"Terus, videonya mau diapain?" tanya Duta setelah Rindu selesai mengeluarkan semua unek-uneknya soal kedua orangtua palsu Ari. Padahal sejak di mobil tadi juga sudah misuh-misuh, hanya saja Duta tidak begitu paham duduk perkaranya. Tadi dia tidak ikut turun karena merasa masalah itu bukan sesuatu yang harus dia campuri.Saat ini Duta hanya berduaan dengan Rindu di meja makan. Setibanya tadi, yang lain langsung masuk lagi ke kamar masing-masing. Karena Duta harus tetap kerja hari ini, proses bagi-bagi makanannya sengaja dipercepat. Sekarang dia sedang sarapan terlebih dahulu."Mau aku sebarinlah!" Amarah Rindu belum juga reda seutuhnya. Kalau saja saat ini di depannya ada Ari atau Tristan, pasti sudah dia penyet."Supaya?""Ya supaya orang-orang tahu kebusukannya.""Kalau sudah gitu, apa untungnya buat kamu?"Mulut Rindu langsung terbuka, tapi kemudian malah bingung harus berkata apa."Kamu pernah mikir gini, nggak? Ketika kamu mengangkat bangkai untuk ditunjukkan ke orang-orang, mau t
Matahari semakin turun. Angin sore menerbangkan debu-debu di lokasi proyek. Pekerjaan hari ini akan rampung sesaat lagi. Duta istirahat sebentar sekadar mengelap peluh dan melepas dahaga. Usai menenggak air mineralnya hingga setengah, Duta mengecek ponselnya sebentar sebelum lanjut bekerja. Namun, dia malah mendapati panggilan tidak terjawab dari Tiwi secara beruntun.Ada angin apa tiba-tiba cewek itu menghubunginya lagi? Padahal sejak Duta menyatakan perasaannya, mereka pelan-pelan menjadi asing kembali. Bukan sengaja, tapi topik receh yang selama ini selalu mampu menghidupkan segala suasana, sekarang terasa kaku.Karena penasaran, Duta pun menelepon balik mantan gebetannya itu."Halo, Ta ...." Suara Tiwi terdengar lirih dan sesak. Hal itu membuat Duta khawatir. Sepertinya sesuatu sedang terjadi."Ada apa, Wi?""Tolong aku, Ta." Kali ini suara Tiwi malah diselingi isak."Kamu kenapa?" Suara Duta meninggi. Tanpa sadar dia mulai mondar-mandir sambil sebelah tangan memijat kening."Aku
"Tapi, aku udah pindah dari kontrakan lama.""Tahu, kok." Tiwi menyeka air matanya dengan punggung tangan. "Setelah nikah emang harus serumah sama, kan?"Tadinya Duta pikir Tiwi belum tahu soal pernikahannya."Meskipun nggak diundang, aku tahu, kok soal pernikahan kalian. Rindu itu udah sekelas selebriti nasional, beritanya ada di mana-mana.""Sori, ya, bukannya nggak mau ngundang, tapi—"Tiwi angkat tangan untuk mencegat omongan Duta. "Aku ngerti, kok." Dia tersenyum lemah. "Sori juga, kalau sikapku waktu itu bikin kamu tersinggung. Harusnya aku bisa memberikan sedikit penjelasan, bukan main pergi gitu aja.""Sudahlah ... semuanya udah kejadian."Tiwi menelan ludah kelat. Dia menyia-nyiakan cowok sebaik Duta hanya untuk lelaki yang ternyata sudah punya istri."Jadi, boleh, kan, malam ini aku ikut kamu?" Tiwi sadar, ini permintaan yang agak memberatkan, tapi untuk saat ini dia benar-benar tidak bisa sendiri dulu.Setelah menimbang sebentar, akhirnya Duta mengangguk. "Tapi nanti tergan
"Yang tadi malam bukan dosa, kan?"Bahkan setelah berjam-jam berlalu, Rindu masih menggumamkan pertanyaan itu dalam kepalanya. Sekarang dia sedang menyiapkan sarapan, tapi kenakalannya tadi malam terus saja terbayang. Sesekali dia senyum-senyum sendiri. Kalau saat ini dia benar-benar jatuh cinta kepada Duta, dia belum pernah sejatuh ini sebelumnya.Namun, perasaan itu mendadak lesap jika teringat, bahwa saat ini, di salah satu kamar rumah ini, ada seorang cewek yang Duta bawa pulang dengan alasan entah."Tadi malam habis dari mana, sih?" Suara Duta tiba-tiba hadir. Rindu agak kaget. "Sampai aku tidur, kayaknya kamu belum pulang, deh." Duta melanjutkan ucapannya sambil melangkah ke arah kulkas. Dia mengeluarkan sebotol air mineral, lalu membawanya ke meja makan. Dia duduk di sana sambil menunggu jawaban Rindu."Mm ...." Rindu bingung harus jawab apa. "Itu, ada sedikit selisih paham dengan salah seorang pemilik restoran yang pernah kuajak kerjasama. Emang agak ribet, sih. Jadi lumayan l
"Emang menurut kamu ... selama ini kita apa?"Terdengar helaan napas sebelum Tiwi bertanya balik. "Apa masih penting dipertanyakan?" Dia menatap Duta lebih serius dari sebelumnya. "Apa pun jawabanku, nggak akan mengubah keadaan, kan?"Seketika tenggorokan Duta semacam tersumpal sesuatu. Dia juga tidak tahu kenapa pertanyaan sesensitif itu tiba-tiba tergelincir dari lidahnya.Hening cukup lama. Kata-kata tiba-tiba sulit terangkai."Andai aku ketemu kamu lebih dulu, Ta."Duta tidak ingin terjebak di situasi semacam ini. Harusnya dia bisa keluar dari kamar itu dan membiarkan semuanya kembali lesap bersama angin. Jangan ada yang menjelma tunas-tunas kenangan. Namun, nyatanya dia malah bertahan di samping Tiwi, seolah teramat penasaran dengan apa-apa yang akan dikatakan cewek itu selanjutnya."Kita ketemu dan tiba-tiba merasa cocok di saat aku sudah bersama dia. Aku sengaja nggak pernah cerita karena ...." Tiwi tampak ragu dengan apa yang akan diucapkannya. "Karena selama ini, setiap kali
Hari ini Duta benar-benar tidak bisa konsentrasi. Berkali-kali dia salah merespons omongan temannya, atau tiba-tiba merenung di tengah pekerjaan. Postingan itu mengacaukan pikirannya teramat dalam.Anak-anak KKN bergantian mengiriminya pesan, sebaris kalimat penyemangat bernada sama. Dengan tidak menyinggung hal itu di grup, Duta semakin merasa beruntung memiliki mereka. Sebarbar apa pun, mereka masih paham mana yang patut dirembukkan, mana yang butuh ruang sendiri-sendiri.Sepulang kerja, Duta butuh sesuatu yang bisa menenangkan pikiran. Anehnya, dia malah kepikiran Tiwi. Tanpa pikir panjang, dia lekas melajukan vespanya ke kontrakan cewek itu.Setibanya, Duta mendapati Tiwi sedang berkutat di dapur. Dia menyiapkan makanan untuk nanti malam. Duta lega melihat cewek itu mulai aktif kembali. Kesenduan di wajahnya perlahan-lahan reda."Dari lokasi proyek langsung ke sini?" Pertanyaan Tiwi bernada heran. Wajar, mengingat cowok ini seharusnya sudah punya tempat pulang menetap.Duta mengan
Sudah seminggu sejak Duta akhirnya memutuskan untuk keluar dari proyek. Awalnya, hal ini sangat dinantikan oleh Rindu. Karena selain jadwal syuting lebih bisa dikondisikan, dia juga bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama Duta. Namun, nyatanya tidak demikian.Sejauh ini Duta memang mematuhi jadwal syuting, dia juga gampang diarahkan untuk beragam konsep video. Namun, jika tugasnya sudah selesai, dia lebih senang di luar. Entah apa yang dilakukannya. Firasat Rindu selalu mengatakan bahwa Duta sering menemui Tiwi.Rindu masih ingat seperti apa seharusnya posisi Duta di hidupnya. Dia tidak berhak menaruh curiga, terlebih mengekang. Namun, hari ini dia benar-benar tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti Duta.Selepas syuting, cowok itu buru-buru pergi. Rindu jadi penasaran. Dan ternyata dugaannya benar. Duta keluar untuk menemui Tiwi. Mereka janjian di sebuah warung makan yang berhadapan dengan bank tempat Tiwi bekerja.Hati Rindu berdenyut sakit ketika melihat Duta bela-belain
Sebuah pertaruhan besar ketika akhirnya Rindu benar-benar menolak semua tawaran kerjasama yang mengharuskannya "makan besar". Yang diterimanya hanya yang bersifat review singkat. Sebagai gantinya dia lebih sering nge-vlog bareng Duta.Awalnya baik-baik saja, penonton lumayan suka dengan penampilan Duta. Kehadirannya membawa angin segar di channel Rindu. Namun, setelah seminggu video mukbang absen, para netizen mulai mencari-cari.Suplemen pelangsing yang dipesan Rindu sudah datang tiga hari yang lalu. Artinya, program diet dengan niat yang sangat kuat pun resmi dimulai. Rindu bukannya tidak bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan. Hanya saja, dia harus bertindak cepat sebelum Duta benar-benar jatuh ke pelukan Tiwi. Dia harus berhasil mendapatkan berat badan ideal sebelum kontrak pernikahannya dengan Duta berakhir.Saat ini fokus Rindu benar-benar hanya ke program dietnya. Sampai-sampai dia tidak sadar telah menelantarkan channel yang susah payah dibangunnya. Dia tidak pernah lag