Share

83. My Family

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-18 22:00:30

Setelah tiga hari dua malam berada di rumah sakit, akhirnya Aluna diperbolehkan pulang. Meskipun Bian memberikan kamar VVIP saat di rumah sakit, tetapi Aluna lebih menyukai tinggal di rumah sederhananya.

“Sudah semua kan?” tanya Bian sambil menelisik satu persatu barang yang akan dibawanya pulang ke rumah.

“Kayaknya ….” Aluna ikut berdiri di samping Bian sambil memperhatikan sekeliling, mana tahu ada yang tertinggal. “Sudah semua deh, Mas.”

“Selamat siang!” Suara dokter Lia terdengar dari arah pintu.

“Selamat siang, dok,” sapa Aluna menjawab salam dokter Lia. Bian hanya tersenyum menjawab sapaan dokter yang telah membantu proses kelahiran Awan.

“Jadi mau pulang hari ini ya?” ucap dokter Lia setelah menatap bayi tampan Aluna yang masih tidur. “Hem … bayinya tampan seperti Ayahnya.” Dokter Lia mengatakan lagi sambil menatap Bian dengan tersenyum.

“Dia bukan-”

“Ah, terima kasih, dok,” sela Bian dengan terkekeh. Lalu melirik Aluna. Wanita itu sedang menatapnya geregetan dan Bian tidak pe
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   84. Mau Suami

    “Mami …!”Panggilan yang diucapkan Mauren tidak membuat wanita yang sedang menatap kosong ke luar jendela bergerak.“Mami … Mauren kang-”Renata menoleh, menatap ke arah Mauren. Detik berikutnya, wanita itu berteriak histeris dengan telunjuk mengarah pada Mauren di ambang pintu.“Mauren, kamu anak sialan. Pergi, pergi … pergi anak sialan kamu!”Awalnya Mauren sudah percaya diri kalau kali ini kunjungannya bakal diterima oleh sang Mami. Akan tetapi, diluar expektasinya ternyata Renata menolak kedatangannya lagi dan ini sudah yang kesekian kalinya.Sementara Alan yang berada di belakang Mauren, seketika memberikan pelukan dari samping pada anak gadisnya itu untuk menguatkan. “Biar Ayah yang coba ya,” ucapnya.“Tap-tapi ….” Suara Mauren bergetar menahan isakan. Ia bisa menerima ketika Renata membentaknya tetapi tidak mengumpatinya. Gadis berusia delapan tahun itu semakin sesak dadanya ketika melihat tatapan tajam sang Mami. Buliran bening yang sempat ditahannya tidak mampu lagi disembun

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   85. Dejavu

    “Oke, kamu harus sembuh,” jawab Bara. Kalau memang dengan berbohong bisa membuat Renata sembuh, ia akan lakukan. “Dan nurut sama dokter kalau di suruh minum obat ataupun makan. Oke?” Sering kali Bara mendapatkan informasi kalau Renata sering tidak mau minum obat dan makan, membuat laki-laki itu memberi peringatan. Terlihat sekali tubuh Renata yang kurus karena kurang makan.“O-ke,” jawab Renata dengan pandangan kosong.Melihat seorang perawat yang baru saja datang dengan membawa makanan, Bara tidak tinggal diam untuk menyuruh menghabiskan makanan itu. “Tolong sini, Sus,” pinta Bara pada sang perawat sembari mengulurkan tangannya. Lalu tatapannya tertuju pada Renata yang masih diam sambil menatap ke arah jendela. “Makan ya, Ren!” perintahnya pada Renata, mengulurkan sepiring nasi beserta lauk pauknya.Renata hanya bergeming, tidak pun bergerak untuk mengambil piring dari tangan Bara.“Ah, lupa dia kan gak normal,” gerutu Bara dalam hati.“Ren,” panggil Bara lirih. Namun, Renata masih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   86. Mati Rasa

    “Mi, aku mau nasi goreng buatan Mami.” Langit duduk di sebelah Aluna yang sedang berbaring meng-ASIhi Awan. “Bisa tolong buatin kan, Mi.”“Hmm,” jawab Aluna bergumam. Nanti setelah Awan tidur, ia akan membuatkan untuk anak pertamanya itu menu kesukaannya. “Tunggu Adiknya tidur dulu ya.”Langit bisa mengerti. Setelah lahirnya Awan, ia harus berbagi Mami dengan sang Adik. Makanya Langit pun memiliki stok kesabaran yang tinggi untuk itu. Bahkan tanpa diminta oleh Aluna.Hingga setengah jam berlalu, Aluna pikir Awan sudah terlelap. Perlahan, wanita itu melepaskan diri dari mulut mungil bayi tersebut. Namun, ternyata salah. Awan merengek, pada akhirnya Aluna tidak jadi mencabut sumber ASInya. Satu jam sudah berlalu, Langit yang ditangannya sedang memegang ponsel, merasakan perutnya bergejolak.“Mami, aku lapar kapan mau buatin nasi gorengnya,” protes sang anak sudah tidak sanggup menahan laparnya.“Adiknya belum ti-”“Lama! Ya udah aku minta Ayah saja.” Langit beranjak dari kasur, sudah be

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   87. Gendut

    Setelah kejadian malam itu, Aluna seperti tidak memiliki muka lagi ketika harus bertemu dengan Bian. Selama ini hubungan keduanya tidak pernah seintim itu. Bian adalah sosok yang selalu menghormatinya dan juga menjaganya. Namun, setan apa yang membuat pria normal itu berbuat sejauh itu, Aluna bahkan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.Namun, kejadian semalam tidak berpengaruh apa-apa dengan Bian. Lelaki itu bersikap biasa seolah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya, datang ke rumah dan masuk begitu saja.“Lun, Langit biar bareng aku saja ya?” ucapnya yang tiba-tiba, bersandar di pintu dapur saat mengatakannya. “Biar Roni langsung ke kantor.” Ya, beberapa hari ini Langit selalu diantar jemput oleh Roni-sekretaris Bian.“Mas, jangan dibangunkan, Awan baru sejam tidur,” teriak Aluna saat melihat Bian melangkah menuju kamarnya. Lelaki itu tanpa permisi dan sungkan masuk saja.Sepertinya ucapan Aluna hanya dianggap angin oleh Bian. Nyatanya, sekarang Awan sudah berada di gendongannya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   88. Pelukan

    “Mau apa ke sini?” tanya Renata. Sikapnya tenang, tanpa ada emosi seperti yang sebelum-sebelumnya.Semenjak Renata yang mengamuk setelah kedatangan Alan dan Mauren, Bara tidak pernah absen untuk mengunjunginya. Bukan kemauan wanita itu. tetapi Bara yang ingin kesembuhan Renata lebih cepat. Setelah berkonsultasi dengan dokter yang menangani Renata, Bara menyanggupi untuk datang setiap hari. Kesembuhan Renata salah satunya adalah seringnya diajak komunikasi dengan orang-orang yang dianggapnya tidak memiliki masalah dengannya. Nah, dalam hal ini hanya Bara satu-satu orang yang bisa membantu. Terbukti sekarang emosi Renata lebih terkontrol.“Aku ingin minta maaf sama kamu, Mbk,” ucap Alan berbicara pelan. Setelah mendengar sendiri dari Bara kalau sekarang kondisi Renata sudah lebih baik, Alan pun tidak menyia-nyiakan waktu. Lelaki itu berbekal keberanian saja bertemu dengan Renata. Andai, terjadi sesuatu yang buruk padanya, ia sudah ikhlas. Selama ini ia selalu dihantui rasa bersalah pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   89. Menikah

    “Jangan ikutan gila kamu, Lan!” Bara menyematkan tatapan tajam pada lawan bicaranya. "Renata sudah tidak waras, sekarang kamu mempunyai rencana gila!"Setelah pulang dari rumah sakit, lelaki itu menyanggupi permintaan Alan untuk bertemu di salah satu coffee shop yang terdekat dari rumah sakit. “Atau kamu juga mau buat aku gila sekarang. Kamu tahu, hari ini ada kejadian ….” Bara mulai mengingat kejadian hari ini di rumah sakit yang membuatnya geleng-geleng kepala dan tidak bisa berkata-kata. Bagaimana mungkin ia memiliki pengagum rahasia. Seorang wanita muda dan mengatakan ingin menjadi istri keduanya. Gadis cantik yang membuat drama dengan ingin menyayat pergelangan tangannya jika Bara tidak menuruti keinginannya. “Memangnya apa kejadiannya, Mas?” tanya Alan, penasaran juga karena melihat perubahan wajah Bara yang muram. “Kejadian .…” Bara mendadak menghentikan ucapannya. Menimbang, apakah perlu bercerita atau tidak pada Alan. Jika sampai sang istri tahu, wanita itu pasti akan tratru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   90. Merindukan

    “Kenapa gak dimakan, Mauren?” tanya Nia, melihat nasi dan ayam kecap masih utuh di piringnya membuat Nia penasaran. “Kenapa, gak enak ya masakan Tante?” Nia merasa sudah memasak seperti biasanya, seperti keinginan Mauren. Sebelum-sebelumnya Mauren selalu menghabiskan menu itu tanpa sisa.Mauren hanya melirik sekilas ke arah Nia, setelah itu menunduk dengan meremas jemarinya di atas paha. Mendadak ia teringat dengan masakan Renata. Meskipun menu yang sama tetapi rasanya beda antara masakan Renata dengan Nia.Bukan tidak bersyukur atas kebaikan yang diberikan oleh keluarga Bara, tetapi hatinya merindukan wanita yang melahirkannya. Ya, sudah berbulan-bulan Mauren hidup tanpa Renata di sampingnya.“Aku …!” Bahkan Mauren kesulitan hanya untuk menyampaikan apa yang ia rasakan saat ini. Takut akan melukai hati Nia yang sudah begitu baik merawat dan memperlakukan dia yang bukan siapa-siapa bagi wanita itu.Mauren diperlakukan dengan baik di rumah ini tetapi dirinya merasa masih ada saja ruang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   91. Jangan Pergi

    Aluna terjaga karena rengekan Awan. Bayi berusia dua minggu itu, mengeluarkan suara-suara yang tidak jelas. Sementara tangan dan kakinya juga digerak-gerakkan di udara dengan mata terbuka.Aluna lantas melirik jam yang tergantung di dinding, jam menunjukkan angka 1. “Ah, pantas kamu bangun. Pasti haus ya, ayo minum susu dulu!” gumam Aluna.Wanita itu memiringkan tubuhnya lalu membuka kancing piyamanya. Dengan cepat Awan menyambar ASI dari tempatnya langsung.“Pelan-pelan, Sayang!” ujar Aluna lirih sambil menepuk-nepuk bokong Awan agar cepat tidur kembali.Setengah jam kemudian, Awan menghentikan kenyutannya. Perlahan, Aluna menarik sudut bibir Awan dari dadanya hingga akhirnya terlepas sempurna.Sesaat kemudian Aluna melirik di sampingnya, ada Langit yang masih terlelap. Wanita itu mengusap pelan wajah anak pertamanya. Sebelum Langit tidur ada sedikit drama, Langit yang cemburu karena Aluna lebih memprioritaskan Awan sementara dia minta dipeluk juga jika mau tidur. Pada akhirnya Aluna

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07

Bab terbaru

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   107. Akhir

    “Ayah …!”“Mami …!”“Yayah …!”“Mimi …!”Suara-suara berisik itu membuat Aluna mengeliat. “Mas, ayo bangun! Anak-anak sudah pulang itu,” tutur Aluna seraya memukul lengan Bian yang menempel erat di tubuhnya polosnya.“Biarin aja, nanti mereka juga diem sendiri,” ucap Bian tidak peduli.“Mas …!” hardik Aluna sebab Bian mengabaikannya. “Bangun …!”Bian berdecak pelan sebelum melepaskan tangannya dari tubuh Aluna. Bangkit dan mendudukan tubuhnya, lalu menyalakan lampu kamar. Laki-laki itu kemudian memunguti kaos dan celana pendeknya yang tergeletak di lantai. Memakainya dengan cepat dan hendak membuka pintu yang masih terkunci dari dalam. Sementara Aluna berlari ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Saat pintu dibuka, ketiga anaknya sedang berdiri dengan wajah berseri.“Sudah pulang?” tanya Bian memandang bergantian ke arah Tegar, Langit dan Awan.“Tante belikan banyak makanan, Ayah,” sahut Langit sembari memperlihatkan satu kantung plastik berisi camilan dan susu.“Mama juga belik

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   106. Gak Mau

    “Apa keputusanmu tidak bisa diubah, Mbak?” tanya Alan dengan wajah yang lesu, lalu menghembuskan napas pelan.Segala upaya sudah dilakukan tetapi masih tidak bisa membuat Renata tersentuh dengan sikap dan tindakan yang dilakukan Alan.Renata mengelengkan kepalanya. “Tidak, kamu masih muda dan bisa mendapatkan perempuan yang lebih baik dari aku.”“Kamulah yang terbaik buat aku, Mbak,” sahut Alan tegas, tidak ada keraguan sama sekali di hatinya.Renata hanya tertawa, kemudian beranjak berdiri. Pembicaraan ini pasti tidak akan menemukan titik temu karena keduanya saling keras kepala.“Mbak, aku belum selesai bicara.” Alan bergegas menghampiri Renata. “Tidak masalah kalau kamu tidak bisa mencintaiku, Mbak. Pelan-pelan aku akan buat kamu jatuh cinta sama aku,” ucap Alan, menarik siku lengan Renata dengan pelan. Laki-laki itu masih bersikeras untuk membujuk Renata.Sekali lagi Renata mengeleng tegas. Tidak ada cinta di hatinya untuk Alan, jadi buat apa menerima pinangan dari lelaki itu. Yan

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   105. Lebih Baik

    “Mohon maaf Ibu, bisa masuk ke ruangan dokter,” ucap seorang perawat yang datang menghampiri Renata.“Hah, ada apa?” Renata tertegun. Namun, tiga detik kemudian wanita itu beranjak berdiri, sebab dihantui rasa penasaran yang tinggi. “Sebentar aku masuk dulu!” ucapnya pada Aluna sebelum pergi.Pintu berwarna putih itu, Renata buka dengan segera. Seketika mulutnya ternganga melihat pemandangan di depannya. “Kenapa bisa seperti ini?” ucapnya setelah mendekat. Lalu dengan cepat mengambil tisu untuk menolong Alan.“Tadi tiba-tiba Mauren mau muntah, rencananya mau aku ajak ke kamar mandi ternyata dia gak bisa nahan dan berakhirlah seperti ini,” jelas Alan sambil membersihkan bekas muntahan di brankar dengan tisu. Sementara Renata dengan spontan membersihkan baju Mauren.“Dokter Renata!”Renata mendongak dan menatap seseorang setelah namanya di panggil.“Dokter Wahyu!” gumamnya lirih. Dan saat itu juga kenangan Ryu memenuhi pikirannya. Tanpa sadar sudut matanya berembun dan ia melangkah mund

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   104. Bertemu Kembali

    “Sus, tolong anak saya!” ucap Alan ketika tiba di klinik.Laki-laki itu berjalan mendekati meja resepsionis sambil mengendong Mauren. Ya, Mauren terlepas dari gendongan hanya saat berada di dalam mobil saja. Renata juga binggung dengan sikap tiba-tiba putrinya itu. Aneh, itulah yang terlintas di pikirannya.Seorang gadis yang duduk di balik meja resepsionis itu mendongak dan bertemu tatap dengan Alan yang wajahnya terlihat cemas.“Iya, bisa daftar dulu ya,” ucapnya sopan.Alan lalu melirik Renata yang hanya mengekor di belakangnya. “Mi, tolong isi ini,” ucap Alan dan menunjuk dagunya pada satu lembar kertas yang ada di meja, di depannya.Renata pun mendekat dan mengisi form di depannya dalam diam. Sebab, tadi di mobil sudah berdebat dengan Alan. Tidak perlu datang ke klinik karena ia akan mengompres Mauren dan akan memberikan obat penurun panas.“Mohon tunggu sebentar, kurang tiga panggilan lagi, setelah itu putri Bapak ya,” ucapnya sambil tersenyum ramah.Renata sudah seringkali berh

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   103. Sakit

    “Ah, apa dia tidak memiliki makanan apapun di sini?” gumam Renata saat membuka kulkas dan tidak menemukan apapun di sana kecuali dua botol air mineral berukuran sedang di pintu kulkas.“Mami …!” teriak Mauren.Suara Mauren itu mengagetkan Renata. Wanita itu buru-buru berlari menuju kamar dan mendapati Mauren yang sudah membuka matanya dengan tatapan sayu.“Sudah bangun?” tanyanya kemudian melangkah mendekat ke arah tempat tidur.“Mi, pusing,” ucap Mauren tiba-tiba.Refleks, Renata langsung menyentuh kening Mauren dengan telapak tangannya kemudian membaliknya dengan punggung tangannya. “Koq demam? Bentar Mami ambilkan kompres dulu.”Renata keluar dari kamar, menuju dapur lagi untuk mencari baskom dan kain. Sementara di dapur, wanita itu mengamati sekeliling, semua yang diperlukan tidak ada di sana.“Ah, apa yang aku harapkan di sini. Dia paling hanya numpang tidur di sini,” keluhnya lalu kembali masuk ke dalam kamar untuk menghubungi Alan.Tidak lama kemudian, Alan mengangkat teleponn

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   102. Tersenyum

    “Mau turun, gak?”“No!” jawab Renata, ia memilih bertahan di dalam mobil saja daripada harus bersama dengan Alan.“Oke,” jawab Alan lalu menutup pintu mobil. Lelaki itu berjalan ke arah belakang dan membuka pintunya.“Alan, mau dibawa ke mana Mauren?” seru Renata. Seketika kepanikan melandanya . “Biarin Mauren tidur di mobil saja!”Alan kemudian menatap Renata sekilas, kalau wanita ini ingin bertahan di dalam mobil ia tidak peduli. Tetapi ia akan membawa Mauren masuk ke dalam apartemennya.“Apa kamu gak kasihan sama Mauren tidurnya gak nyaman seperti itu.”“Aku tetap disini, Mauren juga harus tetap di sini,” sahut Renata cepat, membantah ucapan Alan.Namun, tanpa mendengarkan keinginan Renata, Alan langsung saja mengendong Mauren dan membawanya masuk.“Hey,” seru Renata. Alan menyematkan senyuman tipis kala melirik Renata yang turun dari mobil kemudian mengikuti langkahnya masuk ke dalam gedung apartemen.“Alan, aku bilang-”“Jangan berisik, Mbak!”Tanpa Renata sadari langkahnya terus

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   101. Terserah

    “Kamu mau buat aku malu, Alan Sanjaya?”Begitu keluar dari gedung, Renata menarik tangan lelaki itu untuk mengikutinya. Melangkahkan kakinya menjauh dari kerumunan orang-orang. Setelah sampai di ujung koridor yang sepi, wanita itu menghentikan langkahnya sembari berkaca pinggang. Kekesalannya sudah memuncak seiring sikap Alan yang santai seolah tidak pernah melakukan kesalahan.“Mbak …!”“Aku bukan Mbakmu!” jerit Renata frustasi, merasa muak dengan panggilan itu karena Alan memanggilnya dengan suara rendah dan lembut.Sedangkan lelaki itu mengulum senyum. Selama ini, Renata tidak pernah protes dengan cara panggilnya, tetapi tiba-tiba dia mengklaim bukan Mbaknya.“Oke, kalau begitu aku panggil Sayang saja,” ucapnya disertai kekehan, meski mata Renata sudah menyorotnya tajam, Alan tidak peduli.“Jawab aku, Alan!” bentak Renata sudah hilang kesabarannya. “Kamu mau buat aku dan Mauren malu, hah! Belum cukup ka-”Renata tidak bisa melanjutkan ucapannya ketika kelima jari Alan singgah di bi

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   100. Acara

    Hari ini, Alan sengaja datang ke sekolahan Mauren. Semalam, Bara mengirimkan pesan bahwa di sekolahan Mauren sedang ada acara, tidak membuang kesempatan Alan akan hadir di acara tersebut.Lelaki itu berangkat tanpa memberitahu pada sang putri. Ia tidak peduli, kalau ternyata nanti di sana akan mendapatkan penolakan. Ia bisa memastikan nanti akan bertemu dengan Renata di dalam. Sekali lagi, Alan katakan tidak peduli.Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, akhirnya dia menepikan mobilnya di parkiran khusus untuk pengunjung.Sikap Alan yang ramah membuat tidak ada kecanggungan bila harus menyapa orang-orang yang sebelumnya tidak kenal. Dengan langkah tegas, tidak ada keraguan sedikitpun lelaki itu berjalan menjangkau menuju gedung Aula, tempat diadakannya acara tersebut.Ketika Alan sudah mencapai gedung tersebut, langkahnya terhenti sebab ada seorang resepsionis yang berjaga sembari menyodorkan buku tamu bagi yang akan masuk.“Selamat siang, maaf dengan wali murid siapa ya

  • Mengandung Benih Mantan Setelah Berpisah   99. Keras Kepala

    Renata dan Alan duduk bersisihan di teras rumah. Hari ini memang Alan sengaja datang di malam hari untuk bisa bertemu dan berbicara dari hari ke hati dengan Renata. Semenjak kepulangan wanita itu dari rumah sakit dan Alan yang pindah ke apartemen, membuat keduanya jarang bertemu. Sekalinya Alan ingin mengantar Mauren ke sekolah, hal itu sudah lebih dulu dilakukan oleh Renata.Selama hampir sepuluh belas menit, tidak ada yang bersuara di antara keduanya. Hanya suara angin yang bertiup seolah memecahkan keheningan . Dan selama itu pula, tatapan Alan hanya tertuju pada wajah cantik Renata. Dari situ Alan dapat mengamati dengan jelas wajah Renata yang tidak banyak berubah setelah bertahun-tahun tidak bertemu.Sungguh bodoh, dirinya dulu meninggalkan wanita ini. Harusnya saat itu dia tidak meninggalkan Renata dan membangun keluarga kecilnya, mempertahankan wanita yang dia cintai meski jalan itu tidak akan mudah karena pertentangan dari kedua keluarga. Namun, sekarang hanya penyesalan yang

DMCA.com Protection Status