“Siang Pak ....” Anya menyapa Nicholas ketika berpapasan di loby hotel.
Nicholas sedang dalam jeda meeting makan siang sementara Anya dan teman satu timnya termasuk Abinawa tampak baru memasuki loby sehabis bermain ski.Nicholas hanya mengangguk sebagai tanggapan.Elza dan Revan sudah lebih dulu saling melempar tatap dan senyuman penuh cinta.“Salam sama Ayara ya, Pak ... semoga lekas sembuh.”Langkah Nicholas kemudian terhenti mendengar kalimat terakhir Anya dan ia baru menyadari istrinya tidak ada bersama mereka.Nicholas sudah hendak berbalik untuk bertanya sakit apa yang diderita Ayara namun urung karena mereka pasti akan heran jika ia bertanya demikian mengingat dirinya adalah suami Ayara.“Van, minta makan siang untuk dua orang di antar ke kamar,” titah Nicholas yang segera mendapat anggukan dari Revan.Nicholas lantas menderapkan langkahnya menuju kamar.Sialnya delapanTiga orang utusan dari pemilik butik ternama di Colorado membawakan Ayara banyak pakaian untuk dipilihnya menghadiri undangan makan malam dari Nicholas. Hanya ada dirinya dan Nicholas pada acara makan malam itu tapi kenapa Nicholas sangat berlebihan. Ayara mendapat bocoran dari Revan jika Nicholas sudah memesan makan malam romantis untuknya dan Revan meminta Ayara berpenampilan sangat cantik. Akhirnya Ayara memilih satu gaun yang menurutnya akan Nicholas sukai, bisa Ayara pastikan selama makan malam nanti mata Nicholas tidak akan berhenti menatap ke dadanya. Ayara juga memilih mantel bulu yang senada dengan gaun lalu heels dan clutch. Dan yang membuat Ayara takjub adalah satu set perhiasan bertahtakan berlian akan menjadi accesoriesnya malam ini. Keuntungan menikahi pria kaya adalah Ayara selalu dikelilingi dengan kemewahan. Tiga orang tadi pergi setelah Ayara selesai memilih gaun. Sekara
“Udah sembuh, Ra?”Ayara menaikan satu alisnya bingung kemudian teringat ucapannya kepada Anya tempo hari.“Oh, ya ... udah.” Ayara menjawab sambil tertawa.“Lo dikurung ya sama pak Niko? Kita enggak liat lo lagi semenjak naik gondola.” Itu Yogi yang sedang merindukan Ayara.“Uluuuu ... Ogi kangen Aya, ya?” Ayara malah menggoda sang flight enginer.Ayara tau Yogi hanya menyayanginya sebagai sahabat tidak seperti Ferdi yang menyimpan rasa jadi Ayara berani menggoda Yogi.“Emang lo pikir kalau orang kaya udah posesif gimana? Jangankan ngurung Ayara, ngarungin cowok yang ngelirik Ayara aja dia mampu ... jadi, hati-hati lo, Fer.”Elza bersarkasme yang ia tujukan kepada Abinawa.Sang Captain bersikap bergitu mencolok masih menginginkan mantan tunangannya padahal pernah memberi kesakitan tak terperi kepada Ayara.“Laaaah, kok gue?” Ferdi tidak terima.Abinawa yang pura-pura sibuk mematuti layar ponsel jadi tersindir.“Sudah siap semua? Bisa kita mulai briefing?” Abinawa lantas berd
Ayara mengobrak-ngabrik weardrobnya, mencari pakaian tidur yang pantas untuk ia gunakan malam ini.Pakaian tidur itu harus terlihat elegan, sexy tapi tidak murahan.Malam ini adalah malam pertama ia menyambut kepulangan Nicholas dari kantor setelah hubungan mereka naik level ke atas ranjang.Ayara harus sempurna menyambut Nicholas.Tadi Ayara berpesan agar Nicholas makan di rumah, ia sudah memasak menu makan malam spesial untuk Nicholas tinggal mempersiapkan dirinya agar tampil cantik di depan pria itu.Duh, Ayara jadi berdebar.Akhirnya baju tidur pilihan Ayara jatuh pada stelan camisol celana panjang dengan outer baby doll berbahan satin.“Kayanya ini pas,” kata Ayara di depan cermin.Ia melirik jam di dinding, sebentar lagi Nicholas pulang maka bergegas ia menyisir lagi rambutnya lalu keluar dari kamar bersamaan dengan bunyi yang ditimbulkan dari panel angka yang harus si penghuni tekan sebelum memasuki unit apartemen.Pintu perlahan t
Cantik, anggun, elegan dan berkilau karena perhiasan yang kini bertengger di leher, telinga dan pergelangan tangan Ayara sengaja Nicholas pesan dari Perancis dengan berlian asli berharga fantastis. “Kenapa? Kamu enggak suka perhiasannya?” tanya Nicholas sedikit kecewa melihat raut wajah Ayara yang memberengut. “Pak, gaun ini aja harganya puluhan juta ... belum sepatu sama clutchnya, trus hair do juga dua juta sekarang ditambah perhiasan ini ... berasa bungkuk aku jalannya keberatan di harga.” Sebagian wanita akan bahagia dihujani kemewahan oleh prianya tapi Ayara malah mengeluh. Melihat Nicholas diam saja dengan ekspresi wajah yang berubah kecut membuat Ayara menyesali ucapannya barusan. Ayara melangkah mendekati Nicholas yang duduk di single sofa lalu duduk di tangan kursi memeluk leher Nicholas—mencondongkan tubuh ke samping menempelkan pipinya dengan puncak kepala Nicholas. “Maaf, bukan maksud enggak bersyuku
“Maaa,” tegur Claudia yang jadi tidak enak hati. “Sorry Sally, aku enggak bisa memaksa Nicholas mencintai Claudia ... kamu juga enggak mau ‘kan kalau Claudia enggak bahagia dalam pernikahannya karena Nicholas enggak mencintai Claudia?” Danita menyadarkan sang sahabat. Sally mendengus kesal, ia memalingkan wajah ke arah lain. Tiga wanita paruh baya lainnya yang merupakan teman sosialita Danita masih duduk di sana, mereka menunjukan ekspresi berbeda-beda. Ada yang setuju dengan Danita tapi ada juga yang memihak Sally. “Maaf Tante, saya tidak menyukai wanita karir yang sukses ... saya lebih suka tipe-tipe wanita yang tidak terikat dengan pekerjaannya dan kapan pun bisa meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi ibu rumah tangga agar bisa mengurus anak-anak kami nantinya ... dan saya tidak akan meminta maaf atas kesalahan yang tidak saya perbuat, tidak mencintai putri anda bukanlah suatu kesalahan tapi sekarang saya meminta anda b
“Hallo sayang?” Ayara menjawab panggilan telepon dari suaminya dengan kelakar membuat Nicholas yang tidak terbiasa dengan panggilan tersebut jadi tersipu, telinganya sampai memerah karena malu. Di depannya saat ini ada Revan dan perwakilan dari perusahaan Lion Grup. “Aya, bisa ke kantor sekarang?” Ayara mengangkat kedua alisnya bingung, “Kantor yang mana? Pak Niko memimpin empat perusahaan LZ Corp. di Indonesia dengan kantor berbeda.” Nicholas memejamkan mata sekilas disertai embusan napas berat. “Kantor yang di Sudirman, ke sini sekarang.” “Oke sayang,” balas Ayara masih saja dengan riang gembira padahal Nicholas memerintah dengan nada dingin. Walaupun seorang perempuan tapi Ayara berpikir logis, Nicholas memang memiliki sifat dingin meski sedang bicara dengan keluarganya jadi Ayara tidak lagi mengambil hati sikap dingin Nicholas. Pria itu hanya hangat jika sedang berada di atas ranjang
“Sekali lagi saya minta maaf karena telah merendahkan kamu.” Sally mengulang dengan usaha keras agar terlihat tulus dan menyesal. “Saya maafkan karena Tante Sally sudah mendapat pelajaran dari sikap Tante yang buruk itu, semoga ke depannya Tante bisa lebih baik lagi.” Betapa renyah ketika Ayara mengatakan kalimat pembalasan itu tidak lupa diakhiri senyum paling manis penuh kemenangan di bibirnya. Permintaan maaf Sally kepada Ayara itu akhirnya bisa membuat dua perusahaan kembali melanjutkan kerjasama bisnis yang menguntungkan. Windu dan Sally keluar setelah menuntaskan urusannya. “Pak Niko beneran ngancam Lion Grup hanya untuk membuat tante Sally minta maaf sama aku?” Nicholas menganggukan kepala menjawab pertanyaan Ayara. “Uuuu, so sweet suami aku,” kata Ayara sambil memeluk Nicholas, membenamkan wajahnya di dada pria itu. Nicholas tersenyum lebar hanya saja Ayara tidak bisa melihatnya.
Nicholas langsung menatap ke arah pintu ketika sudut matanya menangkap sosok Ayara.Hatinya terluka melihat mata Ayara sembab karena memeras air mata dampak dari ucapan Edgar yang membuat Ayara salah paham.“Aya,” panggil Nicholas lembut.Ayara tersenyum setengah hati lalu menunduk. “Kita pulang,” kata Ayara sambil melewati Nicholas.Nicholas mengangguk sebagai tanda terimakasih kepada Elza lalu menyusul Ayara.Nicholas meraih tangan Ayara kemudian menggenggamnya dan Ayara tidak menolak juga tidak membalas genggaman suaminya.Suasana hening hingga mereka memasuki mobil yang dikemudikan pak Kasdi.Ayara terus menatap keluar jendela sedangkan Nicholas memandang wajah Ayara dari samping. Nicholas meraih tangan Ayara lagi lalu mengecup bagian telapak tangannya.Ayara sempat terhenyak tanpa mau mengalihkan pandangannya kepada Nicholas.“Aya,” panggil Nicholas pelan dan barulah Ayara menoleh.“Iya, Pak?” Ayara menyahut mencoba bersikap biasa.Tapi Nicholas tidak bicara malah menatap Ayara
Dengan atau tanpa restu kedua orang tuanya, Ferdi tetap menikahi Candy.Ferdi telah berbuat dosa dengan menghamili Candy tapi kini malah melakukan sesuatu tanpa ridho kedua orang tuanya, entah lah apa jadinya nanti.Kedua orang tua Ferdi begitu keras menentangnya menikahi Candy malah meminta untuk menggugurkan bayi itu.Ferdi mana tega, meski berulang kali Candy mengatakan jika tak apa tidak menikah karena Candy juga menyadari kesalahannya tapi Ferdi tidak bisa membiarkan anak itu lahir tanpa status kedua orang tuanya yang telah syah.Dan di sinilah Ferdi dan Candy sekarang, di KUA untuk menunaikan niat bertanggung jawab atas perbuatan mereka.Setelah berkonsultasi dengan kepala KUA setempat, Ferdi dan Candy diperbolehkan menikah dengan kondisi tersebut.Wali hakim yang menjadi wali dari pihak Candy.Revan bertindak sebagai saksi dari pihak Ferdi dan Abinawa adalah saksi dari pihak Candy.“Lucu ya Capt. Abi ... dia jadi saksi nikah cewek yang pernah ditidurinnya,” celetuk Elza dan lan
Bagaimana Ayara akan mengalami baby blues jika Nicholas selalu ada disampingnya dan membuatnya bahagia.Setiap malam minggu Nicholas berinisiatif membawa Ayara makan malam tanpa Ejra, berdua saja mereka melakukan makan malam romantis disebuah restoran meski bukan restoran mewah.Hari minggunya Nicholas membawa Ayara dan Ejra jalan-jalan keluar menikmati kota di mana mereka tinggal sementara ini.Menurut Ayara, kota ini adalah kota paling indah yang pernah ia datangi.Sengaja Nicholas tidak memilih pusat kota untuk menjadi tempat staycation-nya agar Ayara nyaman karena jauh dari suara berisik.Nicholas sudah memperhitungkannya dari jauh hari, ia ingin membuat istrinya nyaman setelah melahirkan sebagai rasa terimakasih Nicholas pada Ayara.Satu bulan ini juga mereka selalu bersama, tanpa sekalipun Ayara kehilangan Nicholas seperti sebelumnya.Kehilangan dalam artian, raganya berada bersama Ayara tapi fokus dan pikiran Nicholas tertuju pada pekerjaan.“Kita berhenti sebentar buat makan s
Ferdi mengusap punggung Candy yang terlihat membungkuk duduk di bangku taman depan rumah orang tuanya.“Maafin Bunda ya, Bunda enggak bermaksud begitu ... beliau lagi terguncang karena kita menikah dengan kondisi seperti ini,” ujar Ferdi sedang berusaha mengobati hati Candy yang ia ketahui sedang terluka oleh ucapan sang Bunda.Rencana pernikahannya dengan Candy ditentang keras oleh keluarga dan kedua orang tuanya.Mereka terang-terangan mengatakan bahwa tidak menyukai Candy, hal itu membuat hati Ferdi juga terluka.Terlepas dari cinta atau tidak tapi Candy adalah ibu dari anaknya.Beberapa minggu terakhir tinggal bersama Candy membuat Ferdi yakin jika Candy sebenarnya perempuan baik.Hembusan napas terdengar panjang keluar dari hidung Candy, perempuan itu menoleh ke samping menatap Ferdi kemudian tersenyum.Senyum yang tidak sampai ke matanya.“Aku enggak apa-apa, kalau kita enggak dapat restu ... kamu jangan maksa, aku enggak apa-apa melahirkan dia tanpa suami ... salah aku juga ‘ka
“Janin yang sedang dikandung Candy itu anaknya Ferdi,” kata Ayara.Ia dan Nicholas sedang menonton acara televisi di atas ranjang di kamar mereka.Posisi Nicholas bersandar pada headboard memeluk Ayara dari belakang.Ayara bersandar nyaman di dada bidang Nicholas, keduanya baru saja menidurkan Ejra tanpa bantuan Nanny dan hal itu merupakan sebuah prestasi bagi Ayara dan Nicholas.Kembali pada kalimat yang Ayara ucapkan tadi, tanggapan Nicholas hanyalah sebuah gumaman.Pria itu tampak tidak peduli.“Mas Abi mau nikah sama Anya dua bulan lagi.” Ayara melanjutkan informasi yang perlu Nicholas ketahui dan lagi-lagi suami cool-nya itu menanggapi dengan malas-malasan.“Mbak Elza lagi hamil,” imbuh Ayara kemudian.“Berapa minggu?” Dan barulah hal itu menarik perhatian Nicholas.“Delapan minggu, kayanya Mbak Elza mau resign.”Nicholas mengangguk, informasi tersebut baru diketahuinya.Revan tidak mengatakan apapun ketika tadi berbicara dengannya melalui sambungan telepon.Ayara dan Nicholas ma
“Kamu aja yang buka,” kata Candy menyerahkan amplop berisi hasil tes DNA kepada Ferdi.“Kamu aja, kamu bacain siapa ayahnya.” Ferdi mendorong tangan Candy yang memegang amplop tersebut.“Ah, lama ... sini, gue yang bacain!” Elza menyambar amplop tersebut dari tangan Candy kemudian membukanya.Candy dan Ferdi menunggu Elza membacakan hasil tes DNA tersebut.Elza membaca dengan teliti setiap kata yang tertulis di dalam kertas, perlahan bibirnya membentuk sebuah lengkung senyum.Tangan Elza kemudian melipat kertas itu lalu memasukannya kembali ke dalam amplop.“Siapa ayahnya, Mbak?” Candy dan Ferdi kompak bertanya.“Lo pengennya siapa ayah tuh bayi?” Elza malah main tebak-tebakan dengan Candy.Candy melirik Ferdi kemudian menundukan pandangannya.Meski Ferdi sekarang sudah lebih baik dalam memperlakukannya tapi tetap saja pria itu pernah berkata seolah tidak menginginkannya dan anak dalam kandungannya.Sedangkan Abinawa mencintai wanita lain dan tampak sedang memperbaiki diri.Candy meng
Nicholas dan Ayara menopang dagu dengan tangan di atas ranjang menatap Ejra, menunggu bayi gempal itu bangun dari tidurnya yang panjang.Sudah berjam-jam Ejra tertidur dan sekarang Nicholas dan Ayara tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan.Mereka ingin bermain dengan Ejra, bayi laki-laki itu sudah seperti mainan bagi kedua orang tuanya.“Yang, kamu waktu lagi kecil memang doyan tidur gini ya?” Ayara bertanya random, tatapan matanya masih terpaku pada Ejra si bayi tampan.Ejra begitu mirip Nicholas, alisnya dan bibirnya yang tebal juga hidung mancung menyerupai sang papa.Beruntung netra abu-abu Nicholas juga menurun pada Ejra bisa dibayangkan betapa tampan Ejra ketika dewasa nanti.Ayara hanya bisa mengelus dada karena ia kebagian mengandung saja.Tiba-tiba Ejra tersenyum dalam tidurnya, ternyata senyum manis penuh pesona milik Ayara menurun pada Ejra.“Babe, boleh aku cium?” Nicholas bertanya, matanya juga masih menatap Ejra.“Boleh, nih!” kata Ayara sambil memberikan pipinya kepada
“Moza dan May sudah tidur, aku akan pulang.” Malvino pamit kepada mantan istrinya.Cindy hanya menganggukan kepala, melangkah lebih dulu mengantar Malvino hingga pintu depan.“Apa kamu ada rencana menengok Ayara dan bayinya?” Malvino bertanya basa-basi.“Mungkin weekend ini ketika anak-anak libur sekolah.” Cindy menjawab singkat lalu membuka pintu rumah.“Cindy,” panggil Malvino yang sudah berada diambang pintu.Cindy mendongak menunggu Malvino mengatakan sesuatu.“Apa masih ada harapan untuk kita bisa bersama lagi?” Malvino melirih.“Lalu bagaimana dengan Sera dan anak itu? Sudahlah Malvino, jangan menyesali ini ... apa ketika kamu sedang bergulat di atas ranjang dengan Sera, kamu tidak berpikir akan berujung seperti ini?” Cindy bersarkasme.“Aku minta maaf Cindy,” ucap Malvino tulus terlihat dari sorot matanya.“Aku sudah memaafkanmu dan tolong jangan kamu datangi para pria yang sedang mendekati aku ... bukan hanya kamu yang memiliki hasrat, aku pun begitu ... biarkan aku menemukan
Nicholas menutup pintu ruang rawat Ayara setelah mengantar atau lebih tepatnya setengah memaksa anggota keluarganya pergi.Ayara butuh istirahat untuk masa pemulihan pasca melahirkan sementara kedua orang tua, kakak juga sang kakek bisa kembali besok.“Ayaaaang.” Ayara memanggil Nicholas dengan nada manja.Pria berperawakan jangkung bertubuh atletis itu mendekat, duduk di sisi ranjang menghadap Ayara kemudian meraup tubuh Ayara dalam pelukannya.Sudah sejak tadi Nicholas ingin memeluk Ayara tapi tidak pernah sempat karena gangguang Dokter yang ketika mereka berada di ruang operasi memberi beberapa informasi dan ketika sampai di ruang rawat—keluarganya merecoki dengan memberi selamat kepada Ayara dan berbincang mengenai masa depan si buah hati yang diberi nama Niscala Ejra Lazuardy.Ayara membalas pelukan Nicholas dengan memberi usapan lembut telapak tangannya di punggung pria itu.“Anak kita pasti setampan kamu, segagah dan dan sepintar kamu,” cetus Ayara yang menganggumi karakter sua
Keduanya duduk bersisian di kursi taman, semenjak pernikahannya kandas dengan Cindy—hidup Malvino sangat berantakan. Sera memang sekertarisnya yang biasa melayani semua kebutuhan Malvino tapi tetap saja, rasanya tidak benar jika ia bersama Sera sementara sang berlian ia lepaskan. “Belum berhenti menyesal?” sindir Nicholas membuat Malvino tersenyum kecut disertai hembusan napas panjang. “Gue lagi berusaha balikan sama Cindy, itu kenapa gue di Eropa ... biar deket sama anak-anak juga.” Malvino mengaku. “Perusahaan lo?” “Ada lah yang ngurus, gue juga sambil kerja dari sini ... gue hancur, Niko.” Nicholas mengangguk mengerti, segala sesuatu yang dimulai tidak benar maka akan berakhir buruk. “Gue berulang kali minta maaf sama Cindy dan menyesali perbuatan gue tapi Cindy bilang kalau apa yang gue lakukan adalah karakter dan gue akan mengulangi hal itu lagi,” curhatnya pada sang adik. “Lalu Sera