Malam itupun Gangsa tidak bisa tidur, bagaimana dia bisa tidur tidak ada Najma di sisinya.Beberapa bulan ini, Najma selalu menemaninya tidur, dan kehadiran Najma yang selalu membuatnya tertidur lelap.Gangsa menatap tempat tidurnya yang kosong, tanpa Najma di sisinya kamar itu terasa hampa.Sedangkan Saras menangis merasa bersalah karena secara tidak langsung dialah penyebab Najma menghilang.Genta mengusap rambut Saras yang sedang menangis dalam pelukannya. Dia juga dia tahu harus berkata apa untuk menghibur Saras, dia sendiri syok dengan kejadian ini."Kita berdoa saja, supaya Najma baik-baik saja.""Jika aku tidak meneleponnya, dia tidak akan hilang seperti sekarang," ucap Saras di sela Isak tangisnya.Genta mengusap rambut Saras dengan lembut lagi, mendengar itu."Begitu pagi, aku akan langsung melapor pada polisi," ucap Genta.***Keesokan harinya Genta bersama Saras langsung pergi ke kantor polisi, untuk malaporkan hilangnya Najma.Sedang Gangsa mencari sendiri Najma dengan ber
Genta pun membawa Najma pulang tanpa Gangsa. Genta tidak tahu kemana Gangsa pergi, Genta menatap Najma yang terlihat masih sedikit ketakutan."Tidurlah, aku akan mencari Gangsa," ucap Genta, ketika sampai di rumah.Najma mengangguk, entah kemana pergi nya Gangsa, padahal Najma tahu, jika yang pertama datang untuk menolongnya adalah Gangsa.Najma membaringkan diri di atas tempat tidur, lalu memejamkan matanya, walau di dalam hatinya dia mengkhawatirkan Gangsa.Genta yang tidak tahu harus kemana mencari Gangsa, tiba-tiba mendapat telepon dari Gangsa. Genta pun segera pergi ke tempat di mana Gangsa berada saat ini.Genta menatap Gangsa yang sedang melamun sendirian, di sebuah kamar hotel. Genta mengerutkan keningnya, kenapa harus pergi ke hotel?"Najma mencari mu." Ucap Genta begitu bertemu Gangsa."Iya aku tahu." Jawab Gangsa pelan."Ada apa ini?" Tanya Genta langsung dia tidak sabar, ingin tahu cerita sebenarnya."Aku tidak bisa bertemu Najma untuk sementara ini." Ucap Gangsa."Iya, ta
Genta menatap Najma mendengar itu. Tidak, dia tidak boleh membiarkan Najma pergi dari rumah ini, sebelum Gangsa kembali."Tidak! Kamu tetap di sini!" Bentak Genta."Untuk apa?" Tanya Najma, melotot ke arah Genta.Genta terpaku di tempatnya mendapat pertanyaan itu."Untuk ayah dan ibu, mereka sudah menganggap kamu putri mereka!" Jawab Genta."Tidak! Aku tidak bisa." Tolak Najma."Kamu bisa!" Bentak Genta.Najma menarik nafas panjang, Genta seperti nya tidak mengerti perasaan nya. Bagaimana bisa dia melupakan Gangsa jika masih tinggal di rumah ini."Dengarlah, aku dan Gangsa sudah berpisah. Aku tidak mungkin tinggal di rumah ini lagi." Ucap Najma."Kenapa tidak bisa?" Tanya Genta."Karena aku tidak ingin menangis lagi karena dia!" Teriak Najma.Genta terhenyak mendengar teriakkan Najma barusan."Jika aku tinggal di sini, bagaimana aku melupakan nya," lanjut Najma."Bukankah, hidup ku harus terus berjalan. Seperti Gangsa yang sudah melupakan ku di sana!" Lanjut Najma."Gangsa tidak melupa
Genta menatap lembut Saras, Genta merasa bingung, harus bagaimana jika dia bersama Saras bagaimana dengan Najma. Saras menatap ada raut kebingungan dan keraguan di wajah Genta, Saras mendengus kesal, menebak pasti yang dipikiran Genta sekarang pasti tentang Najma."Sudahlah, kamu jaga saja Najma. Jangan pikirkan aku!" Ucap Saras kesal.Genta mematung mendengar ucapan Saras. Saras pasti marah karena Saras saat ingin mendengar pernyataan cinta darinya. Namun sayang saat ini Genta belum bisa melakukan nya, Genta tidak ingin Saras terluka karena nya, karena dia harus menjaga Najma.Genta kini hanya bisa menatap kepergian Saras yang meninggal kan nya. Genta dengan lesu pulang ke rumah."Gangsa merepotkan!" Umpat Genta.***Genta melirik ke arah Najma yang terlihat sedih, saat sarapan pagi ini. Genta tersenyum saat tiba-tiba di kepalanya ada sebuah ide untuk membuat Najma melupakan kesedihannya."Nanti jam istirahat aku akan menjemputmu." Ucap Genta."Kenapa?" Tanya Najma."Aku ingin kamu
Gangsa terus memperhatikan wajah Najma yang saat ini masih terlihat pucat. Gangsa mengepalkan telapak tangannya, marah dengan keadaan ini.Bagaimana mungkin, hanya bertemu sebentar membuat Najma terluka seperti ini. Ternyata apa yang di katakan oleh pria tua itu benar adanya.Tapi ini bukan pertemuan yang mereka sengaja, protes Gangsa, marah."Apa benar kita memang tidak boleh bersama lagi?" Ucap Gangsa."Aku benar-benar takut, apa yang di katakan pria tua itu, benar adanya. Aku tidak akan pernah sanggup menjalani hidup ini, jika harus kehilangan mu karena aku memaksa ingin bersama mu," ucap Gangsa, tanpa terasa air matanya menetes Gangsa kembali memperhatikan Najma, yang masih tertidur nyenyak karena lukanya."Aku ingin pulang," ucap Fanny, yang baru saja masuk untuk menemui Gangsa yang sejak tadi bersama Najma."Pulang saja sendiri!" Jawab Gangsa.Fanny jelas marah mendengar jawaban Gangsa, begitu bertemu Najma Gangsa langsung berubah sikap padanya."Bukan kah, kamu tidak bisa bers
Gangsa pun bercerita tentang pria tua yang selalu mengikuti nya dan Najma. Gangsa pun mengatakan jika pria tua itu juga yang selalu membantu nya."Namun saat Najma di culik kemarin dia mengatakan jika kami bersama, salah satu di antara kami akan meninggal," ucap Gangsa sedih.Genta merasa aneh sekali lagi mendengar cerita Gangsa, namun terpaksa dia harus percaya karena Gangsa yang mengatakan.Gangsa dan Genta dua orang yang hanya percaya apa yang bisa di lihat oleh mata meraka dan masuk di akal, namun apa yang terjadi pada Gangsa kali ini, semua diluar nalar mereka."Karena itu kamu memilih pergi menjauh darinya,""Tentu saja, aku lebih rela dia bersama orang lain, di bandingkan dia harus meninggal," jawab Gangsa."Apa kamu yakin, perkataan pria tua itu benar?" Tanya Genta masih meragukan."Selama ini, dia tidak pernah berbohong." Jawab Genta lagi.Genta menghela nafas panjang, kalau dia di posisi Gangsa pasti akan melakukan hal yang sama, tapi apa tidak ada jalan lain, tidak mungkin d
Keesokan harinya Gangsa terbangun dengan tersenyum pada Najma, walau dia tahu Najma tidak akan membalasnya, kemudian Gangsa mencium pipi Najma dengan gemas dan sayang."Selamat pagi, sayang!" Ucap Gangsa pada Najma.Kita mandi dulu, sebelum aku berangkat bekerja. Gangsa terlihat sudah sangat ahli membasuh tubuh Najma sekarang. Dia berjanji tidak akan pernah membiarkan Najma kumal dan tidak terawat.Setelah itu Biantoro pun memakai kan pakaian yang indah untuk di pakai Najma hingga Najma kini terlihat sangat cantik.Gangsa melirik sebentar ke arah Najma, sebelum turun ke bawah dan berangkat bekerja. Gangsa tersenyum melihat betapa cantik istri nya pagi ini, ini merupakan semangat untuk Gangsa yang di berikan Najma.Setelah itu dia segera turun untuk sarapan, lalu pergi ke kantor. Sampai di kantor Gangsa pun segera tenggelam dalam pekerjaan.Namun hari ini setelah sekian lamanya seseorang datang menemui nya. Gangsa mematung di tempatnya, melihat siapa yang sedang berdiri di hadapanny
Gangsa melepaskan pelukannya pada Fanny, saat bayangan wajah Najma hadir di dalam pikirannya."Maaf," ucap Gangsa, lalu meninggalkan Fanny begitu saja."Aku harus pulang sekarang," ucap Gangsa tiba-tiba.Fanny mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh Gangsa, apa yang terjadi padanya? "Aku permisi dulu," pamit Fanny matanya tetap ke arah Gangsa yang tidak lagi menoleh ke arahnya.Dalam kebingungan Fanny keluar dari ruangan Gangsa, berjalan menuju meja nya."Brak!" Suara gebrakan meja mengejutkan Fanny, seketika tatapan Fanny tertuju pada Genta yang baru saja menggebrak mejanya."Ada apa ini?" Tanya Fanny cepat."Dengarkan! Apapun yang terjadi aku tidak akan membiarkan Gangsa bersama mu, jika itu terjadi Gangsa tidak akan melihat ku lagi!" Ucap Genta lalu berlalu dari hadapan Fanny.Fanny mendengus kesal mendengar hal itu, sepertinya ada seseorang selain Najma yang akan mempersulit nya mendekati Gangsa.***Keesokan harinya, Gangsa dan Fanny kembali bertemu, dan saat ini mereka sedan
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter