Beranda / Thriller / Mengadopsi Anak Setan / 4. Mengadopsi Anak Setan

Share

4. Mengadopsi Anak Setan

Penulis: Fbrmanda
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-19 23:24:24

"Mengadopsi?" Semua orang serempak bertanya.

Risna mengangguk cepat. "Iya, saya pengen punya anak perempuan. Saya janji akan merawat dia seperti anak saya sendiri," ujarnya sendu sambil menatap anak perempuan itu lekat-lekat.

Sejak melihat anak perempuan itu pertama kali, Risna memang sudah jatuh hati. Diluar latar belakang dan segala kisah mistisnya, Risna yakin bahwa ia hanyalah seorang anak kecil yang juga membutuhkan kasih sayang. Risna hanya ingin memberikannya sepenuh hati.

Tiba-tiba Ki Larmo maju beberapa langkah. "Ojo wani-wani! Sampean nggak ngerti wujud asline. Bahaya. Sudah banyak yang jadi korbannya," bantah Ki Larmo dengan tegas.

"Tapi dia nggak seseram yang kalian pikir, Ki. Kurasa dia cuma anak kecil yang mengalami gangguan mental karena bertahun-tahun diasingkan. Dia hanya butuh psikolog. Dan saya akan memberikan semua itu untuk kesembuhan dia." Risna tetap bersikeras.

"Nduk, turuti saja permintaan kami, jangan dibantah. Ki Larmo sudah kenal lebih lama dengan anak ini karena beliau adalah tetua di Desa Keramat. Beliau sudah tahu seluk-beluknya. Lebih baik sampean mengadopsi dari Panti Asuhan saja. Lebih aman," timpal Mbok Darmi setelah menyentuh bahu Risna.

Risna menghela napasnya jengah. Lantas menatap wajah sang suami yang sejak tadi bungkam. Berharap ayah satu anak itu mau membelanya dan berhasil membujuk Ki Larmo.

Hasnan yang paham langsung berkomentar, "Tolong biarkan istri saya mengadopsinya, tenang saja saya membayar jika kalian mempermasalahkan perihal uang. Jika nanti terjadi masalah atau hal-hal yang tidak diinginkan, saya yang bertanggung-jawab. Lagipula, di jaman modern seperti ini, mana ada yang namanya anak setan dan semacamnya. Yang ada hanya ODGJ yang butuh penanganan."

Ki Larmo menatap Hasnan tak suka, ia cukup tersinggung dengan kalimat yang laki-laki itu katakan. Inilah yang paling ia benci dari orang kota, selalu mengaitkan semua hal dengan uang. Padahal ia hanya bermaksud baik dengan mengingatkannya.

"Kalau sampean sampean nggak percaya, yo uwes. Kalau ada masalah, tanggung sendiri akibatnya. Saya cuma memperingatkan, siapapun yang mendekati anak setan, hidupnya akan sial tujuh turunan. Dia itu anak terkutuk."

***

Keesokan harinya, dua kendaraan beroda empat sudah terparkir rapi di kediaman Mbok Darmi. Setelah berhasil membujuk semua orang untuk mengadopsi anak setan itu, Risna dan keluarganya berniat kembali ke kota.

"Mbok Darmi ikut mobil yang satunya saja, ya, biar longgar. Sekalian nemenin Mang supir," ujar Risna setelah memasukkan kopernya.

"Iya, Nduk. Syukur kalau sudah disuruh. Saya malah pengen izin dari tadi buat pergi ke mobil sebelah," timpalnya sambil melirik ngeri pada seseorang di samping Risna.

Ibu satu anak itu pun paham tanpa merasa tersinggung dengan ucapan Mbok Darmi. Wajar saja, anak perempuan yang menurut warga adalah anak terkutuk, kini berdiri di sebelah Risna dengan penampilan yang lebih rapi.

"Mas, berangkat sekarang saja, yuk. Takut kemalaman sampai rumah, kasihan Satria." Risna menutup bagasi mobil, lantas menghampiri sang suami yang sepertinya sedang memeriksa mesin mobil.

"Sebentar. Mas lagi nungguin Ki Larmo."

"Mau ngapain?"

"Ada perlu."

Tak berapa lama, laki-laki sepuh yang sejak tadi memenuhi pikiran Hasnan kini menampakkan batang hidungnya. Hasnan segera menghampiri Ki Larmo dengan sumringah. Lalu mengeluarkan sebuah amplop coklat dari dalam saku jaket yang ia kenakan. Sementara Ki Larmo yang melihat Hasnan malah menyambutnya dengan raut tak suka.

"Saya dan keluarga mau izin pamit, Ki Larmo. Maaf tidak bisa berlama-lama di desa ini. Maklum, saya orang sibuk, jadi nggak punya waktu untuk kegiatan-kegiatan yang begini," ujar Hasnan menyombongkan diri. Ia berniat menyalami Ki Larmo sembari memberikan amplop yang sudah ia pegang. "Mohon diterima. Ini sebagai wujud terimakasih saya karena sudah diizinkan mengadopsi anak dari desa ini. Jumlahnya mungkin nggak banyak, cuma 15 juta. Ya ... tapi cukuplah untuk Ki Larmo merasakan jadi orang kaya selama beberapa bulan."

Tatapan Ki Larmo kian menajam. Tak ia terima uang itu, malah diberikan lagi pada Hasnan yang menatapnya keheranan.

"Jangan sombong sama uang yang bukan milikmu," kata Ki Larmo kemudian melirik anak perempuan di samping Risna. "Semoga selamat sampai tujuan."

Tanpa berniat menunggu keberangkatan mereka, Ki Larmo berlalu pergi. Muak rasanya jika terus-terusan berdekatan dengan Hasnan. Bisa-bisa, dia mengeluarkan senjata sakti dan menyerang jiwa laki-laki itu agar tak lagi menyombongkan harta dan kedudukan.

Risna menyenggol lengan suaminya. Hasnan yang peka hanya menoleh sekilas sambil memasukkan kembali amplop coklat itu. Ki Larmo adalah orang kampung, wajar saja kalau takut memegang uang banyak, begitu pikir Hasnan.

"Udahlah. Dikasih uang kok nggak mau. Sombong banget." Hasnan berjalan ke mobilnya disusul Risna.

"Mobilnya sudah diperiksa semua, Mas?" tanya Risna seraya melirik Satria dan anak adopsinya di jok belakang melalui kaca spion.

"Tenang saja, sudah semua. Bensinnya juga masih full."

Akhirnya perjalanan yang cukup jauh mereka tempuh untuk kembali ke kota. Pemandangan hijau dari pepohonan mengawal mereka di samping kanan dan kiri selama berpuluh-puluh kilometer.

Satria dan Risna memilih tidur karena kelelahan. Sementara kini hanya tinggal Hasnan dan anak misterius itu yang terjaga. Hasnan sesekali melirik ke kaca spion, lalu saat anak perempuan itu juga meliriknya ia justru mengalihkan pandangan. Sejujurnya ia juga merasa ngeri kala menatapnya lama-lama.

'Pantes dia dipanggil anak setan. Mukanya nggak ada ramah-ramahnya sama sekali,' batin Hasnan di dalam hati.

Mimik wajah Hasnan yang semula datar tiba-tiba berubah panik. Kakinya bergerak gelisah, menginjak pedal rem di bagian bawah, tetapi tidak berfungsi. Padahal seingatnya, sebelum ia memulai perjalanan beberapa jam yang lalu, ia sudah memeriksa kondisi mobil dan hasilnya tidak ada yang bermasalah.

"Ris! Risna! Bangun, Dek," kata Hasnan berusaha meminta pertolongan. Namun, tidur Risna seakan terlalu lelap sehingga sekeras apapun panggilan Hasnan, ia sama sekali tak mendengarnya.

Hasnan mulai berkeringat dingin. Jalanan tak lagi menanjak seperti beberapa saat yang lalu. Kini yang ia temui merupakan temurun yang cukup curang, laju mobil pun kian bertambah kencang. Hingga di detik berikutnya, hal yang paling ia takutkan akhirnya terjadi. Mobil tak lagi dapat ia kendalikan.

Brak!

Kendaraan beroda empat itu menabrak sebuah pohon besar di ujung jalan dengan laju yang sangat kencang.

Bab terkait

  • Mengadopsi Anak Setan   5. Ulah Anak Setan?

    "Nduk, bangun! Nduk! Nduk Risna!" panggil Mbok Darmi seraya mengoleskan minyak angin pada bagian bawah hidung Risna.Perempuan itu mengerjapkan kelopak matanya kemudian terbangun. Setelah sadar, ia melihat ke sekeliling dan terkejut ketika pemandangan hutan yang masih cukup rindang menyapa indra penglihatannya."Mbok, kita ...?""Tenang dulu, kita masih belum sampai di kota. Sampean dan keluarga baru saja mengalami kecelakaan," terang Mbok Darmi membuat Risna terkejut setengah mati."Kecelakaan, Mbok?" Risna terduduk di pinggir jalan dengan alas seadanya. Kemudian mengamati sekitar dan begitu syok ketika mendapati mobil yang ia tumpangi sudah ringsek menabrak pohon. Bagian kap mesin mobil sudah terbuka dan diselubungi asap serta kaca depannya juga retak parah. "Terus yang lainnya gimana, Mbok?""Tenang, Nduk, tenang. Pak Hasnan cuma luka ringan di bagian kepala sama kakinya. Den Satria tadi sempat pingsan sebentar, tapi suda

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   6. Namanya Narnia

    Menjelang matahari tenggelam, Risna dan keluarganya baru sampai ke rumah. Seusai makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan sesuatu. Tak lupa, anak perempuan dengan tatapan seram itu juga ikut bergabung bersama mereka."Karena kalian semua sudah berkumpul di sini, aku mau ngasih tahu hal penting." Risna menggandeng tangan anak perempuan yang duduk di sebelahnya. Kedua sudut bibirnya selalu merekah, melambangkan hatinya yang sedang berbunga-bunga meskipun baru saja tertimpa musibah kecelakaan. "Aku sama Mas Hasnan sudah sepakat, ingin mengadopsi anak perempuan ini dan memberinya nama ... Narnia.""Narnia?" Semua orang serempak bertanya.Mbok Darmi dan Mang Jajang saling tatap. Risna ini, sepertinya sudah terkena pengaruh anak setan sehingga keanehan apapun yang menimpanya hanya dianggap sebuah kebetulan."Tolong sayangi Narnia seperti kalian menyayangi anggota keluar

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   7. Daging Ayam Mentah

    "Ya Allah Gusti! Sampean makan daging mentah?!"Mbok Darmi terkejut setengah mati sampai membanting cangkir kopi yang hendak ia berikan pada Hasnan. Bagaimana tidak, saat tak sengaja melihat pintu gudang yang terbuka, ia berniat untuk menutupnya kembali. Namun, belum sempat niatnya itu terlaksana, bayangan seorang anak perempuan yang tengah menyantap daging ayam mentah justru mengejutkannya.Kini Narnia sang tersangka, malah tetap asik mengunyah tanpa memedulikan kehadiran orang lain dalam ruangan tersebut. Ia begitu rakus seperti orang kelaparan meskipun yang ia konsumsi bukanlah daging matang yang telah diberi bumbu.Dari arah lain, datang Risna dan Satria yang langsung memasang wajah jijik saat melihat kelakuan Narnia."Kamu kenapa makan daging mentah, Nak? Ayo, muntahkan. Nanti kamu sakit perut." Risna segera menarik anak perempuan itu dan membuang sisa daging yang sudah tinggal separuh. Narnia langsung merengut saat santapanny

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   8. Terbawa Emosi

    Pintu depan berderit pelan. Sosok remaja tanggung menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Gelap. Suasana sunyi. Sepertinya semua orang sudah memasuki alam mimpi. Ia masuk perlahan-lahan, menahan langkah demi langkah agar tak menimbulkan suara yang dapat membuat semua orang terbangun.Hampir berhasil menjalan misi, satu langkah lagi ia akan sampai ke kamar tanpa ketahuan. Padahal ia sudah sangat yakin tidak akan ada orang yang memergokinya. Tapi tiba-tiba suara seseorang mengalun tegas dari balik kegelapan."Apa sekarang anak kelas satu SMP juga ada jam lembur?"Cklek!Semua lampu menyala terang. Kegelapan yang menyembunyikan tubuhnya kini sudah tidak ada lagi. Remaja tanggung itu celingukan mencari sumber suara dan terkejut setengah mati saat menjumpai semua orang yang sudah berkumpul untuk menanti kepulangannya. Tak ada keramahan, masing-masing mereka memasang wajah serius.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   9. Kabar Baik atau Buruk?

    Seorang wanita berjas putih berdiri di sisi ranjang sambil mengalungkan stetoskop ke lehernya. Setelah diminta memeriksa keadaan Risna ia tersenyum ke arah Hasnan yang tampaknya sangat mencemaskan sang istri."Ini bukan kabar buruk, Pak Hasnan. Jangan terlalu khawatir."Hasnan mengusap lembut surai istrinya lantas bertanya, "Memangnya istri saya kenapa? Kenapa dia tiba-tiba pingsan, Dok?"Wanita itu lagi-lagi tersenyum. Sambil menyiapkan resep yang harus ditebus, ia mulai menjelaskan keadaan Risna."Istri Pak Hasnan itu ... sedang hamil muda. Usia kandungannya baru satu bulan." Senyumnya kian merekah.Risna dan Hasnan terdiam beberapa detik kemudian saling pandang. "Hamil?" ucapnya berbarengan."Iya. Selamat menanti kehadiran anggota keluarga baru, ya, Pak, Bu. Saya harap kalian menjaga kandungannya dengan baik. Kalian pasti tahu kalau masa-masa tiga bulan pertama itu cukup rentan," jelas wanita itu setelah meny

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   10. Takdir Buruk Satria

    Anak laki-laki itu berlari tak tentu arah. Menembus gelapnya malam tanpa penerangan yang memadai. Mungkin sesekali, jalanan akan berubah terang ketika kendaraan besar melintas di sisi kirinya."Ayah udah nggak mau ngurusin anak berandalan kayak kamu. Pergi dan jangan pernah balik lagi buat selama-lamanya!" Perkataan Hasnan kembali terngiang dalam benak Satria. Tak pernah ia sangka, ayahnya akan tega berkata seperti itu. Sejak beberapa hari yang lalu, ia memang sudah merasakan kasih sayang dari orangtuanya berkurang. Itu semua terjadi karena kehadiran Narnia. Anak perempuan itu telah merebut semuanya dari Satria. Ia membencinya.Berjam-jam lamanya Satria berjalan di pinggir trotoar. Hingga tiba-tiba suara gaduh terdengar dari arah belakang. Satria berhenti sejenak."Woi, Bro! Itu anak kecil yang tadi gaya-gayaan nyerang kita, tuh. Lo liat nggak?"Satria lant

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Mengadopsi Anak Setan   11. Korban Pertama

    Risna mendekati sosok anak laki-laki yang terbaring di atas tandu perlahan-lahan. Beberapa kali ia memejamkan mata lantaran tak sanggup melihat keadaan korban kecelakaan yang begitu mengenaskan. Sebagian wajahnya hancur, bahkan isi kepalanya terburai begitu saja dengan darah yang terus mengalir. Satu bola matanya nyaris keluar, sementara bagian belakang kepalanya sudah menghilang entah kemana. Mungkin hancur saat kendaraan tadi melindasnya. Wajah sang korban sulit dikenali, yang menjadi pengenal hanyalah barang-barang milik korban yang sampai saat ini melekat di tubuhnya. Korban memakai seragam SMP lengkap dengan sepatu. Sementara di area kecelakaan itu terjadi, warga menemukan sebuah tas yang tergeletak di pinggir jalan, diperkirakan tas itu juga milik korban.Tubuh Risna mendadak kaku, hatinya bergetar, dan jantungnya seperti ingin meledak saat itu juga. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lihat adalah salah. Ibu mana yang sanggup menyaksikan putra

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Mengadopsi Anak Setan   12. Daging Mayat

    "Ris, tolong angkatin telpon Mas sebentar! Mas masih mandi!" teriak Hasnan kepada Risna yang hingga saat ini masih berdiri di samping jendela dengan tatapan kosong. Risna hanya menoleh sekilas, tak beranjak sama sekali. Seolah bisu, ia mengabaikan teriakan suaminya dari dalam kamar mandi saat benda pipih di atas nakas terus berdering. "Ris, kamu masih di sana 'kan? Tolong angkatin telpon Mas sebentar!"Perempuan itu masih bergeming.Akhirnya, beberapa saat kemudian Hasnan keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal. Ia hanya mengenakan lilitan handuk sebatas pinggang lantas berbicara pada Risna, "Kok, nggak diangkat, Ris? Kasihan yang nelpon. Siapa tahu penting." Masih tak ada jawaban.Hasnan membuang napasnya kasar karena lagi-lagi Risna mengabaikannya. Sejak dua hari yang lalu, perempuan itu memang berubah drastis. Ia dingin dan tak tersentuh. Hanya akan bicara seperlunya saja, itu pun kalau benar-benar penting. Penyebabnya m

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-22

Bab terbaru

  • Mengadopsi Anak Setan   12. Daging Mayat

    "Ris, tolong angkatin telpon Mas sebentar! Mas masih mandi!" teriak Hasnan kepada Risna yang hingga saat ini masih berdiri di samping jendela dengan tatapan kosong. Risna hanya menoleh sekilas, tak beranjak sama sekali. Seolah bisu, ia mengabaikan teriakan suaminya dari dalam kamar mandi saat benda pipih di atas nakas terus berdering. "Ris, kamu masih di sana 'kan? Tolong angkatin telpon Mas sebentar!"Perempuan itu masih bergeming.Akhirnya, beberapa saat kemudian Hasnan keluar dari kamar mandi dengan wajah kesal. Ia hanya mengenakan lilitan handuk sebatas pinggang lantas berbicara pada Risna, "Kok, nggak diangkat, Ris? Kasihan yang nelpon. Siapa tahu penting." Masih tak ada jawaban.Hasnan membuang napasnya kasar karena lagi-lagi Risna mengabaikannya. Sejak dua hari yang lalu, perempuan itu memang berubah drastis. Ia dingin dan tak tersentuh. Hanya akan bicara seperlunya saja, itu pun kalau benar-benar penting. Penyebabnya m

  • Mengadopsi Anak Setan   11. Korban Pertama

    Risna mendekati sosok anak laki-laki yang terbaring di atas tandu perlahan-lahan. Beberapa kali ia memejamkan mata lantaran tak sanggup melihat keadaan korban kecelakaan yang begitu mengenaskan. Sebagian wajahnya hancur, bahkan isi kepalanya terburai begitu saja dengan darah yang terus mengalir. Satu bola matanya nyaris keluar, sementara bagian belakang kepalanya sudah menghilang entah kemana. Mungkin hancur saat kendaraan tadi melindasnya. Wajah sang korban sulit dikenali, yang menjadi pengenal hanyalah barang-barang milik korban yang sampai saat ini melekat di tubuhnya. Korban memakai seragam SMP lengkap dengan sepatu. Sementara di area kecelakaan itu terjadi, warga menemukan sebuah tas yang tergeletak di pinggir jalan, diperkirakan tas itu juga milik korban.Tubuh Risna mendadak kaku, hatinya bergetar, dan jantungnya seperti ingin meledak saat itu juga. Ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang ia lihat adalah salah. Ibu mana yang sanggup menyaksikan putra

  • Mengadopsi Anak Setan   10. Takdir Buruk Satria

    Anak laki-laki itu berlari tak tentu arah. Menembus gelapnya malam tanpa penerangan yang memadai. Mungkin sesekali, jalanan akan berubah terang ketika kendaraan besar melintas di sisi kirinya."Ayah udah nggak mau ngurusin anak berandalan kayak kamu. Pergi dan jangan pernah balik lagi buat selama-lamanya!" Perkataan Hasnan kembali terngiang dalam benak Satria. Tak pernah ia sangka, ayahnya akan tega berkata seperti itu. Sejak beberapa hari yang lalu, ia memang sudah merasakan kasih sayang dari orangtuanya berkurang. Itu semua terjadi karena kehadiran Narnia. Anak perempuan itu telah merebut semuanya dari Satria. Ia membencinya.Berjam-jam lamanya Satria berjalan di pinggir trotoar. Hingga tiba-tiba suara gaduh terdengar dari arah belakang. Satria berhenti sejenak."Woi, Bro! Itu anak kecil yang tadi gaya-gayaan nyerang kita, tuh. Lo liat nggak?"Satria lant

  • Mengadopsi Anak Setan   9. Kabar Baik atau Buruk?

    Seorang wanita berjas putih berdiri di sisi ranjang sambil mengalungkan stetoskop ke lehernya. Setelah diminta memeriksa keadaan Risna ia tersenyum ke arah Hasnan yang tampaknya sangat mencemaskan sang istri."Ini bukan kabar buruk, Pak Hasnan. Jangan terlalu khawatir."Hasnan mengusap lembut surai istrinya lantas bertanya, "Memangnya istri saya kenapa? Kenapa dia tiba-tiba pingsan, Dok?"Wanita itu lagi-lagi tersenyum. Sambil menyiapkan resep yang harus ditebus, ia mulai menjelaskan keadaan Risna."Istri Pak Hasnan itu ... sedang hamil muda. Usia kandungannya baru satu bulan." Senyumnya kian merekah.Risna dan Hasnan terdiam beberapa detik kemudian saling pandang. "Hamil?" ucapnya berbarengan."Iya. Selamat menanti kehadiran anggota keluarga baru, ya, Pak, Bu. Saya harap kalian menjaga kandungannya dengan baik. Kalian pasti tahu kalau masa-masa tiga bulan pertama itu cukup rentan," jelas wanita itu setelah meny

  • Mengadopsi Anak Setan   8. Terbawa Emosi

    Pintu depan berderit pelan. Sosok remaja tanggung menyembulkan kepalanya dari balik pintu. Gelap. Suasana sunyi. Sepertinya semua orang sudah memasuki alam mimpi. Ia masuk perlahan-lahan, menahan langkah demi langkah agar tak menimbulkan suara yang dapat membuat semua orang terbangun.Hampir berhasil menjalan misi, satu langkah lagi ia akan sampai ke kamar tanpa ketahuan. Padahal ia sudah sangat yakin tidak akan ada orang yang memergokinya. Tapi tiba-tiba suara seseorang mengalun tegas dari balik kegelapan."Apa sekarang anak kelas satu SMP juga ada jam lembur?"Cklek!Semua lampu menyala terang. Kegelapan yang menyembunyikan tubuhnya kini sudah tidak ada lagi. Remaja tanggung itu celingukan mencari sumber suara dan terkejut setengah mati saat menjumpai semua orang yang sudah berkumpul untuk menanti kepulangannya. Tak ada keramahan, masing-masing mereka memasang wajah serius.

  • Mengadopsi Anak Setan   7. Daging Ayam Mentah

    "Ya Allah Gusti! Sampean makan daging mentah?!"Mbok Darmi terkejut setengah mati sampai membanting cangkir kopi yang hendak ia berikan pada Hasnan. Bagaimana tidak, saat tak sengaja melihat pintu gudang yang terbuka, ia berniat untuk menutupnya kembali. Namun, belum sempat niatnya itu terlaksana, bayangan seorang anak perempuan yang tengah menyantap daging ayam mentah justru mengejutkannya.Kini Narnia sang tersangka, malah tetap asik mengunyah tanpa memedulikan kehadiran orang lain dalam ruangan tersebut. Ia begitu rakus seperti orang kelaparan meskipun yang ia konsumsi bukanlah daging matang yang telah diberi bumbu.Dari arah lain, datang Risna dan Satria yang langsung memasang wajah jijik saat melihat kelakuan Narnia."Kamu kenapa makan daging mentah, Nak? Ayo, muntahkan. Nanti kamu sakit perut." Risna segera menarik anak perempuan itu dan membuang sisa daging yang sudah tinggal separuh. Narnia langsung merengut saat santapanny

  • Mengadopsi Anak Setan   6. Namanya Narnia

    Menjelang matahari tenggelam, Risna dan keluarganya baru sampai ke rumah. Seusai makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan sesuatu. Tak lupa, anak perempuan dengan tatapan seram itu juga ikut bergabung bersama mereka."Karena kalian semua sudah berkumpul di sini, aku mau ngasih tahu hal penting." Risna menggandeng tangan anak perempuan yang duduk di sebelahnya. Kedua sudut bibirnya selalu merekah, melambangkan hatinya yang sedang berbunga-bunga meskipun baru saja tertimpa musibah kecelakaan. "Aku sama Mas Hasnan sudah sepakat, ingin mengadopsi anak perempuan ini dan memberinya nama ... Narnia.""Narnia?" Semua orang serempak bertanya.Mbok Darmi dan Mang Jajang saling tatap. Risna ini, sepertinya sudah terkena pengaruh anak setan sehingga keanehan apapun yang menimpanya hanya dianggap sebuah kebetulan."Tolong sayangi Narnia seperti kalian menyayangi anggota keluar

  • Mengadopsi Anak Setan   5. Ulah Anak Setan?

    "Nduk, bangun! Nduk! Nduk Risna!" panggil Mbok Darmi seraya mengoleskan minyak angin pada bagian bawah hidung Risna.Perempuan itu mengerjapkan kelopak matanya kemudian terbangun. Setelah sadar, ia melihat ke sekeliling dan terkejut ketika pemandangan hutan yang masih cukup rindang menyapa indra penglihatannya."Mbok, kita ...?""Tenang dulu, kita masih belum sampai di kota. Sampean dan keluarga baru saja mengalami kecelakaan," terang Mbok Darmi membuat Risna terkejut setengah mati."Kecelakaan, Mbok?" Risna terduduk di pinggir jalan dengan alas seadanya. Kemudian mengamati sekitar dan begitu syok ketika mendapati mobil yang ia tumpangi sudah ringsek menabrak pohon. Bagian kap mesin mobil sudah terbuka dan diselubungi asap serta kaca depannya juga retak parah. "Terus yang lainnya gimana, Mbok?""Tenang, Nduk, tenang. Pak Hasnan cuma luka ringan di bagian kepala sama kakinya. Den Satria tadi sempat pingsan sebentar, tapi suda

  • Mengadopsi Anak Setan   4. Mengadopsi Anak Setan

    "Mengadopsi?" Semua orang serempak bertanya.Risna mengangguk cepat. "Iya, saya pengen punya anak perempuan. Saya janji akan merawat dia seperti anak saya sendiri," ujarnya sendu sambil menatap anak perempuan itu lekat-lekat.Sejak melihat anak perempuan itu pertama kali, Risna memang sudah jatuh hati. Diluar latar belakang dan segala kisah mistisnya, Risna yakin bahwa ia hanyalah seorang anak kecil yang juga membutuhkan kasih sayang. Risna hanya ingin memberikannya sepenuh hati.Tiba-tiba Ki Larmo maju beberapa langkah. "Ojo wani-wani! Sampean nggak ngerti wujud asline. Bahaya. Sudah banyak yang jadi korbannya," bantah Ki Larmo dengan tegas."Tapi dia nggak seseram yang kalian pikir, Ki. Kurasa dia cuma anak kecil yang mengalami gangguan mental karena bertahun-tahun diasingkan. Dia hanya butuh psikolog. Dan saya akan memberikan semua itu untuk kesembuhan dia." Risna tetap bersikeras.

DMCA.com Protection Status