-bunga di sekelilingnya yang adiwarna. Dersik meniup dedaunan hingga melambai-lambai dengan indahnya. Asmaraloka kini bersemayam di relung hati. Nampak Sinta yang sedang duduk di atas jembatan kayu yang tertata dengan begitu rapi. Perasaan rindunya yang semakin lama sudah tak bisa dibendung lagi. Sontak dengan semangat didekatilah gadis yang begitu ia rindukan. Terlihat rambutnya yang tergerai menari-nari ditiup angin yang berhembus, pipinya yang merah merona, serta bulu matanya yang lentik terlihat jelas saat ia semakin mendekatinya. Jantungnya berdetak cepat, adrenalinnya kian berpacu dan perasaannya tak menentu.
“Aku akan membawanya pulang, aku akan membahagiakannya, mencintainya dengan segenap hatiku dan takkan pernah ku lepaskan lagi!” batin Fero.
Dengan perlahan Sinta menoleh begitu mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya.
“Sinta, ke
Thank U dan Semangat selalu 💪💪💪😘
Melihat ukuran ikan koi yang jumbo dengan perpaduan warna unik diantaranya ada yang berwarna merah putih, putih hitam, putih orange, putih merah hitam, Putih polos, merah polos, orange polos dan masih banyak lagi warna yang lainnya. Dan bukan Sinta lagi namanya jika tidak seperti biasanya begitu melihat air kolam yang terlihat begitu jernih dan segar langsung membenamkan kedua telapak kakinya ke dalam air kolam meski penuh dengan ratusan ikan koi dari mulai ukuran mini sampai jumbo, tentu saja penampakan kaki Sinta di dalam air kolam membuat ratusan koi mengalihkan perhatiannya pada sepasang telapak kaki medium arch tersebut dan tentu saja membuat sensasi menggelitik pada kakinya yang membuatnya merasakan geli yang luar biasa. Mendapatkan sensasi demikian membuat Sinta sesekali mengangkat telapak kakinya sambil tertawa. Menatap gadis cantik di sampingnya tertawa bahagia seperti itu membuat jantung Leon berdetak lebih kencang, karena apa yang ten
Setelah pintu apartemen terbuka Tedy segera membaringkan Nindy di tempat tidurnya. Nampak jelas wajah cantik gadis yang sedari kecil sangat dicintainya itu wajahnya begitu putih dan lembut, bibirnya yang merah, rambutnya yang berwarna pirang, lurus dan begitu lembut ketika disentuh. Bagaimana tidak ia terpukau dengan gadis dihadapannya saat ini yang sedang tertidur lelap, kemudian diselimutinya tubuh yang hampir tak bergerak dan terpejam rapat. Karena hari yang semakin larut akhirnya Tedy memutuskan untuk menginap. Ia pun gerah dengan kemeja panjangnya lalu dilepaskanlah kemejanya itu, namun ia tetap memakai celana panjangnya, difotonya Nindy yang sedang tertidur, sembari disentuhnya bibir Nindy kemudian dici*umnya dengan perlahan tak lupa ia foto juga adegan tersebut, sembari dipeluknya dengan mesra Nindy yang saat ini tengah berada di alam mimpi, lagi-lagi Tedy memfotonya juga, setelah itu dicarinya ponsel Nindy di dalam tas, tak butuh waktu lama Tedy
Cukup lama Sinta menyaksikan Devano yang sedang bergelut dengan jurus-jurusnya seorang diri. Karena terlalu serius dengan melihat Devano yang tengah berlatih bela diri telah membuat Sinta lupa kalau saat itu ia sedang memakai sandal wedges, hingga pada saat berdiri lama tanpa sadar pijakan kakinya kurang seimbang hingga membuatnya hampir saja terjatuh, maka dengan cepat ia berpegangan pada sudut dinding yang masih berada dalam jangkauannya. “Ups….!” teriak Sinta spontan. Sontak Devano yang sedang fokus dengan latihan bela dirinya tersebut pada akhirnya menoleh karena mendengar teriakan Sinta. Dengan spontan pula ia pun mendekati Sinta. “Kamu kenapa Putri?” tanya Devano yang sontak berlari mendekati Sinta. “Hampir saja jatuh karena kurang keseimbangan
Semilir angin sepoi-sepoi yang berhembus membuat rambut panjang, halus nan pirang itu menari-nari. Beberapa ekor burung merpati putih dengan riangnya bertengger di atas pagar yang melintang sebagai pembatas antara beningnya air sungai yang mengalir tenang dengan teras dari sebuah restoran favoritnya tersebut. Manggo jelly milk hangat yang telah disajikan diatas meja itu masih mengepulkan asap tipis-tipis diatasnya yang untuh dan sama sekali belum terjamah. Namun sesekali tangan lentik itu menggesek-gesekkan ujung jari tengahnya di tepi cangkir keramik yang terukir sangat indah dengan sentuhan warna putih dan gold pada tepiannya. Meski panorama yang terbentang luas di hadapannya begitu memanjakan sepasang netra yang terlihat sayu, namun sosok yang terlihat mur
Sudah berbulan-bulan lamanya Fero berpisah dari istri yang begitu ia rindukan. Nampak swastamita yang memanjakan sepasang netra true sapphire yang kini tengah berada di balkon kamarnya. Di mana tempat itu akhir-akhir ini setiap harinya menjadi saksi perasaan gundah gulana yang menyelimuti relung hati yang kosong. Entah apa yang ada dalam pikirannya saat ini, ia hanya menatap lurus kedepan bak seorang model yang sama sekali tak bergerak ketika sedang di lukis pada sebuah kanvas. Al yang baru saja mencari keberadaan sepupunya di setiap sudut rumah, hingga akhirnya ia telah menemukan sosok yang dicarinya itu di balkon kamarnya. “Apa kamu masih memikirkan Sinta?” tanya Al lirih sambil menoleh ke arah Fero yang masih saja diam termangu. “Sedetikpun aku sama sekali tak bisa berhenti untuk memikirkannya. Aku begitu merindukannya. Perasaanku kini campur aduk jadi satu, semakin hari perasaan cintaku kepadanya semakin kuat namun di
Devano sengaja membiarkan Al melakukan temu kangen dengan Sinta. Ia hanya menatap mereka yang pergi ke kantin dari kejauhan, dan ia sengaja membiarkan pula mereka untuk berbicara di kantin berdua untuk tidak mengganggunya. Setelah menutup pintu mobil ia berjalan ke arah taman kemudian duduk di dekat air mancur sambil mengamati murid-murid yang mulai berdatangan. “Apa kabar Vano?” sapa Fero yang berada di belakangnya. “Fero?! apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Devano terheran-heran. “Aku ke sini mau menemui istriku!” jawab Fero. “Aku tidak pernah main-main dengan kata-kataku Fero, dari awal kamu sudah aku berikan kesempatan untuk menjaga istrimu baik-baik, tapi apa yang malah kamu perbuat? kamu justru memilih untuk menceraikannya kemudian merayakan pesta pertunangan besar-besaran dengan Nindy dengan disaksikan oleh ratusan orang pula, di mana hati nuranimu? Apa kau tahu Sinta benar-benar syok mengetahui hal itu hingga j
Meski baru saja Sinta mengalami suatu hal yang mengejutkan untuknya, namun dengan tetap mengedepankan profesionalisme dalam menjalankan pekerjaannya, kelasnya yang semula di handle oleh Ibu Kepala Sekolah kini ia ambil alih kembali, tak lupa Sinta mengucapkan terima kasih kepada beliau. Meski ia saat itu merasa sedih karena harus kembali mengingat perasaan yang seharusnya ia kubur dalam-dalam namun semuanya kini harus muncul kembali kepermukaan. Jujur dalam hatinya ia masih mencintai suaminya, karena bagaimanapun Fero adalah cinta pertamanya, laki-laki yang sudah ia dapuk untuk menjadi imam dalam menjalani biduk rumah tangga bersamanya, namun pada kenyataannya semua kini kandas. Kebohongan, b
Seperti hari-hari sebelumnya, sepulang mengajar Sinta dijemput Devano untuk meninggalkan sekolah. Untuk sekian kalinya juga Fero menyaksikan mereka dari jendela kantor Dewan Donatur. Peristiwa indah kemarin masih saja membekas dalam pikirannya hingga kini dan hal ini sangat wajar sekali karena terjadi baru kemarin adanya. Namun kini Sinta lagi-lagi bersama rivalnya, dan harus ia akui bahwa Devano sangat menghormati serta memperlakukan istrinya itu dengan sangat baik yang tidak pernah ia lakukan kepadanya selama mereka masih hidup bersama dalam satu rumah. Fero masih saja memandangi istrinya itu dari kejauhan hingga sosok yang sedang diamatinya itu masuk ke dalam mobil kemudian berlalu pergi bersama kendaraan yang membawanya. Kali ini Devano tak langsung membawa Sinta pulang ke rumah kembar, ia ingin mengajak