Sinta yang dengan asyiknya menatap indahnya danau Ciburuy, tak menyadari bahwa sudah beberapa saat yang lalu Devano telah lama berdiri sedang memperhatikannya. Semula Devano tak ingin mengganggu Sinta, namun karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan olehnya maka ia pun segera mendekati gadis itu.
“Gak ada jenuh-jenuhnya ya meski tiap hari selalu ke sini?” goda Devano memecah kesunyian
“Kamu? sejak kapan kamu ada di sini?” tanya Sinta.
“Sejak seorang Putri cantik yang wangi berjalan dari arah rumah kembar menuju ke danau ini.”
“Oh ya? lalu kenapa tidak dari tadi saja kamu mendekat kemari?”
“Aku sengaja menundanya dulu untuk mendekatkan diri kemari karena ingin memberikan ruang kepada Tuan Putri untuk me time sejenak”
“Oh ya?”
“Iya beneran, sebenar
Tanpa jenuh kembali saya ingatkan jangan lupa vote dan kasi nilai bintang 5 ya !!! 😘😘😘
Kata-kata Leon bagi Sinta sangat masuk akal dan cukup beralasan. Namun ia tak menyahut sepatah kata pun, ia hanya mendengarkan narasi Leon seraya memahaminya. “Jujur saja dulu saya tidak begitu akrab dengan Vano, namun sedikit banyak saya tahu perihal dia, yang mana dia itu dulu paling ogah dekat dengan seorang wanita, karena selain dia di kampus begitu populer di kalangan mahasiswi dengan fisiknya yang sangat tampan, jenius dalam berbagai mata kuliah, berprestasi pula dalam beberapa cabang olah raga sehingga banyak sekali diantara mereka yang mengejar-ngejarnya, namun bukan Devano namanya kalau ia tidak menjadi buah bibir di kampus. Seorang anak Rektor, anak dari seorang Pengacara ternama, juga anak seorang Jendral pernah mengejar-ngejarnya, tapi apa yang Vano lakukan sungguh aneh, dia sama sekali tidak memiliki minat, bahkan acuh tak acuh kepada mereka, makanya semua mahasiwa mahasiswi memberikan predikat kepadanya dengan julukam Mr. Cool.” un
“Maaf kalau pagi-pagi sekali harus memanggil anda kemari Dok!” ucap Fero sambil membenahi kancing kemejanya yang terlepas. “Loh Fero…kamu?” sahut sang Psikiater “Loh kamu Si Wika itu kan?” tanya Fero keheranan. “Iya benar, aku Wika teman sekolah kamu sedari SMP, tapi benar kan aku tidak salah rumah? tadi orang suruhan kamu memanggilku untuk datang ke rumah ini, bahkan dia sendiri yang mengantarkan aku sampai sini?” imbuh Wika. “Iya benar, aku memang yang menyuruhnya untuk memanggil Psikiater ke sini.” ungkap Fero. “Oke kalau begitu.” Jawab Wika mengerti. “Aku memanggilmu kemari untuk mendengarkan keluh kesahku, memberiku jalan kelua
Terdengar suara qiro’ah di menara masjid saat Fero dalam perjalanan pulang ke rumahnya seusai seharian beraktifitas di kantor, Fero menghentikan kaju mobilnya di area parkir. Dengan langkah perlahan ia melangkahkan kakinya mendekat ke arah pintu masuk masjid. Lumayan asing suasananya karena sudah lama sekali ia tak pernah menginjakkan kaki, jangankan hanya singgah ke dalam masjid barang sejenak, sekedar berhenti saja untuk mendekat dan melihat hiruk pikuk masyarakat yang berlalu lalang untuk melakukan aktifitas ibadah saja tidak pernah ia lakukan. Tentu saja hal itu membuatnya merasa canggung karena setelah sekian lama ini baru pertama kalinya ia memiliki sebuah tekad untuk memasuki tempat suci umat muslim. Mata Fero mulai menyisir di setiap penjuru masjid, sungguh rumah Allah yang sangat kokoh dan megah, apalagi di kejauhan terlihat begitu indahnya kubah emas yang ukurannya terbilang besar. Perlahan tapi pasti ia langkahkan kaki semakin mendekat ke ara
“Pokoknya aku memberikan narasi positif perihal kamu dan Insyaa Allah Sinta sudah tidak marah lagi sama kamu.” “Masak sih, serius kamu?” “Ya Allah Van, kamu kok susah banget ya kalau mau percaya sama aku?” “Ya heran saja, padahal kamu kan naksir Sinta nih ceritanya, biasanya kan kalau ada orang lain yang dekat dengan cewek yang ditaksir itu kan suka menjelek-jelekkan!” “Tapi untungnya aku bukan tipe orang seperti itu, yang namanya jodoh, rejeki dan maut itu sudah diatur Allah, manusia hanya bisa berdo’a dan berikhtiar, jadi aku hanya berusaha untuk bisa mendekati gadis yang aku suka dan juga berusaha untuk mengungkapkan perasaan ku kepadanya tanpa harus menjelek-jelekkan orang lain, bukankah dari awal kita sudah sepakat untuk bersaing secara sehat.” “Wah gak rugi ternyata punya teman baik seperti kamu ya, ineffable!” “Halah…biasa aja, server kan memang harusnya seperti itu!” “Yoi…!” ucap Devano sam
Saat Fero tengah berdiri memandang arunika di pagi hari, nampak bunga-bunga di sekelilingnya yang adiwarna. Dersik meniup dedaunan hingga melambai-lambai dengan indahnya. Asmaraloka kini bersemayam di relung hati. Nampak Sinta yang sedang duduk di atas jembatan kayu yang tertata dengan begitu rapi. Perasaan rindunya yang semakin lama sudah tak bisa dibendung lagi. Sontak dengan semangat didekatilah gadis yang begitu ia rindukan. Terlihat rambutnya yang tergerai menari-nari ditiup angin yang berhembus, pipinya yang merah merona, serta bulu matanya yang lentik terlihat jelas saat ia semakin mendekatinya. Jantungnya berdetak cepat, adrenalinnya kian berpacu dan perasaannya tak menentu. “Aku akan membawanya pulang, aku akan membahagiakannya, mencintainya dengan segenap hatiku dan takkan pernah ku lepaskan lagi!” batin Fero. Dengan perlahan Sinta menoleh begitu mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya. “Sinta, ke
Melihat ukuran ikan koi yang jumbo dengan perpaduan warna unik diantaranya ada yang berwarna merah putih, putih hitam, putih orange, putih merah hitam, Putih polos, merah polos, orange polos dan masih banyak lagi warna yang lainnya. Dan bukan Sinta lagi namanya jika tidak seperti biasanya begitu melihat air kolam yang terlihat begitu jernih dan segar langsung membenamkan kedua telapak kakinya ke dalam air kolam meski penuh dengan ratusan ikan koi dari mulai ukuran mini sampai jumbo, tentu saja penampakan kaki Sinta di dalam air kolam membuat ratusan koi mengalihkan perhatiannya pada sepasang telapak kaki medium arch tersebut dan tentu saja membuat sensasi menggelitik pada kakinya yang membuatnya merasakan geli yang luar biasa. Mendapatkan sensasi demikian membuat Sinta sesekali mengangkat telapak kakinya sambil tertawa. Menatap gadis cantik di sampingnya tertawa bahagia seperti itu membuat jantung Leon berdetak lebih kencang, karena apa yang ten
Setelah pintu apartemen terbuka Tedy segera membaringkan Nindy di tempat tidurnya. Nampak jelas wajah cantik gadis yang sedari kecil sangat dicintainya itu wajahnya begitu putih dan lembut, bibirnya yang merah, rambutnya yang berwarna pirang, lurus dan begitu lembut ketika disentuh. Bagaimana tidak ia terpukau dengan gadis dihadapannya saat ini yang sedang tertidur lelap, kemudian diselimutinya tubuh yang hampir tak bergerak dan terpejam rapat. Karena hari yang semakin larut akhirnya Tedy memutuskan untuk menginap. Ia pun gerah dengan kemeja panjangnya lalu dilepaskanlah kemejanya itu, namun ia tetap memakai celana panjangnya, difotonya Nindy yang sedang tertidur, sembari disentuhnya bibir Nindy kemudian dici*umnya dengan perlahan tak lupa ia foto juga adegan tersebut, sembari dipeluknya dengan mesra Nindy yang saat ini tengah berada di alam mimpi, lagi-lagi Tedy memfotonya juga, setelah itu dicarinya ponsel Nindy di dalam tas, tak butuh waktu lama Tedy
Cukup lama Sinta menyaksikan Devano yang sedang bergelut dengan jurus-jurusnya seorang diri. Karena terlalu serius dengan melihat Devano yang tengah berlatih bela diri telah membuat Sinta lupa kalau saat itu ia sedang memakai sandal wedges, hingga pada saat berdiri lama tanpa sadar pijakan kakinya kurang seimbang hingga membuatnya hampir saja terjatuh, maka dengan cepat ia berpegangan pada sudut dinding yang masih berada dalam jangkauannya. “Ups….!” teriak Sinta spontan. Sontak Devano yang sedang fokus dengan latihan bela dirinya tersebut pada akhirnya menoleh karena mendengar teriakan Sinta. Dengan spontan pula ia pun mendekati Sinta. “Kamu kenapa Putri?” tanya Devano yang sontak berlari mendekati Sinta. “Hampir saja jatuh karena kurang keseimbangan