"Itu sebenarnya hasil tes DNA antara aku dan Askara. Anaknya Mazaya."Devan pada akhirnya mengungkapkan tentang hasil tes DNA yang dilakukannya itu. Cepat atau lambat wanita itu pasti akan tahu kebenarannya.. Meskipun begitu ia mempunyai rencana lain untuk menghadapi Nasuha."Dengar, Suha. Ini bukan salah Mazaya. Itu karena--" Ucapan Devan terjeda karena Nasuha tiba-tiba memutus panggilan tersebut. Bahkan nomor ponsel istrinya itu mendadak tidak aktif dan menambah rasa kesalnya saja saat ini.Devan seharusnya tahu, jika saat ini Nasuha sedang diliputi oleh amarah.Tampak Nasuha menghela nafas panjang, mencoba menahan amarahnya yang memuncak. Tangannya masih menggenggam erat telepon yang baru saja ia tutup secara sepihak. Ia tidak bisa mempercayai kenyataan yang baru saja didengarnya. Meskipun ia sendiri sudah berselingkuh, tapi entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar bahwa Devan bisa mempunyai anak dari wanita lain.Hal yang membuat Nasuha tidak habis pikir adalah Devan, sang s
"Ma-maksud Mas Devan apa?! Jangan menuduhku sembarangan tanpa bukti! Sudah jelas-jelas kamu yang salah di sini dan sekarang mau melemparkan kesalahan itu sama aku?! Enak aja, aku gak terima, Mas!"Nasuha dengan raut wajah setenang mungkin berbalik melawan Devan. Ia yakin suami yang ada di depannya saat ini hanya sedang menggertak nya saja agar dirinya ketakutan. Tapi, itu sama sekali tidak mempan baginya.Sementara Devan tersenyum tipis melihat bagaimana Nasuha yang tampak percaya diri ucapannya itu. Wanita tersebut tidak tahu bahwa selama ini ia sudah kumpulkan banyak bukti dan kapan saja siap untuk diungkapkannya. Mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untuk membuka semua gedung istrinya itu."Menurut kamu aku sama sekali tidak bukti?" tanyanya seakan ingin mengejek Nasuha saat ini.Mendengar ucapan Devan yang begitu serius dan tampak meyakinkan untuk sesaat kaki Nasuha sedikit gemetaran. Tapi, hal itu tidak ditunjukkannya langsung di depan suaminya saat ini."Mas Devan pikir aku
"Bu Mazaya, anda diminta datang ke ruangan Pak Devan.""Baik."Mazaya segera bergegas usai mendengar sekretaris dari atasan sekaligus suaminya tersebut memanggilnya. Ia pun ingin bertemu dengan Devan untuk menanyakan sesuatu.Tiba di ruangan CEO.Mazaya sudah disambut oleh Devan di ruangan tersebut."Duduklah. Ada yang ingin aku katakan," ucapnya kepada Mazaya.Mazaya menurut dan duduk di salah satu sofa di ruangan itu."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Mbak Suha tiba-tiba marah dan juga tiba-tiba kembali seakan gak pernah terjadi apapun sebelumnya," desaknya memberikan pertanyaan kepada Devan dan ingin jawaban yang sesuai.Devan terdengar menghela nafasnya pelan. Ia sedikit melonggarkan simpul dasi yang membuatnya terasa begitu sesak. "Sebenarnya dia tahu soal Askara yang merupakan anakku dan pernikahan kita. Aku melakukan tes DNA dan hasil tesnya malah diterima oleh dia," terangnya.Mendengar apa yang dikatakan oleh Devan, mata Mazaya pun membulat sempurna. Ia merasa seperti ter
"Aku akan ke sana sekarang."Usai mengatakan hal tersebut, Devan menutup panggilan tersebut, lalu menghampiri Mazaya yang raut wajahnya penuh tanda tanya."Kenapa? Apa terjadi sesuatu?" tanya Mazaya menyelidik."Ibuku di rumah sakit. Aku harus kesana sekarang. Kamu bisa kembali ke meja kerjamu lagi, Yaya," balas Devan yang tampak bersiap untuk berangkat.Mazaya pun keluar dari ruangan tersebut karena memang tidak ada hal lain lagi yang bisa dilakukannya di tempat itu. Meskipun ia sedikit khawatir mendengar bahwa ibunya Devan yang secara tidak langsung adalah ibu mertuanya itu dirawat di rumah sakit. Juga bagaimana raut wajah Devan yang begitu cemas. Hal yang baru pertama kali dilihatnya dari pria tersebut.Devan sendiri baru saja keluar dari ruangannya, lalu memberitahukan kepada William bahwa ia akan ke rumah sakit karena sang ibu dilarikan ke sana usai terjatuh di kamar mandi."Tunda dulu rapatnya sampai besok, aku harus ke rumah sakit," tukas Devan kepada sekretarisnya tersebut."
Mazaya menghela nafasnya panjang untuk mengurai luapan emosi yang memenuhi isi dadanya saat ini, usai membaca pesan Nasuha sebelumnya.'Jadi, ini sifat asli kamu, Mbak! Padahal sudah jelas siapa yang merebut siapa sebenarnya. Dan semesta pun masih tetap berpihak padaku yang bahkan bisa melahirkan anak dari suami kamu itu.'Mazaya bermonolog di dalam hatinya sebagai pelampiasan kesalnya kepada sang kakak angkat yang malah berbalik mengancam dan bahkan membawa-bawa Askara untuk membuatnya goyah."Jangan samakan Mazaya yang dulu dengan yang sekarang Mbak," ucapnya berbicara sendiri menatap cermin yang ada di depannya. Di mana ia saat ini berada di toilet.Mazaya membuatkan tekad untuk tidak mengalah ataupun terpengaruh oleh ancaman kakak angkatnya itu. Sejak dulu ia selalu mengalah atas hal apapun yang diberikan oleh orang tua angkatnya itu kepada dirinya, tapi kali ini ia tidak akan mengalah kepada Nasuha. Setelah hal mengerikan yang dilakukan oleh wanita tersebut kepada dirinya, ia kin
"Jangan menuduhku sembarangan! Kamu pikir ancaman kamu itu akan mempan sama aku heh?!" kecam Nasuha dengan setengah berbisik kepada Mazaya. Ia sebisa mungkin menahan diri karena masih berada di pemakaman dan ada banyak pasang mata yang melihat ke arah mereka saat ini.Mazaya tersenyum miring mendengar Nasuha yang tidak terima dengan apa yang dikatakannya beberapa saat yang lalu."Siapa yang lagi ancam, Mbak. Aku cuman membicarakan fakta di sini. Mbak juga mengakuinya kan? Atau harus aku katakan sekarang di depan semua orang?" balasnya dengan setengah berbisik juga sama seperti sebelumnya.Nasuha mengepalkan tangannya, ia tidak menyangka jika Mazaya akan melawannya seperti sekarang ini. Padahal dulunya wanita tersebut tidak pernah membantah apapun yang diinginkannya ketika masih tinggal bersama keluarganya. Bahkan selalu mengalah, di saat mereka menginginkan hal yang sama dan Mazaya tidak pernah mengeluh ataupun protes."Bagus ya, jadi ini balasan kamu setelah ibu dan ayah adopsi kamu,
"Katakan aja, Yaya. Kenapa ragu seperti itu? Apa kamu tidak yakin sama apa yang kamu atau tidak aku akan mengabulkan keinginan kamu itu. Percayalah aku akan mengabulkan apapun itu?"Devan meyakinkan Mazaya bahwa, ia akan mewujudkan keinginan istri keduanya itu apapun.Mazaya masih terdiam dengan helaan nafas yang panjang. Ia seperti berada di persimpangan jalan antara ambisi atau serakah sebenarnya keinginannya saat ini."Yaya," ulang Devan di balik kemudinya tersebut."Iya, Mas ... Sebenarnya aku ingin menjadi istri kamu satu-satunya agar Askara mempunyai status yang jelas. Tapi, sepertinya itu gak mungkin buat saat ini. Mengingat kalau Mas Devan sudah mengikat janji dengan memenuhi wasiat ibu," tutur Mazaya.Devan sebenarnya senang mendengar bahwa Mazaya kini telah berubah pikiran dan cepat atau lambat bisa menerimanya serta memaafkan masa lalu. Tapi, permintaan istrinya itu memang cukup berat untuk dipenuhinya. Meskipun ia tidak pernah sekalipun menyimpan perasaan kepada Nasuha, h
"Apa kamu juga akan sama mengkhianati aku? Kamu tahu adik angkatku malah menusukku dari belakang."Nasuha terus saja meracau sambil berbicara dengan seseorang di ujung panggilan. Pria yang selama ini menemaninya dalam kesepian."Aku akan kesana sekarang. Tunggu--""Jangan! Kamu pasti sedang kerja sekarang kan?! Jangan pedulikan aku dan sampai bertemu nanti malam. Aku bisa jaga diri dengan baik.""Tapi, tetap saja aku khawatir. Aku akan kesana kurang dari sepuluh menit. Tunggu aku."Panggilan itu berakhir dengan keputusan kekasih Nasuha tersebar hendak menyusul ke tempat wanita tersebut berada.Sedangkan Nasuha malah tertawa sendirian atau lebih tepatnya sedang menertawakan dirinya sendiri saat ini. Seakan hidupnya paling tersakiti berada di antara Devan dan Mazaya."Sejak awal harusnya aku yang tidur dengannya waktu! Andai saja aku tidak pulang waktu dan melanjutkan rencana, mungkin akulah yang akan hamil dan mengandung anaknya Mas Devan ...."Nasuha bermonolog serta meracau tidak jel
"Mas, kita harus bagaimana menghadapi Patricia? Pasti dia akan cari cara buat bisa nikah sama Mas Devan. Selain itu juga aku khawatir Askara sekolah dengan guru TK seperti dia."Mazaya mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepalanya saat ini, di saat minum teh di balkon kamar karena hari itu waktu libur kerja mereka.Devan menghela nafasnya panjang. Ia pun sama gelisah dan khawatir seperti Mazaya. Tapi, ia tidak akan tinggal diam saja. Itu karena dirinya sudah diam-diam menyewa detektif swasta untuk mengikuti dan mengawasi PatriciaDan siapa sangka usaha Devan itu membuahkan hasil. Di mana Patricia pada akhirnya ditangkap, hingga kabar tentang penangkapannya segera menyebar luas.Ternyata Patricia selama ini menjadi duri bagi Devan dan Mazaya itu telah melakukan penipuan kepada beberapa orang, hingga akhirnya aparat kepolisian berhasil menangkapnya karena laporan beberapa korbannya. Di balik jeruji besi, Patricia harus merasakan kepedihan hati dan penyesalan.Devan dan Mazaya yang menden
"Apa ini sebenarnya? Sejak kapan aku menulis ini semua?"Devan membaca surat perjanjian yang ada di tangannya dengan perasaan tidak percaya. Kata-kata dalam surat tersebut terasa seperti cambuk yang menghantam hatinya. Semakin ia membaca, semakin sulit baginya untuk menahan ketakutan yang melanda dirinya, menyadari bahwa isinya bisa menyeretnya ke dalam jeruji besi penjara. Meskipun begitu dirinya tidak menunjukkan langsung bagaimana raut wajahnya saat ini di depan Patricia.Sementara itu, di sudut ruangan tersebut, Patricia menatap Devan dengan senyuman licik yang tersungging di bibirnya. Ia menikmati melihat bagaimana raut wajah Devan berubah-ubah, mulai dari penasaran, kemarahan, hingga ketakutan yang tergambar jelas. Matanya terus mengikuti gerak-gerik Devan, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar merasa terpojok.Tangan Devan bergetar saat dirinya mencoba menahan amarah yang membara. Ia menggenggam surat perjanjian itu dengan erat, seolah mencoba menemukan kekuatan u
"Bercerai? Apa aku gak salah dengar, Mas? Bukannya dia waktu itu ngotot dan gak mau pisah sama kamu?"Mazaya hampir saja tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Devan, mengenai permintaan Nasuha yang ingin berpisah. Padahal jelas-jelas semalam kakak angkatnya itu dengan tegas mengatakan tidak mau bercerai apapun alasannya"Bukannya kamu senang kalau dia minta bercerai? Itu kan yang kamu mau, Yaya?" Devan balik bertanya."Iya sih, Mas. Tapi, kok aku ngerasa ada yang aneh aja. Kenapa dia tiba-tiba minta pisah gitu aja. Apa Mas Devan gak ngerasa curiga apapun gitu," ungkap Mazaya yang merasa harus waspada untuk hal-hal yang tidak diinginkan."Aku juga sama, makanya aku ingin menemuinya langsung dan mungkin saja ada hal yang bisa ketahui nanti," ungkap Devan yang saat ini memiliki pikiran yang sama dengan istrinya tersebut.Mazaya manggut-manggut tanda mengerti apa yang dikatakan oleh Devan."Memang harus seperti itu, Mas. Syukur-syukur kalau dia memiliki niatnya untuk berubah, ta
"Ini maksudnya apa ya? Saya calon istri dari mana, Pak? Pak Malvin jangan seenaknya gitu dong! Saya gak terima diperlakukan seperti ini!"Melinda langsung melayangkan protes kepada Malvin karena pria tersebut malah bersikap seenaknya, mengatakan dirinya itu adalah calon istri dari pria tersebut. Terlebih lagi dirinya sudah mempunyai kekasih dan apa jadinya sampai menimbulkan kesalahpahaman nantinya.Malvin nyatanya tanpa sadar mengatakan hal tersebut sebagai refleknya agar mantan tunangannya itu menjaga sikap. Ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana tanggapan Melinda akibat perbuatannya tersebut."Maaf, tadi aku salah bicara, Linda. Aku tidak bermaksud lain," ucapnya yang tidak ingin memperpanjang masalah yang ada di depan matanya saat ini. Belum sempat Melinda menanggapi ucapan Malvin, tapi pria tersebut malah bergegas pergi dengan membawa Vivian dari hadapan mereka."Kita harus bicara di tempat lain, Vivian?!" Malvin dengan nada tegas."Oke, ayo," jawab Vivian yang memang ingin
Tiga puluh menit sebelumnya.Patricia, yang mengenakan pakaian serba hitam dan berkacamata gelap, melirik Mazaya dengan tatapan tajam. Ia berjalan mendekati Mazaya dan Devan dengan langkah pasti dan pura-pura bertanya, "Permisi, apakah anda tahu dimana toilet di tempat ini?" Patricia pura-pura tersenyum ramah pada Mazaya.Mazaya menoleh, awalnya tersenyum ramah sambil menjawab, "Oh, itu tinggal mengikuti jalur ini saja, Mbak pasti akan sampai di sana."Namun, tidak lama setelah itu raut wajah Mazaya berubah dingin, dan ia mulai berbicara dengan nada lebih tegas."Sebenarnya, apa mau kamu di sini, Mbak?" tanya Mazaya dengan curiga dan setengah berbisik.Devan pun ingin mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Tapi, ia harus bertemu dengan beberapa kliennya yang datang ke acara tersebut."Sayang, aku ke sana dulu sebentar. Gak apa-apa kan?" tanyanya memastikan terlebih dahulu."Iya, Mas," jawab Mazaya. Ia lebih dari mampu menghadapi Patricia seorang diri
"Om aku mau es krim yang rasa blueberry. Yang ukurannya besar ya. Terus nanti beli popcorn juga."Askara tampak membuat Malvin dibuat pusing tujuh keliling dengan permintaan bocah laki-laki tersebut yang ternyata begitu banyak ini dan itunya.Berbanding terbalik dengan Melinda saat ini, ia malah senang dengan kata-kata yang keluar dari wajah menggemaskan bocah laki-laki di depan itu dan sama sekali tidak menunjukkan lewat wajah kekesalan atau merasa dibuat pusing dengan tingkah Askara saat ini. Seakan wanita tersebut sudah terbiasa menghadapi yang namanya anak kecil."Hmm, boleh. Boleh banget Aska mau es krim, popcorn atau permen dan bahkan coklat. Tapi ada satu syarat yang harus dilakukan sama Aska," ucapnya yang bernegosiasi dengan Askara saat ini."Apa syaratnya, Tante?" Askara langsung menanggapi ucapan Melinda dan tampak begitu antusias.Dan Melinda pun tak kalah antusiasnya saat ini. "Hmm, syaratnya mudah kok. Askara harus mau makan makanan berat dulu sebelum makan eskrim, mau
[ Aku akan ke rumah sakit nanti untuk membicarakan keputusan kamu itu, Suha ][ Baik, aku tunggu, Mas ]Devan membalas pesan Nasuha secara singkat, lalu langsung dibalas oleh Nasuha di waktu yang sama.Devan memang harus memastikan sendiri dengan menemui istri pertamanya itu di rumah sakit. Selain itu juga ia harus berbicara dengan William untuk memastikan sesuatu. Meskipun pria tersebut sudah mengkhianatinya, tapi dirinya juga harus mengorek informasi dari mantan sekretarisnya."Ada apa, Mas?" Mazaya menghampiri Devan karena suaminya tersebut malah fokus ke layar ponselnya dan tampak begitu serius. Padahal jarang-jarang Devan bersikap seperti itu dengan benda pipih tersebut, kecuali memang ada hal yang begitu penting.Devan menoleh, lalu menyimpan ponselnya itu ke saku jasnya kembali."Oh tadi ada beberapa laporan dari divisi lain, mengenai acara yang sebentar lagi dilangsungkannya," jawab Devan yang terpaksa berdusta kepada Mazaya, ia akan membicarakan tentang Nasuha usai acara di m
Mazaya menghela nafasnya panjang karena Devan tak kunjung mengatakan, hal yang paling diinginkannya.Bukan tanpa alasan, sang suami malah mendadak sakit perut dan katanya harus ke toilet. Lalu Mazaya bisa apa saat ini, selain menunggu Devan selesai dengan urusannya."Jangan lama-lama ya, Mas. Aku tinggal tidur nanti," seru Mazaya dari balik pintu kamar mandi. Ia bahkan saat ini sudah berganti pakaian tidur, itu karena merasa tidak nyaman dengan memakai lingerie dan khawatir sewaktu-waktu Askara terbangun dan mengetuk pintu kamar mereka"Iya, gak akan lama. Ini sebentar lagi selesai kok," sahut Devan dari dalam kamar mandi.Sambil menunggu Devan, Mazaya memutuskan membuka laptopnya untuk memeriksa jadwal kegiatan di kantor besok. Di mana akan diadakan event peragaan busana di mall dengan tujuan untuk amal, meskipun sempat terjadi insiden. Tapi, acaranya masih harus berlangsung sesuai dengan jadwal."Oke, gak ada masalah kayaknya. Semuanya juga sudah lapor di bagiannya masing-masing ...
Patricia baru saja keluar dari ruangan Nasuha dirawat dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan perjalannya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya."Iya, ini aku Patricia. Aku baru saja bertemu dengan Nasuha, sesuai dengan permintaan kamu. Sebaiknya kamu secepatnya ke sini dan bawa dia pulang."Usai berbicara dengan seseorang di telepon, Patricia menutup panggilan tersebut. Kemudian kembali tersenyum tipis dan melangkah kakinya keluar dari rumah sakit tersebut.Patricia teringat pertemuannya dengan Nasuha, yang mana wanita tersebut adalah istri pertama dari Devan. Ia sudah mengetahui banyak tentang Nasuha selama ini."Siapa kamu dan apa maksud tujuan kamu ke sini?" Itulah hal pertama yang dikatakan oleh Nasuha, ketika bertemu pertama kali dengan Patricia. Ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut dan tiba-tiba datang menjenguknya.Patricia mengulas senyumnya. Ia sudah menebak, jika sikap Nasuha memang tidak akan seramah yang diharapkannya."Aku Patricia. Dulu aku pacarnya De