Genta dengan sedih, melihat Najma yang pergi menjauh darinya. Apa yang harus aku lakukan, agar bisa dekat dengan Najma lagi, tanpa ada Gangsa di sisi mereka.Genta mengikuti kedua orang tuanya, keluar dari kamar itu, namun sebelum menutup pintu, Genta menoleh lagi ke arah Najma, yang saat ini sedang duduk di sisi Gangsa."Mereka bukan pasangan yang serasi," batin Genta, lalu segera menutup pintu kamar itu, saat melihat Gangsa menatap ke arahnya dengan tajam.***Gangsa terus memandangi wajah Najma yang terus terlihat murung, sejak dirinya sadar."Apa kamu tidak senang aku sadar?" Tanya Gangsa pada Najma.Najma menoleh ke arah Gangsa, Najma tidak menjawab pertanyaan Gangsa barusan, karena menurutnya, itu pertanyaan yang aneh, karena tentu saja dia gembira melihat Gangsa sadar.Namun kegembiraan nya, terhalang sesuatu yang membuatnya tidak bisa menunjukkan rasa bahagianya melihat Gangsa sadar."Aku harus menghubungi dokter, untuk menanyakan kenapa kamu tidak bisa menggerakkan tangan dan
Najma yang sudah berbaring terkejut, lalu terbangun karena terkejut mendengar ucapan Gangsa."Kenapa?" Tanya Najma heran."Kamu tidak mau, tidur dengan ku. Bukan? Sana jangan paksa dirimu, lagi pula aku tidak sudi tidur denganmu, juga!" Jawab Gangsa."Kenapa?" Tanya Najma lagi."Aku sudah sadar, tidak perlu kamu kasihani lagi!" Ucap Gangsa.Najma menatap tajam Gangsa, apa maksud Gangsa mengatakan itu, Najma merasa tidak pernah mengasihi Gangsa, bagaimana pun keadaannya.Namun Najma, tidak membalas ucapan Gangsa yang bernada kesal itu. Najma memilih menundukkan kepalanya mendengar hal itu. Najma malah merasa, sudah tidak memerlukan dia lagi."Gangsa benar, dia sudah sadar, jadi dia tidak membutuhkan dirinya lagi, sebagai istri," batin Najma."Dia hanya membutuhkan aku sebagai perawat'nya!" Batin Najma lagi.Tanpa berkata apapun lagi, Najma mengikuti apa yang di inginkan oleh Gangsa, dia turun dari tempat tidur, lalu berjalan ke arah sofa, dengan perasaan sedih.Najma menoleh ke arah G
Di dalam mobil, Gangsa melirik ke arah Najma yang duduk di sampingnya.Entah apa yang sedang di pikirkan oleh Najma, saat ini. Hingga tidak menghiraukan dirinya, yang ada di sampingnya. Gangsa jadi merasa ingin mengalihkan perhatian Najma kepadanya, tapi tidak tahu harus bagaimana, jika sudah begini, dia hanya bisa menyalahkan sifat nya yang tertutup, yang susah untuk memulai sebuah percakapan santai dengan seseorang. Sampai akhirnya, mereka tiba di rumah. Keduanya masih membisu, asyik dengan pemikiran nya masing-masing."Lebih baik, sekarang kamu istirahat. Besok jadwal terapi kamu akan di mulai, pasti melelahkan," ucap Najma, sambil membaringkan Gangsa di atas tempat tidur.Gangsa tidak mengatakan apapun tentang hal itu."Bisa kamu ambil laptopku, lalu duduklah di sampingku, kita harus bekerja saat ini, apa kamu tidak mendengarkan apa yang tadi di keluhkan oleh para investor," cerocos Gangsa.Najma menatap sebentar ke arah Gangsa, melihat keseriusan Gangsa, mau tidak mau Najma meng
Najma, menatap kepergian Dokter Ahmad, sambil tersenyum. Setelah sekian lama, akhirnya mereka bertemu, Najma tidak menyangka Ahmad sahabatnya kini menjadi seorang dokter."Senangnya, janjian dengan mantan pacar!" sindir Gangsa.Najma menoleh ke arah Gangsa, dia hampir lupa jika ada Gangsa. Najma tersenyum malu pada Gangsa, lalu mulai mendorong kursi Gangsa lagi."Baiklah!" Ucap Gangsa, mengulangi apa yang di ucapkan Najma, pada Dokter Ahmad barusan, dalam hatinya dengan kesal.Gangsa kesal, kenapa juga Najma bersedia menerima permintaan dokter Ahmad di luar rumah, jangan-jangan mereka ingin mengulang masa lalu mereka."Dia pikir, aku akan membiarkan dia berduaan dengan Dokter itu, itu tidak akan pernah mungkin terjadi! Selama masih ada aku!" Batin Gangsa kesal."Kita pulang sekarang!" Ucap Gangsa yang ingin segera pergi dari rumah sakit ini, rumah sakit yang membuat nya tidak nyaman, karena adanya Dokter Ahmad di sana."Iya, ini aku sedang mendorong kamu!" Jawab Najma kesal. Sampai di
Gangsa melirik ke arah jam di dinding, seharusnya Dokter itu sudah datang, dia pasti menyambut dokter itu, dengan senyumnya yang menggoda itu. Apalagi di tambah bibirnya yang berwarna malam ini, pasti Dokter itu merasa senang. Gangsa berusaha duduk bersandar di tempat tidur.Gangsa menatap pintu kamarnya, yang masih tertutup, setelah sekian lama menunggu, Najma tidak juga datang. Sepertinya dia sedang bersama dokter itu, melupakan dirinya yang tidak berdaya ini, di kamar ini sendirian, batin Gangsa kesal."Pasti dokter itu sudah ada di sini!" Ucap Gangsa dengan kesal, sambil menarik nafas dalam-dalam.Gangsa merasa kesal tidak berdaya di dalam kamar, sedangkan di luar sana Najma sedang bersama dokter itu."Kenapa juga, aku harus seperti ini!""Bukankah seharusnya, dia membawa aku menemui nya, aku kan suaminya!" Gangsa menatap kesal dirinya di cermin, Gangsa mencoba menggerakkan tangannya untuk, menggapai handphone nya di atas meja.Gangsa dengan sekuat tenaga, mencoba berkonsentras
Keesokan harinya, Najma membawa Gangsa ke taman belakang seperti biasanya, untuk berjemur dan kali ini dia ingin melatih Gangsa untuk bergerak.Pertama-tama Najma mencoba membuat Gangsa rilex, Najma melakukan pijatan-pijatan lembut di kaki dan tangan Gangsa. Dan sepertinya itu berhasil, melihat Gangsa begitu menikmatinya."Apa yang akan kamu lakukan pertama kali, saat kamu bisa sembuh?" tanya Najma.Gangsa terdiam, lalu tersenyum, pertanyaan yang bodoh dari Najma, kalau dia sembuh yang pertama dia akan lakukan, adalah mencium Najma, batin Gangsa."Kenapa senyum-senyum seperti itu, pasti kamu mikir yang aneh-aneh," tebak Najma.Gangsa tertawa mendengar hal itu, apa maksud Najma aneh, apa Najma tahu jika dia ingin melakukan itu dengannya lagi, batin Gangsa.Gangsa tertawa memikirkan hal itu, dan itu membuat Najma seketika terkejut, namun dia senang akhirnya dia bisa mendengar tawa Gangsa.Genta menghentikan langkah, saat mendengar suara tawa Gangsa, baru kali ini dia mendengar tawa Gangs
Gangsa menarik nafas lega, saat Najma menjauh darinya dia tidak bisa membayangkan jika Najma tetap dalam posisi itu lebih lama, apa dia masih bisa menahan nafsunya lagi pada Najma.Gangsa melihat Najma, benar-benar membuat ruangan ini tiba-tiba menjadi amat dingin."Mungkin dengan suhu seperti ini, kamu tidak akan kepanasan," ucap Najma.Gangsa tidak menjawab, dia memilih untuk berkonsentrasi dengan berkas di hadapannya, dia takut Najma melihat nafasnya yang sedikit tidak beraturan saat ini.Najma kemudian kembali duduk di sisi Gangsa, karena AC ruangan di naikkan suhunya, otomatis ruangan lama-lama menjadi dingin dan Najma pun terlihat sedikit menggigil, Gangsa melirik sebentar ke arah Najma."Apa terlalu dingin?" Tanya Gangsa.Najma mengangguk, tapi kemudian menggeleng membuat Gangsa bingung."Biarkan saja," ucap Najma, sambil merapatkan tubuhnya dengan Gangsa.Gangsa tersenyum mendapat kenyataan ini, dia pun mencoba bergeser agar lebih dekat dengan Najma, bahkan diam-diam memeluk pi
Najma dengan mata tidak berkedip, dan tubuh tidak bergerak, menatap ke arah Gangsa. Apa maksud Gangsa meminta hal itu saat ini, pada Gangsa lupa jika mereka sedang di dalam mobil.Najma melotot pada Gangsa, Gangsa tersenyum melihat ekspresi yang di tunjukkan oleh Najma saat ini."Bercanda!" Ucap Gangsa.Najma menarik nafas lega mendengar hal itu. "Kenapa kamu tadi tidak menolak ciuman ku?" Tanya Gangsa tiba-tiba.Najma mendengar itu, menelan ludahnya sendiri. Dia merasa bingung harus menjawab apa."Apa kamu menyukai ciuman ku tadi?" Tanya Gangsa lagi.Wajah Najma terasa panas mendengarnya, apa maksud Gangsa bertanya seperti ini. Bukankah seharusnya Gangsa melupakan ciuman mereka tadi."Sepertinya seperti itu, Karena kamu tidak menolak ciuman ku, iya kan?" Tanya Gangsa sambil tersenyumNajma menoleh ke arah Gangsa mendengar itu, apa maksud Gangsa mengatakan hal ini, apa dia ingin membuatnya malu, batin Najma."Pasti iya, buktinya dia tersenyum seperti itu!" Batin Najma kesal."Lalu ke
Gangsa yang hapal banget suara milik siapa itu segera terbangun dan turun dari tempat tidur, lalu menarik Najma agar berlindung di belakang nya.Mata Gangsa langsung menatap tajam ke arah seorang pria tua yang ada di depan pintu, saat merasa Najma aman bersamanya."Kamu tidak boleh membawanya!" Bentak Gangsa. Pria itu menatap tajam ke arah Gangsa, "Memangnya kamu bisa mencegah ku? Jika aku menginginkan hal itu!" Balas pria tua itu.Gangsa terdiam, dia makin merapat kan Najma dengan dirinya. Kedua mata Gangsa pun tidak pernah lepas dari pria tua itu setiap gerakan menjadi perhatian nya."Tenang saja, kalian sudah lolos dengan ujian cinta kalian, kalian bisa bersama selamanya mulai saat ini. Aku kesini hanya ingin memberi kabar baik untuk kalian berdua." Jawab pria itu.Gangsa dan Najma yang kini sedang berpelukan saling menatap, lalu menatap bingung ke arah pria tua yang selalu membuat jantung mereka berdua berdetak cepat setiap kedatangan nya."Dalam perut nya, kini sudah ada sebuah
"Sepertinya waktu kita bersama sudah selesai," Ucap Najma menjawab kebingungan Gangsa.Gangsa menatap Najma, tidak Najma tidak boleh pergi kemanapun. Batin Gangsa berontak. Gangsa lebih memperkuat pegangan tangan nya pada Najma."Aku hitung sampai tiga, jika dalam hitungan ke tiga aku akan membawa mu paksa." "Tidak! Tidak ada yang boleh ikut denganmu!" Teriak Gangsa lagi."Dengar dalam hitungan ke tiga mendekatkan, atau sesuatu akan,"Najma makin ketakutan mendengar itu, dia mencoba melepaskan tangannya dari genggaman Gangsa. Namun genggaman tangan Gangsa begitu erat, hingga dia tidak bisa melepaskan nya."Satu!" Teriak Pria tua itu mulai menghitung."Dua!" Najma mencoba menarik kuat tangannya dari genggaman tangan Gangsa sekali lagi, "Lepaskan aku!" Pinta Najma dengan wajah ketakutan dan memelas pada Gangsa."Tidak! Aku tidak akan pernah membiarkan kamu pergi dengannya!" Ucap Gangsa dengan tegas."Tidak! Ini demi kita berdua." Melas Najma lagi."Dengar jika salah satu dari kita tid
Keesokan harinya Gangsa dengan cepat bangun dan turun dari tempat tidur, secara diam-diam.Gangsa melirik jam di tangannya lalu melirik ke arah Najma yang masih nyenyak tidur."Dia pasti kelelahan," ucap Gangsa sambil tersenyum lebar. Teringat apa yang telah dia lalui semalam bersama Najma di atas tempat tidur nya.Gangsa kemudian mengambil handphonenya lalu menghubungi seseorang. Setelah itu dia turun ke lantai satu untuk bertemu dengan kedua orang tuanya."Ada apa?" Tanya Surya."Aku berencana liburan bersama Najma, karena Genta tidak ada di sini, terpaksa aku meminta ayah untuk bekerja di perusahaan ku," jawab Gangsa."Tentu saja," Jawab Surya cepat."Ibu tunggu kabar baik dari kamu dan Najma juga, rasanya ibu sudah tidak sabar menimang cucu dari kamu dan Genta." Ucap Nurma.Gangsa memeluk ibunya, mendengar itu, "Semoga keinginan ibu segera terkabul." Setelah bicara dengan kedua orang tuanya, Gangsa segera kembali ke kamarnya lagi, dia ingin menjadi orang pertama yang di lihat Naj
Pernikahan Genta dan Saras pun berlangsung meriah dan juga penuh kebahagiaan. Genta pun langsung membawa Saras keluar negeri untuk bulan madu.Genta memang konyol, katanya dia sengaja berbulan madu di tempat yang jauh, agar bisa berkonsentrasi membuat anak, karena dia ingin segera mempunyai anak laki-laki. Gangsa memeluk Najma yang sedang berdiri di atas balkon dari belakang."Bagaimana keadaan mu sekarang?" Tanya Gangsa, sambil mengecup pipi Najma dengan lembut."Makin membaik, sudah tidak terlalu sakit untuk di gerakan." Jawab Najma."Cepatlah sembuh, aku ingin kita berlibur."Najma tersenyum lebar mendengar itu. Mereka pun berpelukan sepanjang pagi itu, di atas balkon.Sebulan kemudian.Najma pun kini sudah benar-benar pulih, dia sudah bebas bergerak. Tidak ada lagi rasa sakit di dada nya.Najma menatap Gangsa dengan penuh rasa cinta. Kini dia benar-benar merasa beruntung karena bisa bersama dengan pria yang sangat dia cintai."Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanya Gangsa, membu
Namun Genta seperti tidak mendengarkan apa yang di katakan Saras padanya, walaupun Saras mengatakan itu dengan kalimat yang jelas."Tunggu! Aku belum selesai bicara!" Cegah Saras lagi. Namun Genta tetap tidak ingin mendengarkan karena dia merasa yakin tahu kelanjutan kalimat Saras yang akan di ucapkan padanya."Aku hanya ingin mengatakan, aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu!" Ucap Saras sambil tertunduk lesu.Genta menghentikan langkahnya mendengar ucapan Saras barusan. Genta mematung di tempatnya, lalu membalikkan tubuhnya perlahan menghadap Saras yang tertunduk lesu."Coba ulangi apa yang kamu katakan barusan!" Seru Genta.Saras mengangkat kepalanya menatap ke arah Genta. Dia tersenyum dalam hati melihat Genta ternyata mendengar ucapannya."Cepat ulangi!" Sentak Genta."Aku tidak mungkin bisa menolak keluarga ini dan juga kamu." Ulang Saras pelan."Aku tidak dengar, ulangi sekali lagi dengan suara yang keras." Pinta Genta."AKU TIDAK MUNGKIN BISA MENOLAK KELUARG
Genta berdiri di tempatnya melihat Gangsa meninggalkan nya sambil tersenyum mengejek padanya.Genta terduduk lemas di atas sofa, bagaimana dia harus melamar Saras, saat ini. Apa Saras mau menerima lamarannya.Genta merasa tiba-tiba kepala menjadi pusing memikirkan hal ini, apalagi saat ini dia sudah melihat Saras turun ke bawah."Ada apa? Kata Gangsa kamu memanggil ku?" Tanya Saras saat mereka bertemu."Sial! Ku balas nanti." Umpat Genta pada Gangsa.Genta melihat wajah Saras, memastikan jika sekarang adalah waktu yang tepat untuk melamar."A_aku," Genta menghentikan ucapannya, entah mengapa mulutnya kaku sekali saat ini."Kamu kenapa?" Potong Saras cepat melihat Genta menghentikan ucapannya.Genta berjalan lebih mendekat ke arah Saras. Menarik Saras masuk ke dalam pelukannya, berharap dengan melakukan itu dia bisa mendapatkan kekuatan dari Saras, agar bisa mengatakan maksudnya pada Saras."Benar kan, ayah. Si bodoh itu tidak akan bisa mengungkapkan keinginan nya pada Saras, dia itu
Genta menatap tajam Saras, lalu kemudian dengan tatapan bingung, "apa yang kamu lakukan?" Tanya Genta, sambil mengusap kupingnya yang sakit karena telah kena di jewer dua kali oleh Sarah hari ini."Melakukan apa yang Najma lakukan pada Gangsa." Jawab Saras, sambil senyum-senyum pada Genta. Genta melotot mendengar itu, dia pun segera melihat ke arah jendela pintu untuk melihat apa yang sedang di lakukan Najma dan Gangsa saat ini dengan penuh rasa penasaran.Karena apa yang dilihat oleh Saras dan oleh nya kenapa bisa berbeda?.Genta terpaku di tempatnya saat melihat, Najma saat ini sedang menjewer kuping Gangsa, apa yang terjadi pikir Genta. Bukannya mereka tadi sedang berciuman, tanya Genta dalam hatinya."Gimana? Aku tidak salah kan?" Tanya Saras. Genta segera masuk ke dalam ruangan Najma, untuk penasaran apa yang terjadi, karena sebelumnya dia benar-benar melihat Gangsa sedang mencium Najma."Apa yang kalian lakukan?" Tegur Genta langsung begitu masuk ke dalam kamar itu.Gangsa dan
Gangsa sedikit terkejut mendengar suara Genta, yang entah kapan sudah berdiri di belakang nya. Sedangkan Genta terkejut saat melihat wajah Gangsa yang menunjukan jika dia sedang begitu putus asa saat ini."Dia tidak boleh mengambil Najma." Ucap Gangsa sambil menunjuk pada Najma."Siapa?" Tanya Genta."Pria tua itu, ada di sana. Dekat dengan Najma," jawab Gangsa.Genta menoleh ke arah Najma, namun dia tidak melihat ada satu pun orang di sana, apalagi pria tua yang di sebutkan Gangsa barusan. Genta mengerutkan keningnya, dia percaya dengan apa yang di katakan oleh Gangsa namun bagaimana dia menolong Gangsa menghadapi situasi ini, jika lawannya saja tidak bisa dia lihat.Melihat Gangsa sedikit lengah, pria itu pun kembali bergerak dia menatap Najma sekali lagi, mendekat kan wajahnya ke arah wajah Najma. Pria tua itu bertingkah seperti sedang mencari sesuatu di wajah Najma. Tidak lama mata kedua pria itu terlihat terkejut. Lalu menjauhkan wajahnya dari wajah Najma.Tidak lama kemudian
Najma menatap wajah ibu yang begitu sedih sama seperti wajah ayahnya. Mereka seperti ingin memperlihatkan jika mereka pun sangat merindukan nya, dan ingin mereka bersama."Ayolah sayang tinggal selangkah lagi." Bujuk ibu dan juga ayah."Iya, sayang. Sedikit lagi kita akan berkumpul. Kemari lah!" Ucap Ayah.Mendengar itu, Najma pun akhirnya melangkah sekali lagi ke arah orang tuanya."Kakak!" Suara Nuri tiba-tiba terdengar di telinga nya, menghentikan langkah Najma lagi"Iya, Nuri. Di mana Nuri berada? Bagaimana nasib Nuri, jika aku ikut bersama ayah dan ibu, Dia akan sendirian." Pikir Najma mengurungkan tangannya menggapai tangan ayah dan ibunya."Ayo, sayang. Ikut kami!" Teriak ibu sekali lagi saat melihat Najma membatalkan menjulurkan tangannya pada mereka.""Ayah, ibu. Maafkan Najma! Najma tidak bisa ikut kalian, ada Nuri yang harus aku jaga, lagipula sekarang ada Gangsa suami Najma, aku sangat mencintainya, doakan aku dan dia selalu bersama!"Seru Najma sambil menangis.Najma ter