Share

Malam pertama (1 )

Penulis: Queen Sunrise
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-11 06:53:06

"Apa kamu sudah siap untuk malam pertama kita, Yaya?"

Devan menanyakan hal tersebut tentunya hanya untuk memastikan seberapa kesiapan istrinya itu.

Mazaya menjawab dengan anggukan kepalanya saja dan tanpa mengatakan apapun. Hanya saja di dalam hatinya saat ini sedang bergejolak karena ada setitik rasa bersalah kepada kakak angkatnya.

Namun, semuanya kini sudah terlanjur dan ibaratnya nasi sudah menjadi bubur, sehingga tidak ada tempat lain baginya untuk kembali.

'Gak apa-apa, Yaya. Ini demi Aska dan Nasuha sama sekali gak pernah peduli dengan kamu selama ini,' batinnya yang saat ini berbicara dengan dirinya sendiri, mencoba menguatkan hatinya.

Sedangkan Devan tersenyum samar melihat Mazaya yang sebelumnya menganggukkan kepalanya. Entah itu karena kewajiban atau mungkin wanita tersebut merasa terpaksa, tapi yang terpenting adalah malam ini setelah empat tahun ia akan bisa menyalurkan hasratnya yang terpendam.

Tanpa banyak bicara, Devan menghampiri Mazaya yang masih berdiri di tempat se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Malam Pertama (2)

    [ Mas, kamu di mana? Jangan bilang kamu sana perempuan lain?! Angkat teleponnya sekarang juga, Mas ....]Pesan itu yang dikirimkan oleh Nasuha saat ini karena suaminya itu tak kunjung menjawab panggilan telepon."Keterlaluan Mas Devan. Masa jam segini belum pulang! Kata William dia udah pulang dari sore tadi, tapi nyatanya belum sampai juga. Gak bisa dibiarin ini." Nasuh terus saja mengomel seorang diri karena kesal kepada Devan yang semakin ke sini malah semakin mengabaikannya."Andai aku cepat-cepat hamil, mungkin Mas Devan akan sering-sering di rumah," gumamnya sembari memegangi perutnya yang masih rata.Menit selanjutnya, terdengar sebuah pesan pemberitahuan di ponsel Nasuha.Rupanya itu dari Devan dan ia langsung membacanya dengan penuh semangat.[ Aku ada acara di luar kota. Mungkin akan menginap dan tidak akan pulang ]Usai membacanya pesan dari Devan, tubuh Nasuha rasanya lemas dan tidak bertenaga. Pria itu benar-benar tidak pulang dan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Malam yang panjang

    Detik selanjutnya, mendadak hujaman Devan terhenti dan Mazaya semakin menggeliat di atas ranjang.Namun, bersamaan mereka mendengar samar suara anak kecil yang menangis. Apa mungkin itu Askara?Dan Mazaya mulai tersadar dari ketidakwarasannya beberapa saat yang lalu."Apa kamu denger itu, Mas? Bukannya itu Aska? Aku akan lihat dulu."Mazaya tidak mempedulikan raut wajah Devan yang tampak murung karena kecewa sedang panas-panasnya, berhenti melakukan permainan itu. Ia turun dari ranjang dan segera memakai bathrobe, lalu mengikat Cepol rambutnya hingga ke luar dari kamar tersebut.Sedangkan Devan tersenyum getir di atas ranjang karena ia malah belum berhasil menembus belahan inti sang istri, tapi malah sudah ada gangguan di luar.Meskipun sedikit kecewa, ia tidak mungkin mengabaikan putranya begitu saja. Ia juga turun dari ranjang dan memakai bathrobenya dan menyusul Mazaya ke luar kamar.Dan benar saja, jika yang menangis sebelumnya adalah Askara dan saat ini sedang ditenangkan oleh Ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Meminta Sesuatu

    "Yaya. Ada apa? Kenapa bangun?"Tiba-tiba saja Devan memeluk Mazaya dari arah belakang dan hal itu membuat wanita tersebut dibuat terkejut. Ia segera mematikan ponselnya agar Devan tidak sampai membaca pesan dari Malvin."Bukan apa-apa. Itu hanya pesan dari aplikasi ... Hmm, apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Mazaya mengalihkan pembicaraan ke hal lain. Selain itu ada sebuah gagasan yang terlintas di pikirannya dan ia harus membicarakannya dengan Devan "Minta apa? Katakan aja," balas Devan masih belum melepaskan pelukannya itu."Gak masalah kan kalau aku pergi dengan laki-laki lain seperti ikut makan malam atau sebagainya? Lagipula orang-orang sama sekali gak tahu kan kalau kita udah menikah, Mas. Kamu gak keberatan kan? Aku juga gak mau menjadi pusat perhatian karena sering ketemu sama kamu terus. Gak masalah kan?" tanya Mazaya yang mengeluarkan isi pikirannya saat ini.Devan terdiam sejenak. Ia tidak yakin untuk memberikan izin Mazaya dekat dengan pria lain. Ia pasti tidak akan

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-12
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Cari Kesempatan Dalam Kesempitan

    "Jelaskan padaku, apa hubungan kamu sama Rendra? Apa kalian lebih dari sekedar teman di kampus?"Devan yang masih mengemudi itu terdengar mendesak Mazaya agar menjelaskan semua hal yang tidak diketahuinya, tentang wanita tersebut dan keponakannya.Mazaya menghela nafasnya panjang, entah kenapa ia kini merasa menyesal mengatakan tentang Rendra di depan suaminya tersebut. Apakah semuanya akan baik-baik saja, jika pria tersebut tahu?"Yaya, kenapa kamu diam? Cepat jelaskan semuanya padaku sekarang juga," desak Devan kembali."Tapi, Mas Devan harus janji satu hal kalau nanti gak akan mencampuradukan antara urusan pekerjaan dan urusan pribadi," ucap Mazaya dengan nada serius.Devan membuang nafas kasar. Entah kenapa perasaannya saat ini tidak enak sama sekali."Iya, katakan sekarang! Sebentar lagi kita akan sampai di kantor," tegasnya.Mazaya menarik nafasnya dalam-dalam, tidak mudah menceritakan hal yang akan dikatakannya saat ini. Tapi, ia yakin Devan harus tahu, alih-alih Rendra sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Diam-diam Rindu

    ""Kenapa dia gak angkat teleponnya!"Devan yang tampak geram itu sejak tadi berjalan mondar-mandir di ruangannya, menghubungi keponakannya yang tak kunjung dijawabnya."Apa dia masih tidur jam segini?" tebak Devan sambil menatap jam yang ada di layar ponselnya tersebut.Di saat yang sama, terdengar ketukan di pintu ruangan CEO itu sehingga membuat Devan teralihkan."Ini saya, Pak Devan," seru William di balik pintu."Masuk," sahut Devan, sembari melangkahkan kakinya menuju ke kursinya dan duduk di sana.William masuk ke ruangan tersebut dan hanya seorang diri. "Mana Mazaya, Will? Bukannya aku menyuruh kamu buat bawa dia ke sini." Devan tampak kecewa sekaligus kesal karena tidak bisa bertemu dengan Mazaya. Apalagi sampai terang-terangan. Entah kenapa ia merasa diam-diam merindukan istrinya tersebut."Maaf, Pak Devan. Kata Bu Erina dia ke gedung hotel tempat Pak Malvin. Ada projek yang harus mereka bicarakan," terang William, seraya tangannya menyimpan sebuah map berwarna coklat di a

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-14
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Tidak Mau Diganggu

    "Ke-kenapa mendadak menanyakan hal seperti itu, Pak Malvin? Bukannya itu sudah keluar dari pembahasan tentang proyek? Saya pikir anda bisa bersikap profesional jika di kantor ...."Sebisa mungkin, Mazaya mengelak dari pertanyaan Malvin sebelumnya. Meskipun ia bisa saja mengatakan kebohongannya untuk menutupi semuanya. Tapi, sekalinya berbohong maka ia tidak akan berhenti mengatakan kebohongan lainnya. Jadi, baginya lebih baik untuk diam saja.Malvin tersenyum kecil seraya memperbaiki posisi duduknya, melihat bagaimana sikap tenang Mazaya yang berbicara kepadanya saat ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan apapun diantara wanita tersebut dan Devan. Ia terlalu dini menyimpulkan, padahal sudah jelas jika Mazaya adalah adik ipar Devan dan tidak lebih dari itu."Kamu benar, Yaya. Aku sepertinya sedikit terbawa suasana dan teringat apa yang terjadi di kantin waktu itu. Aku merasa perhatian Devan bisa dikatakan lebih dari sekedar kakak ipar kepada adik iparnya dan--"Mendadak ucapan Malvin

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-15
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Pilihan Yang Sulit

    Tepat pukul sembilan pagi, Rendra berjalan menuju ruang kerja Devan. "Om Devan, maaf aku terlambat," ucap Rendra sembari mengetuk pintu ruangan Devan dan masuk begitu saja tanpa mendapatkan izin terlebih dahulu.PLAK.Sebuah map tebal pun melayang ke sisi Rendra dan hampir saja mengenai wajahnya."Om! Kenapa--""Dasar berandalan!" pekik Devan memotong ucapan Rendra dan memasang wajah kesal di depan keponakannya itu. Ia berdiri dari kursinya dengan berkacak pinggang."Jam berapa sekarang hah?" lanjut Devan kembali. " Kamu pikir ini rumah dan kamu bisa masuk atau memanggil pamanmu ini dengan panggilan 'om'?! Apa kamu lupa kalau ini di kantor!" pekiknya.Rendra langsung menundukkan wajahnya. Ia akui salah karena masih terbiasa dengan pergaulan bebasnya di luar negeri."Maaf, Om. Ah bukan, Pak Devan. Saya salah dan masih belum terbiasa dengan bekerja di kantor. Maafkan saya," ucapnya dengan nada menyesal.Devan menghela nafasnya panjang. Ia tahu keponakan itu selalu bersikap semau hati

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-16
  • Mengandung Anak Pak Dosen    Main Cantik

    "Itu sebenarnya hasil tes DNA antara aku dan Askara. Anaknya Mazaya."Devan pada akhirnya mengungkapkan tentang hasil tes DNA yang dilakukannya itu. Cepat atau lambat wanita itu pasti akan tahu kebenarannya.. Meskipun begitu ia mempunyai rencana lain untuk menghadapi Nasuha."Dengar, Suha. Ini bukan salah Mazaya. Itu karena--" Ucapan Devan terjeda karena Nasuha tiba-tiba memutus panggilan tersebut. Bahkan nomor ponsel istrinya itu mendadak tidak aktif dan menambah rasa kesalnya saja saat ini.Devan seharusnya tahu, jika saat ini Nasuha sedang diliputi oleh amarah.Tampak Nasuha menghela nafas panjang, mencoba menahan amarahnya yang memuncak. Tangannya masih menggenggam erat telepon yang baru saja ia tutup secara sepihak. Ia tidak bisa mempercayai kenyataan yang baru saja didengarnya. Meskipun ia sendiri sudah berselingkuh, tapi entah kenapa hatinya begitu sakit mendengar bahwa Devan bisa mempunyai anak dari wanita lain.Hal yang membuat Nasuha tidak habis pikir adalah Devan, sang s

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-17

Bab terbaru

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 89.

    "Mas, kita harus bagaimana menghadapi Patricia? Pasti dia akan cari cara buat bisa nikah sama Mas Devan. Selain itu juga aku khawatir Askara sekolah dengan guru TK seperti dia."Mazaya mengeluarkan uneg-uneg yang ada di kepalanya saat ini, di saat minum teh di balkon kamar karena hari itu waktu libur kerja mereka.Devan menghela nafasnya panjang. Ia pun sama gelisah dan khawatir seperti Mazaya. Tapi, ia tidak akan tinggal diam saja. Itu karena dirinya sudah diam-diam menyewa detektif swasta untuk mengikuti dan mengawasi PatriciaDan siapa sangka usaha Devan itu membuahkan hasil. Di mana Patricia pada akhirnya ditangkap, hingga kabar tentang penangkapannya segera menyebar luas.Ternyata Patricia selama ini menjadi duri bagi Devan dan Mazaya itu telah melakukan penipuan kepada beberapa orang, hingga akhirnya aparat kepolisian berhasil menangkapnya karena laporan beberapa korbannya. Di balik jeruji besi, Patricia harus merasakan kepedihan hati dan penyesalan.Devan dan Mazaya yang menden

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter. 88

    "Apa ini sebenarnya? Sejak kapan aku menulis ini semua?"Devan membaca surat perjanjian yang ada di tangannya dengan perasaan tidak percaya. Kata-kata dalam surat tersebut terasa seperti cambuk yang menghantam hatinya. Semakin ia membaca, semakin sulit baginya untuk menahan ketakutan yang melanda dirinya, menyadari bahwa isinya bisa menyeretnya ke dalam jeruji besi penjara. Meskipun begitu dirinya tidak menunjukkan langsung bagaimana raut wajahnya saat ini di depan Patricia.Sementara itu, di sudut ruangan tersebut, Patricia menatap Devan dengan senyuman licik yang tersungging di bibirnya. Ia menikmati melihat bagaimana raut wajah Devan berubah-ubah, mulai dari penasaran, kemarahan, hingga ketakutan yang tergambar jelas. Matanya terus mengikuti gerak-gerik Devan, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar merasa terpojok.Tangan Devan bergetar saat dirinya mencoba menahan amarah yang membara. Ia menggenggam surat perjanjian itu dengan erat, seolah mencoba menemukan kekuatan u

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 87.

    "Bercerai? Apa aku gak salah dengar, Mas? Bukannya dia waktu itu ngotot dan gak mau pisah sama kamu?"Mazaya hampir saja tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Devan, mengenai permintaan Nasuha yang ingin berpisah. Padahal jelas-jelas semalam kakak angkatnya itu dengan tegas mengatakan tidak mau bercerai apapun alasannya"Bukannya kamu senang kalau dia minta bercerai? Itu kan yang kamu mau, Yaya?" Devan balik bertanya."Iya sih, Mas. Tapi, kok aku ngerasa ada yang aneh aja. Kenapa dia tiba-tiba minta pisah gitu aja. Apa Mas Devan gak ngerasa curiga apapun gitu," ungkap Mazaya yang merasa harus waspada untuk hal-hal yang tidak diinginkan."Aku juga sama, makanya aku ingin menemuinya langsung dan mungkin saja ada hal yang bisa ketahui nanti," ungkap Devan yang saat ini memiliki pikiran yang sama dengan istrinya tersebut.Mazaya manggut-manggut tanda mengerti apa yang dikatakan oleh Devan."Memang harus seperti itu, Mas. Syukur-syukur kalau dia memiliki niatnya untuk berubah, ta

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 86.

    "Ini maksudnya apa ya? Saya calon istri dari mana, Pak? Pak Malvin jangan seenaknya gitu dong! Saya gak terima diperlakukan seperti ini!"Melinda langsung melayangkan protes kepada Malvin karena pria tersebut malah bersikap seenaknya, mengatakan dirinya itu adalah calon istri dari pria tersebut. Terlebih lagi dirinya sudah mempunyai kekasih dan apa jadinya sampai menimbulkan kesalahpahaman nantinya.Malvin nyatanya tanpa sadar mengatakan hal tersebut sebagai refleknya agar mantan tunangannya itu menjaga sikap. Ia sama sekali tidak memikirkan bagaimana tanggapan Melinda akibat perbuatannya tersebut."Maaf, tadi aku salah bicara, Linda. Aku tidak bermaksud lain," ucapnya yang tidak ingin memperpanjang masalah yang ada di depan matanya saat ini. Belum sempat Melinda menanggapi ucapan Malvin, tapi pria tersebut malah bergegas pergi dengan membawa Vivian dari hadapan mereka."Kita harus bicara di tempat lain, Vivian?!" Malvin dengan nada tegas."Oke, ayo," jawab Vivian yang memang ingin

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 85.

    Tiga puluh menit sebelumnya.Patricia, yang mengenakan pakaian serba hitam dan berkacamata gelap, melirik Mazaya dengan tatapan tajam. Ia berjalan mendekati Mazaya dan Devan dengan langkah pasti dan pura-pura bertanya, "Permisi, apakah anda tahu dimana toilet di tempat ini?" Patricia pura-pura tersenyum ramah pada Mazaya.Mazaya menoleh, awalnya tersenyum ramah sambil menjawab, "Oh, itu tinggal mengikuti jalur ini saja, Mbak pasti akan sampai di sana."Namun, tidak lama setelah itu raut wajah Mazaya berubah dingin, dan ia mulai berbicara dengan nada lebih tegas."Sebenarnya, apa mau kamu di sini, Mbak?" tanya Mazaya dengan curiga dan setengah berbisik.Devan pun ingin mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh istrinya tersebut. Tapi, ia harus bertemu dengan beberapa kliennya yang datang ke acara tersebut."Sayang, aku ke sana dulu sebentar. Gak apa-apa kan?" tanyanya memastikan terlebih dahulu."Iya, Mas," jawab Mazaya. Ia lebih dari mampu menghadapi Patricia seorang diri

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 84

    "Om aku mau es krim yang rasa blueberry. Yang ukurannya besar ya. Terus nanti beli popcorn juga."Askara tampak membuat Malvin dibuat pusing tujuh keliling dengan permintaan bocah laki-laki tersebut yang ternyata begitu banyak ini dan itunya.Berbanding terbalik dengan Melinda saat ini, ia malah senang dengan kata-kata yang keluar dari wajah menggemaskan bocah laki-laki di depan itu dan sama sekali tidak menunjukkan lewat wajah kekesalan atau merasa dibuat pusing dengan tingkah Askara saat ini. Seakan wanita tersebut sudah terbiasa menghadapi yang namanya anak kecil."Hmm, boleh. Boleh banget Aska mau es krim, popcorn atau permen dan bahkan coklat. Tapi ada satu syarat yang harus dilakukan sama Aska," ucapnya yang bernegosiasi dengan Askara saat ini."Apa syaratnya, Tante?" Askara langsung menanggapi ucapan Melinda dan tampak begitu antusias.Dan Melinda pun tak kalah antusiasnya saat ini. "Hmm, syaratnya mudah kok. Askara harus mau makan makanan berat dulu sebelum makan eskrim, mau

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 83.

    [ Aku akan ke rumah sakit nanti untuk membicarakan keputusan kamu itu, Suha ][ Baik, aku tunggu, Mas ]Devan membalas pesan Nasuha secara singkat, lalu langsung dibalas oleh Nasuha di waktu yang sama.Devan memang harus memastikan sendiri dengan menemui istri pertamanya itu di rumah sakit. Selain itu juga ia harus berbicara dengan William untuk memastikan sesuatu. Meskipun pria tersebut sudah mengkhianatinya, tapi dirinya juga harus mengorek informasi dari mantan sekretarisnya."Ada apa, Mas?" Mazaya menghampiri Devan karena suaminya tersebut malah fokus ke layar ponselnya dan tampak begitu serius. Padahal jarang-jarang Devan bersikap seperti itu dengan benda pipih tersebut, kecuali memang ada hal yang begitu penting.Devan menoleh, lalu menyimpan ponselnya itu ke saku jasnya kembali."Oh tadi ada beberapa laporan dari divisi lain, mengenai acara yang sebentar lagi dilangsungkannya," jawab Devan yang terpaksa berdusta kepada Mazaya, ia akan membicarakan tentang Nasuha usai acara di m

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Chapter 82.

    Mazaya menghela nafasnya panjang karena Devan tak kunjung mengatakan, hal yang paling diinginkannya.Bukan tanpa alasan, sang suami malah mendadak sakit perut dan katanya harus ke toilet. Lalu Mazaya bisa apa saat ini, selain menunggu Devan selesai dengan urusannya."Jangan lama-lama ya, Mas. Aku tinggal tidur nanti," seru Mazaya dari balik pintu kamar mandi. Ia bahkan saat ini sudah berganti pakaian tidur, itu karena merasa tidak nyaman dengan memakai lingerie dan khawatir sewaktu-waktu Askara terbangun dan mengetuk pintu kamar mereka"Iya, gak akan lama. Ini sebentar lagi selesai kok," sahut Devan dari dalam kamar mandi.Sambil menunggu Devan, Mazaya memutuskan membuka laptopnya untuk memeriksa jadwal kegiatan di kantor besok. Di mana akan diadakan event peragaan busana di mall dengan tujuan untuk amal, meskipun sempat terjadi insiden. Tapi, acaranya masih harus berlangsung sesuai dengan jadwal."Oke, gak ada masalah kayaknya. Semuanya juga sudah lapor di bagiannya masing-masing ...

  • Mengandung Anak Pak Dosen    Melakukannya Lagi?

    Patricia baru saja keluar dari ruangan Nasuha dirawat dengan senyuman tipis, lalu melanjutkan perjalannya sambil menghubungi seseorang melalui ponselnya."Iya, ini aku Patricia. Aku baru saja bertemu dengan Nasuha, sesuai dengan permintaan kamu. Sebaiknya kamu secepatnya ke sini dan bawa dia pulang."Usai berbicara dengan seseorang di telepon, Patricia menutup panggilan tersebut. Kemudian kembali tersenyum tipis dan melangkah kakinya keluar dari rumah sakit tersebut.Patricia teringat pertemuannya dengan Nasuha, yang mana wanita tersebut adalah istri pertama dari Devan. Ia sudah mengetahui banyak tentang Nasuha selama ini."Siapa kamu dan apa maksud tujuan kamu ke sini?" Itulah hal pertama yang dikatakan oleh Nasuha, ketika bertemu pertama kali dengan Patricia. Ia sama sekali tidak mengenali wanita tersebut dan tiba-tiba datang menjenguknya.Patricia mengulas senyumnya. Ia sudah menebak, jika sikap Nasuha memang tidak akan seramah yang diharapkannya."Aku Patricia. Dulu aku pacarnya De

DMCA.com Protection Status