"Bisa kita pergi sekarang!" Tegur Saras melihat Genta terus diam dan menatap ke arahnya. Genta terdiam sesaat lalu kemudian berucap."Dorong aku!" jawab Genta cepat.Saras pun segera mendorong Genta keluar dari salon itu. Genta merasa tidak nyaman melihat pandangan orang yang mereka lewati ternyata tertuju pada Saras.Saras tanpa di duga oleh nya bisa menjadi pusat perhatian orang di Mall tersebut. Genta jadi tidak suka dengan situasi ini. "Dorong lebih cepat! Nanti kita terlambat!" Bentak Genta.Saras yang terkejut, karena tiba-tiba Genta membentaknya, segera mengikuti apa yang di ucapkan Genta barusan. "Ingat di sana, kamu adalah perawat ku tidak lebih tidak kurang," ucap Genta mengingatkan."Baik!" Jawab Saras, dia jadi makin penasaran dengan tempat yang akan mereka datangi.Sekitar satu jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di tujuan, Saras begitu terkejut melihat tempat yang mereka datangi saat ini. "Tempat apa ini?" Batin Saras, begitu banyak wanita seksi dan cantik.Genta
Hari demi hari pun berlalu, Genta pun sedikit demi sedikit membaik, seperti pagi ini Genta mencoba untuk berdiri, rasanya bosan juga hanya duduk di kursi roda, dia mencoba mengambil tongkat yang ada di dekatnya, dia akan mencoba berjalan dengan tongkat.Genta tersenyum saat dia berhasil berdiri dengan tongkat itu, lalu kemudian dia mulai melangkah perlahan.Genta tersenyum lagi, saat dia berhasil melangkah, dengan rasa senang dia berjalan menuju pintu, lalu keluar dari kamarnya.Sepertinya mulai saat ini, dia tidak memerlukan kursi roda lagi, pergelangan kakinya sudah bisa dan tidak sakit lagi bila di gunakan untuk menopang tubuhnya.Saras yang saat itu berniat mengantarkan sarapan sedikit terkejut melihat Genta berjalan dengan menggunakan tongkat. Saras tersenyum merasa sangat senang melihat Genta membaik."Bawa makanan dan obat ku ke teras belakang!" Ucap Genta pada Saras, saat mereka bertemu."Baik," jawab Saras dengan senyum yang lebar.Melihat Genta sudah membaik, rasa bahagia
"Tunggu ceritakan dulu padaku, sejak kapan kamu menyukai Genta?" Tanya Najma penasaran"Sejak dia mencium ku," bisik Saras."APA!" Teriak Najma, tidak percaya."Kamu ini, dari tadi teriak terus berisik tahu." Omel Saras dengan wajah bersemu merah, lalu berlari meninggalkan Najma masuk ke dalam kamarnya. Menghindari pertanyaan selanjutnya dari Najma.Najma terdiam di tempatnya, kapan Genta mencium Saras, apa maksud Genta melakukan hal itu, tidak Saras tidak boleh jatuh cinta dengan Genta, Genta itu terkenal suka mempermainkan wanita.Aku tidak akan membiarkan Saras kembali bersama pria yang salah lagi, batin Najma. Najma tidak mengejar Saras, dia memilih masuk ke kamarnya, untuk melihat apa yang sedang di lakukan Gangsa, yang beberapa hari ini terlihat aneh.Najma berjalan cepat masuk ke dalam kamar, Najma menghela nafas, saat melihat Gangsa sedang duduk di meja kerjanya, dan sibuk dengan pekerjaan nya lagi, entah mengapa Gangsa begitu sibuk belakangan ini."Jika sudah begini, apa gun
Setelah memutuskan teleponnya Saras masuk kembali ke kamar Genta. Dia masuk hanya untuk mengambil nampan, lalu keluar lagi tanpa bicara apapun pada Genta.Niat Saras untuk meminta izin keluar tidak jadi dia lakukan, telepon dari mantan suaminya membuat suasana hati nya menjadi abu-abu.Saras menenangkan hati nya di dalam kamar. Setelah merasa cukup tenang dia baru kembali ke kamar Genta, meneruskan niat semula.Genta menatap Saras yang berdiri di depan pintu kamarnya, ekspresi wajah Saras sudah tidak seperti sebelumnya."Aku mau minta ijin pulang, hari ini." Ucap Saras langsung pada tujuannya.Genta diam saja, karena sudah tahu tentang hal ini, dia tidak terlalu terkejut, tapi tidak menyangka akan secepat ini."Baiklah, terimakasih atas semua bantuan mu," ucap Genta."Maaf aku tidak bisa membantu banyak soal Najma," "Lupakan soal dia, kamu mau pergi hari ini juga?" Tanya Genta."Iya,""Hati-hati," ucap Genta.Saras menatap Genta sebentar, mereka saling bertatap- tatap dalam jangka wa
Jantung Genta makin berdetak kencang, melihat Saras makin dekat dengannya, Genta pun segera berniat untuk menghampiri Saras, namun niat itu terhenti saat melihat seorang pria menghampiri Saras terlebih dahulu.Mereka berdua saling tersenyum, lalu berjalan berdampingan masuk ke dalam rumah sakit."Siapa pria itu?" Tanya Genta dalam hatinya.Genta diam-diam mengikuti mereka, hingga akhirnya dia tahu jika pria itu, adalah salah satu dokter di rumah sakit itu."Kenapa Saras akrab sekali dengan dokter itu?" Tanya Genta lagi dalam hatinya.Genta melihat mereka pun keluar dari ruangan itu bersamaan dengan seragam mereka. Genta mengerutkan keningnya."Apa mereka berganti baju bersamaan di ruangan itu?" Tanya Genta lagi dalam hatinya, kali ini dia mengepalkan kuat kedua tangannya, membayangkan hal itu."Ternyata di rumah sakit ini, ada juga hal tidak senonoh itu. Sepertinya aku harus komplain pada pemilik rumah sakit ini," omel Genta dalam hatinya."Kita ke kamar berapa dulu?" Tanya pria itu p
Saras terdiam mematung di tempatnya melihat ke arah Genta yang tersenyum lebar padanya.Sebenarnya salam hati nya dia bersorak senang, namun Saras tidak memperlihatkan rasa senangnya pada Genta.Dia masih tidak percaya jika Genta mencintainya, dia tidak mau jatuh kepada pria yang salah lagi. Apalagi Genta sudah terkenal playboy nya, bahkan Saras tahu bagaimana sepak terjang Genta, mengaku menyukai Najma, bahkan berniat untuk merusak hubungan Najma dengan kakaknya, tapi masih mencium dan berpelukan dengan wanita lain. Dan sekarang dia menyatakan cinta padanya, bagaimana mungkin itu bisa terjadi, batin Saras "Aku tidak akan pernah percaya, padanya!" Lanjut Saras dalam hatinya.Mantan suaminya saja yang dulu terkenal sangat baik tidak pernah macam-macam dengan wanita, kenyataan berbeda saat mereka sudah menikah.Melihat Saras mematung di tempatnya, Genta turun dari tempat tidur, berjalan mendekati nya.Genta menarik tangan Saras, lalu menggenggam nya erat, membuat Saras terkejut dan m
Keesokan harinya, Najma dan Gangsa membuka matanya dengan senyum bahagia. Mereka saling memandang dan tersenyum, bergantian bahkan pelukan mereka yang mengendur kembali menguat, tanpa mereka sadari.Mereka tahu jika saat ini seharusnya mereka sudah turun dari tempat tidur. Namun mereka sangat enggan melakukan hal itu, biarlah detik, menit, jam bahkan mungkin hari ini berlalu, mereka tetap tidak ingin bergerak, menikmati kebersamaan mereka saat ini. Kebersamaan yang membuat hati mereka berbunga-bunga.Gangsa mencium pipi Najma, dengan lembut. Dari semalam ingin rasanya berbuat lebih dari sekedar memeluk atau pun mencium gemas pipi Najma. Namun Gangsa menahannya karena dia tahu, jika dia melakukan sekarang, akan terlalu banyak gangguan dan kurang berkesan.Gangsa ingin apa yang akan di lakukan olehnya bersama Najma, berkesan sepanjang masa dan tidak terlupakan."Bagaimana jika besok kita ke villa ku, aku ingin berlibur di sana selama satu minggu bersama mu," ucap Gangsa."Memangnya b
Malam itupun Gangsa tidak bisa tidur, bagaimana dia bisa tidur tidak ada Najma di sisinya.Beberapa bulan ini, Najma selalu menemaninya tidur, dan kehadiran Najma yang selalu membuatnya tertidur lelap.Gangsa menatap tempat tidurnya yang kosong, tanpa Najma di sisinya kamar itu terasa hampa.Sedangkan Saras menangis merasa bersalah karena secara tidak langsung dialah penyebab Najma menghilang.Genta mengusap rambut Saras yang sedang menangis dalam pelukannya. Dia juga dia tahu harus berkata apa untuk menghibur Saras, dia sendiri syok dengan kejadian ini."Kita berdoa saja, supaya Najma baik-baik saja.""Jika aku tidak meneleponnya, dia tidak akan hilang seperti sekarang," ucap Saras di sela Isak tangisnya.Genta mengusap rambut Saras dengan lembut lagi, mendengar itu."Begitu pagi, aku akan langsung melapor pada polisi," ucap Genta.***Keesokan harinya Genta bersama Saras langsung pergi ke kantor polisi, untuk malaporkan hilangnya Najma.Sedang Gangsa mencari sendiri Najma dengan ber
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter