Share

Bab 6 (aku bukan Ruby)

Author: This_liaau
last update Last Updated: 2022-09-30 17:37:18

Geming. Hening sesaat karena Zalina tidak langsung menjawab. Gadis itu mengerjap cepat. Mungkin dia sendiri juga tidak sadar dengan apa yang baru saja terucap dari mulut kecilnya.

"Saya ... tidak bermaksud demikian. Tapi anda malah menyimpulkan hal itu sendiri," bantahnya dengan senyuman lembut. Sedikit gugup dengan tatapan tajam milik Ruby.

"Tidak bermaksud demikian? Lalu apa maksudnya, kekhawatiranmu dengan sayembara saat aku hilang? Maaf nona, kita ini saingan. Aku paham perasaanmu, siapa saja pasti ingin menang tanpa berusaha, 'bukan?" balas Ruby dengan tatapan remeh.

Zalina mengepalkan tangannya dengan kuat. Seharusnya, Ruby menghindar seperti biasa. Bukan malah menanggapi ucapannya. Kali ini, mengapa gadis itu menohoknya dengan kata-kata yang tidak biasa. Seolah tidak takut akan aduannya pada Theron?

"Nona Ruby, saya bukan orang yang seperti anda ucap—"

"Tapi kau tenang saja, aku bukanlah Ruby yang terobsesi akan tahta. Kau dan Putra Mahkota saling mencintai, maka lebih baik aku mundur dengan tenang. Sayembara yang kau agungkan itu tidak perlu diumbar-umbar. Aku sudah kalah dan kau menang, oke?" potong Ruby diakhiri dengan senyuman.

Benar, untuk apa melanjutkan sayembara ini? Ruby bukan orang cerdas yang bisa mengambil hati rakyat. Dia bukan orang yang ambisius. Dan dalam urusan hati Putra Mahkota, bukankah sudah Zalina pemenangnya. Lalu apa lagi yang ia pertahankan?

Ruby menoleh ke arah pelayan setengah baya itu lalu mengangguk pada Zalina, "semoga pernyataan saya ini membuat anda lebih tenang, Nona. Saya permisi!"

"Apa anda bermaksud meremehkan saya, nona Ruby?" tanya Zalina membuka suara membuat Ruby membalik badannya lagi dengan alis menukik.

"Sayembara ini bukan dilakukan tergantung karena perasaan siapa pun. Sekali pun itu perasaan Putra Mahkota. Sayembara ini dilakukan karena siapa yang akan memenangkannya maka dialah yang layak. Bukan seperti anda yang mundur semaunya tanpa meminta izin pada Putra Mahkota maupun memberitahu para bangsawan lainnya," ucap Zalina panjang lebar membuat Ruby termangu.

Serumit itu?

"Itu pun, kalau anda mundur, berarti anda sudah sadar kalau diri anda tidak layak berada di sisi Putra Mahkota dan menjadi calon Ratu untuk masa depan. Apakah anda ... sudah kotor dan memilih untuk melarikan diri?" sambung Zalina lagi membuat Ruby tersulut.

"Apa maksudmu berbicara seperti itu?" Balas Ruby maju mengikis jarak antar dirinya dan Zalina.

"Bisa saja anda sudah disentuh lelaki dan tidak ingin Putra Mahkota tahu—"

"Jaga mulutmu, ya!" Potong Ruby mencengkram kerah gaun Zalina.

Sudah sangat jelas dalam ingatan Ruby kalau pertengkarannya dengan Theron karena gadis ini. Dia yang selalu jadi perdebatan. Dan hari ini dia mengatakan kalau Ruby yang bersalah? Ruby yang mengkhianati Theron?

"Lelucon macam apa yang keluar dari mulut jahanammu itu? Dongeng dari mana yang kau bayangkan? Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelum ini. Pradugamu bisa saja menimbulkan fitnah. Dan selagi aku masih berbaik hati, lebih baik kau pergi dari sini!" desis Ruby dengan gigi bergelatuk. Harga dirinya terlukai.

Mata Zalina bergetar saat merasakan aura Ruby semakin mencekam. Akan tetapi dia tidak akan mundur begitu saja. Ruby meremehkannya. Apa karena dia adalah Putri dari seorang Baron dan Ruby adalah Putri Duke dia bisa semena-mena? Ia harus memenangkan sayembara ini baik untuk rakyat maupun hati Putra Mahkota.

"Maaf menyela. Nona Zalina, sebaiknya anda kembali ke kediaman anda. Mungkin, saat ini Putra Mahkota sedang mencari anda untuk minum teh seperti biasa. Saya takut, beliau khawatir dengan anda," ucap pelayan setengah baya itu menengahi.

Dua majikannya saat ini seakan siap untuk baku hantam.

Ruby menyunggingkan sebelah bibirnya menatap Zalina yang terdiam. Sepertinya gadis itu takut. Ia menghembuskan nafas kasar lalu melepas cengkraman dari gaun Zalina. Dan saat ia memalingkan wajah, Elina datang dengan membawa sekotak ramuan tergesa.

"Nona Ruby, juga harus beristirahat. Beliau belum pulih sepenuhnya. Maaf, nona Zalina." Ucap Elina membungkuk hormat pada Zalina dengan nafas memburu. Dia takut kekacauan akan terjadi lagi.

"Sepertinya, nona baik-baik saja. Buktinya, nona Ruby tidak kedinginan saat memakai pakaian tipis saat ke luar kamarnya," ucap Zalina lagi mau tidak mau membuat Ruby terpancing.

"Semakin lama mulutmu semakin tidak sopan, ya? Beginikah cara seorang kekasih Putra Mahkota yang dikenal ramah itu?" ucap Ruby. Sial. Ia merinding.

"Lalu, beginikah Putri seorang Duke yang terhormat bersikap? Berjalan dengan pakaian terbuka?" sahut Zalina lagi.

"Kau ingin jadi Ratu, 'bukan? Tidak seharusnya kau mengurusi sikapku! Derajat dengan perkataanmu tidak nyambung!" Balas Ruby sambil berkacak pinggang.

Keadaan semakin memanas. Dua perempuan itu hampir berteriak. Mereka memakai urat dalam perdebatan kali ini. Biasanya selalu Ruby yang mengalah lalu Theron datang untuk membentaknya. Mencari tahu mengapa Zalina menangis.

Kali ini, mungkin Zalina akan mengadu pingsan.

Baru saja Zalina ingin menjawab lagi, langsung ditahan oleh pelayan di sampingnya, "anda jangan terpancing nona, jika dari awal adalah murahan, maka selamanya akan seperti itu."

"Apa katamu barusan!" kelakar Ruby tidak terima. Gadis itu maju lalu mencengkram kerah baju pelayan Zalina yang sangat menyebalkan.

"Anda terlihat murahan, nona," jelasnya lagi sebelum mendapat bogeman mentah dari Ruby.

"Nona—" Elina menahan tubuh Ruby yang ingin menghampiri pelayan Zalina yang tersungkur karenanya.

"Jaga mulutmu pelayan Bizzie!" tegur pelayan paruh baya menengahi antara mereka.

"Bajingan kau! Lepaskan aku Elina! Mulutnya pantas ku robek." Ruby memberontak dari Elina. Sudah cukup Zalina yang menuduhnya berkhianat dan memancing emosi Ruby. Dan apa lagi ini? Pelayan dan majikan memang tidak ada bedanya.

"Apa! Wajah songongmu itu ingin kupukul lagi? Sini! Kenapa diam saja? Ayo satu lawan satu!" Tantang Ruby menggulung baju lengannya membuat para pengawal memalingkan wajah mereka ke arah lain.

"Bizzie!" Zalina ikut duduk untuk membantu pelayannya yang tersungkur karena pukulan Ruby.

"Apa anda sudah puas menyakiti pelayan saya, nona?" tanya Zalina dengan tatapan nanar dan mata berkaca-kaca.

Hebat sekali Zalina.

"Nona Zalina? Apa anda tidak mendengar kalau dia baru saja menghina nona Ruby? Apa anda menutup mata soal itu?" balas Elina frustrasi. Sementara Ruby hampir mengeluarkan air matanya sambil bertepuk tangan mengapresiasi akting Zalina.

"Akting kalian pantas dapat piala Oscar!" Ujar Ruby terkekeh kencang seraya bertepuk tangan.

"Ada apa ini?" 

Related chapters

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 7 (penghinaan)

    "Ada apa ini?" tanya seseorang menyela. Astaga, pas sekali. Sang pahlawan telah datang di waktu yang tepat untuk menyalahkan Ruby. Kenapa ia merasa de javu dalam hal ini? Seolah ini sudah terjadi berkali-kali dalam hidupnya dan membuat Ruby mati rasa untuk menanggapi hal ini. "Salam kebahagiaan dan keselamatan Darian, Putra Mahkota," ucap Zalina di iringi semua orang kecuali Ruby yang masih memalingkan wajahnya kesal. Dasar muka dua. "Zalina, apa yang terjadi? Aku mempercayaimu untuk menjelaskan semua ini," seru Theron pada Zalina kemudian membantunya untuk berdiri tegak. Sementara Ruby lagi-lagi mendecih. Drama Queen. Asataga! Kenapa ia kesal sekali? "Saya tidak apa, Yang Mulia. Mungkin, nona Ruby belum sepenuhnya sembuh, saya yang salah di sini," tutur gadis itu dengan senyuman yang menawan, dan mata berbinar. "Seharusnya saya tidak datang kesini dan memancing keributan," tandasnya kemudian. Rahang Theron mengeras melihat Zalina yang lembut dan rapuh kemudian menatap Ruby ya

    Last Updated : 2022-10-01
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 8 (pulang)

    Cuaca pagi menjelang siang kali ini begitu baik. Matahari menyembunyikan diri di sebalik awan hingga cahayanya tidak menyengat. Angin berhembus sedikit kencang hingga menerbangkan kelopak-kelopak bunga ke arah Ruby yang terduduk kaku di hadapan sang Ratu. Sesekali, gadis itu membenarkan surainya yang menutupi wajah karena tersapu angin. Sementara Ratu menatapnya dengan tatapan menilai. Sorot mata Ruby berubah ketakutan. Pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benaknya kini menjadi buyar. Apa Ratu akan memihaknya? Atau sebaliknya ia malah dihukum? "Maaf baru bisa mengunjungimu, Ruby," tutur Ratu membuka obrolan setelah mereka berdiam cukup lama. "Ah, tidak masalah, Yang Mulia." Ruby menunduk. Menggenggam cangkir kaca miliknya yang ada di atas meja. Ratu tersenyum, menatap Ruby dengan penuh kelembutan. Dia anak yang berbeda. Benar kata Theron, Ruby terlihat seperti bukan dirinya. Cara menatap, bicara, dan perilakunya terasa sangatlah asing. Dia terlihat seperti orang lain. "Bagaimana

    Last Updated : 2022-10-02
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 9 (kemarahan Putra Mahkota)

    -Braaakkk- "Kenapa tak ada yang memberitahuku kalau Ruby pulang ke Mansion Duke?" "M-maaf Yang Mulia, tapi, yang mulia Ratu melarang kami untuk memberitahu anda," Theron semakin mengeraskan kepalan tangannya. Urat-uratnya menonjol keluar dengan nafas memburu menahan emosi untuk memukul pengawal yang berjaga di istana wilayah Ruby. Padahal dia yang memerintahkan mereka untuk berjaga di sana. Tetapi kenapa perintah Ratu yang dituruti? Lelaki itu mendesis tajam. Apa gadis itu benar-benar lupa apa yang dilakukan oleh Duke jika ia pulang dengan tangan kosong. Apalagi saat ini status Putri Mahkota masih tidak jelas antara Ruby atau Zalina. Duke, Ayahnya Ruby pasti akan melakukan sesuatu pada gadis itu. Theron menyugar rambutnya kasar. Tangan kekarnya dengan mudah merobek jubah kebesaran yang tengah ia pakai selama latihan berperang. Lagi-lagi ia memukul meja sebagai pelampiasan kekesalannya. Andai saat itu Theron percaya kalau Ruby benar-benar lupa ingatan. Ia pasti akan memperbaiki hu

    Last Updated : 2022-10-03
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 10 (neraka yang sebenarnya)

    Kacau. Ruby pikir, ini semua akan berjalan sesuai rencana. Pertemuan pertama Theron dengan gadis itu, ia pikir hanya sekilas. Namun ternyata membekas bagi keduanya hingga tumbuhlah benih-benih asmara yang membuat Ruby terlupakan. Tersingkir dari posisinya. "Lihat, dia sangat manis, 'bukan?" kekeh Theron di samping Ruby memandang ke arah Zalina saat pesta Lady sedang berlangsung di Istana. "Kupikir, aku telah menyukainya. Aku jatuh cinta, Ruby." Kata-kata itu, seperti tanda bahaya yang mengelilingi Ruby. Sifat Theron berubah setelahnya. Para bangsawan membelah menjadi dua kubu dan mulai mengajukan banding atas posisi Putri Mahkota yang sudah pasti di isi oleh Ruby. Raja dan Ratu tidak punya pilihan saat Zalina juga dikenal banyak orang dengan kebaikannya, keelokannya, serta lemah lembut sifatnya. Berbeda dengan Ruby yang jauh lebih tegas dan keras. Sifat alami keluarga Duke Edelmiro. Dan setelahnya, banding diterima. Theron bahkan dengan antusias menyambut kedatangan Zalina ke Ista

    Last Updated : 2022-10-04
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 11 (dia adalah sahabatku)

    Derap langkah kuda menggema di tengah keheningan malam. Bulan menjadi saksi bagaimana khawatirnya seorang Putra Mahkota di negeri ini pada sahabatnya. Dengan emosi yang masih menjunjung tinggi, ia pergi ke wilayah selatan dengan kuda kesayangannya. Menyusul Ruby, sahabatnya. Meski ratusan kali peringatan datang karena malam sangat berbahaya untuk perjalanan ke selatan. Akan tetapi, lelaki itu lebih keras dari batu. Ia tetap pergi dengan syarat membawa beberapa pengawal untuk menjaganya dari teror. Sesampainya di mansion Duke, gerbang sudah ditutup rapat. Theron yakin, ada penyiksaan di dalam sana. Rubynya yang malang. Seharusnya Theron menjaga gadis itu agar hal seperti ini tidak terulang. "Bilang pada Duke, Putra Mahkota ingin bertamu," perintah salah satu pengawal Theron pada pengawal yang menjaga gerbang. Salah satunya berlari untuk memberi kabar, dan yang lainnya membukakan gerbang untuk Theron masuki. Lelaki itu menelisik halaman suram yang ia pijaki. Masih sama seperti dulu,

    Last Updated : 2022-10-05
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 12 (masa lalu)

    Hari demi hari telah berlalu. Hinaan demi hinaan yang tidak pernah Ruby lakukan selalu ia dapatkan. Gadis itu mulai mengerjakan pekerjaannya dalam diam. Berusaha abai tentang kabar Zalina dan Theron yang semakin dekat. Tujuannya sekarang bukan Theron lagi, melainkan adalah Ratu. Jika ia bisa mengambil hati Raja dan Ratu dengan kerja kerasnya, mungkin, gelar Putri Mahkota akan segera ia sandang. Setidaknya ia naik pangkat menjadi tunangan tanpa harus ada sayembara. "Maaf, Ruby. Mau bagaimana pun yang akan menikah nanti adalah putraku. Meski aku adalah Ratu dan Ibunya, yang berhak menentukan pasangannya adalah dirinya sendiri." Ruby terpaku mendengar penuturan Ratu yang tidak pernah ia bayangkan. Jadi, semua keputusan akan ada di tangan Theron? Dengan hati yang masih kasmaran itu, bagaimana bisa ia akan bersikap adil? Selama ini saja, dia selalu membela Zalina. "Datangilah Putra Mahkota." Ratu menyerahkan sebuah tumpukan kertas pada Ruby, "perbaiki hubungan kalian. Aku yakin ini hany

    Last Updated : 2022-10-07
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 13 (sakit itu, masih bersisa)

    Setetes air mata jatuh di pipi Ruby. Pandangan matanya kosong. Setelah pulang dari rumah Duke, rasa sesak itu tak kunjung hilang. Kadang, air mata Ruby menetes dengan sendirinya. Sungguh, ia lelah dengan keadaan ini. Apa yang harus dilakukan? Ruby menghembuskan nafas pelan, terlihat asap mengepul karena sudah memasuki musim dingin. Setelah tiga hari dirawat oleh Theron, luka Ruby sudah mulai membaik, dan istirahatnya lumayan cukup. Lelaki itu merawatnya dengan konsisten. Meski memaksa, pekerjaannya cukup baik. "Berhenti menangis, sialan!" umpatnya pada diri sendiri. Semakin hari, bukannya tersanjung dengan kebaikan lelaki itu, ia malah semakin benci. Sesak dadanya saat memandang wajah hangat Theron. Dia melakukan itu karena merasa bersalah. Pemenangnya tetaplah Zalina. Bayangan mereka bersama sukses membuat ulu hatinya seperti diremas. Potongan memori Ruby terdahulu sukses mempengaruhi dirinya. "Berhenti melamun, Ruby. Apa yang kau pikirkan, hm? Bukankah kau sudah aman?" ucap Ther

    Last Updated : 2022-10-08
  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 14 (apa kalian sudah puas?)

    Kala itu, petir menyambar dengan hebatnya. Ruby berlari di tengah hujan menuju tempat kejadian. Kabar ini mengguncang mental Ruby begitu hebat, hingga air matanya menetes tanpa disadari. Dengan gaun yang basah kuyup, Ruby melewati lorong demi lorong hingga sampai ke tempat eksekusi. Zooya, bukanlah orang jahat. Sesampainya di sana, semua orang menyaksikan Zooya dicambuk di tengah hujan deras serta petir yang menyambar. Selain Zooya, Ruby tidak memperhatikan Zalina yang menangis tersedu serta Theron yang kini memandangnya tajam. Sesaat lutut Ruby lemas. Kesalahan apa yang dibuat Zooya hingga hukumannya demikian? Melihat Zooya yang mulai terjatuh, ia langsung berlari menghampiri jika saja Theron tidak mencegah. "Lepas!" Katanya memberontak. Berusaha melepaskan cengkraman Theron yang berusaha menahannya. "TIDAK!" teriak Ruby saat cambukan berhasil mengenai punggung Zooya. Tangisan Ruby tidak bisa dicegah. Ia tidak tega melihat semua ini. "Jangan ... jangan lakukan itu ... kumohon!"

    Last Updated : 2022-10-12

Latest chapter

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 39 (dia yang paling berduka)

    Kematian Grand Duke Ramon Darian dan Grand Duchess Diana Swayneza kini telah menyebar luas. Kabarnya, mereka berdua meninggal karena kecelakaan saat menuju pusat kota Eurõbia. Tepatnya di wilayah Santora dengan hutan terpanjang di kerajaan Darian. Akan tetapi, siapa tahu ini adalah kecelakaan yang sebenarnya, atau telah disiapkan oleh seseorang? Ruby menggenggam erat anyelir putih dengan kedua tangannya. Gaun hitamnya tertarik menyapu tanah musim semi. Dibiarkan beberapa daun hinggap. Wajah lesunya jelas menunjukkan kekhawatiran. "Kau yakin dengan ini? Ruby ... sudah lama kau tidak mengunjungi pemakaman dan—" "Aku baik-baik saja," potong Ruby kemudian. Theron menggeleng lemah, ia yakin saat ini Ruby takut. Semenjak kematian Ibunya, Ruby tidak pernah menghadiri pemakaman siapa pun sejak saat itu. Dia selalu mengurung dirinya saat terdengar kabar kalau orang terdekat mereka telah gugur waktu peperangan. Atau pelayan Istana yang selalu menjaga mereka. "Aku bisa meletakkan bungamu d

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 38 (Tuan Muda Ruwan)

    Musim semi empat tahun lalu. Awal musim semi yang masih terasa dingin ini seakan memanggilnya, menggodanya dengan rangkaian bayangan bunga-bunga yang bermekaran di sepanjang jalan. Pohon-pohon yang daunnya sudah tumbuh berpucuk. Dan akhirnya, ia pergi keluar Istana tanpa diketahui oleh siapa pun. Gadis itu memejamkan mata. Menikmati setiap hembusan angin yang menerpa tubuhnya hingga rambut cokelat yang dikepang itu menari-menari di bawah mentari sore. Sudah lama ia tidak ke sini. Tempat yang membuatnya merasa tenang. Di pinggir danau yang tak jauh dari Istana. Tempat yang membuat Ruby merasa nyaman dan jujur akan dirinya sendiri. Mengeluarkan keluh kesahnya selama berada di Istana. Bagaimana para pelayannya, Theron, Ratu Miranda, dan tentu saja tentang perasaannya. "Sejujurnya, aku sudah lupa bagaimana wajah Ibuku," celetuk Ruby di tengah heningnya suasana. "Yah ... setiap ingatan manusia memang akan pudar selama berjalannya waktu." Warna jingga dari mentari sore menyinari wajah

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 37 (apa lagi yang kau tunggu?)

    Theron tahu ia harus segera bertindak. Akan tetapi, hatinya ragu entah karena apa. Permintaan Ruby, pertanyaan Zalina membuat otak Theron beku. Ia bahkan tidak bisa lagi memikirkan pekerjaan yang telah menumpuk di meja kerjanya. Seandainya ia bisa berteriak, maka ia akan mengatakan ia juga tidak tahu. Katakanlah ia adalah orang yang tidak berpendirian di dunia ini. Di satu sisi ia merasa bersalah pada Zalina, dan satu sisi ia ingin Ruby terus berada di sisinya. Tidak mungkin ia memiliki selir, 'bukan? Ia tidak akan setega itu pada dua gadis ini. "Kau harus secepatnya memutuskan ini, Theron. Memangnya apa lagi yang kau tunggu? Keduanya sudah sehat. Aku tidak mengerti alasanmu menunda sayembara ini," ucap Raja Aeterius menghadap sang anak yang masih menunduk. "Apa karena gadis itu?" Raja Aeterius menatap sang anak dengan selidik. Menerka apa yang membuatnya ragu. "Siapa?" tanya balik Theron. Sementara sang Ayah hanya mendesah pasrah. Rupanya pikiran sang anak belum sampai. Atau mem

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 36 (takhta atau kebebasan)

    "Yang Mulia, apa anda mencintai saya?" Pertanyaan itu muncul begitu saja lewat belah bibir Zalina. Dadanya luar biasa sakit. Benaknya dipenuhi pertanyaan yang berbeda setiap waktu, dan benang merahnya hanya di satu pertanyaan. Apa cinta itu ada di hati Theron? Zalina tahu kata itu tak pernah terucap. Ia tahu bahwa lelaki itu masih memandang Ruby sedemikian lekat meski mulutnya melontarkan emosi. Mereka, seperti dua orang yang kehilangan arah. Dan dirinya masuk di sela-sela keduanya. "Yang Mulia saya bertanya ... " "Jangan melawannya," lirih Theron. Lelaki itu termenung di tempatnya. Sorot matanya terlihat menyedihkan. Pria yang biasanya menunjukkan ketegasan itu kini menatap Zalina dengan nanar. Gumamannya membuat gadis itu semakin bingung. Apa maksudnya? Siapa yang ia lawan? "Jangan melawannya. Ruby ... dia bukan tandinganmu," lanjut Theron membuat dada Zalina sesak. Air matanya menetes. Meski mensugesti dirinya dengan fakta bagaimana Theron membawanya ke Istana dan memperlaku

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 35 (apa anda cemburu?)

    Kata orang, hidup ini penuh dengan berbagai kejutan. Awalnya, Ruby tidak mempercayai hal itu karena jalan hidupnya yang terlalu flat. Tidak ada yang spesial. Hingga saat ia terbangun di tubuh orang lain, tinggal di era yang jauh berbeda dengan era milenial, menjalani, dan mempelajari hidup yang bukan miliknya. Terkadang, Ruby pikir ini hanyalah ilusi semata. Dan terkadang, ia melihat dunia ini begitu nyata sehingga merasa tubuh ini benar-benar miliknya. Mungkin ini adalah masa lalu yang harus diperbaiki. Dunia yang penuh tipu muslihat ini adalah rintangannya. Serta, perasaannya pada lelaki ini yang tak kunjung pudar meski awalnya rasa benci mendominasi. "Sudah puas menggoda lelaki lain, huh?" Apa perasaan itu bisa ia manfaatkan? Mengejar cinta yang Ruby miliki dulu dan merebut kembali tempatnya, atau menjauh seperti rencana awalnya karena bahaya yang ada di dalam Istana ini? Tanpa sadar musik telah berhenti. Membuat atensi orang-orang yang ada di aula jatuh pada Theron yang datang

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 34 (lelaki misterius)

    Setelah Roseline pergi menemui keluarganya, Ruby juga pamit. Ia tidak melihat Ayahnya di mana pun. Apa pria masih di perjanalan dinas dan belum kembali? Menggelengkan kepala, Ruby naik ke lantai dua untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Ratu Miranda secara langsung. "Selamat ulang tahun Yang Mulia Ratu yang terhormat. Bila berkenan, terimalah hadiah saya yang tidak seberapa ini." Ruby membungkuk anggun saat Ratu berdiri menghampirinya. Memeluknya sayang. Sementara Ruby memejamkan mata. Rasa rindu pada orang rumah di dunianya dulu kini membuat sesak karena pelukan Ratu. Ia tahu, rindunya kian bertambah karena tak mendapat jawaban. Dan saat Ratu Miranda mengurai pelukan mereka, Ruby tersenyum. "Hadiah terbaikmu adalah pesta ini, Ruby. Dan ini adalah hadiah terbaik untukku. Terima kasih, Arunika pasti bahagia melihatmu di atas sana." ucap Ratu Miranda menggenggam kedua tangannya. Arunika, atau sebut saja Duchess Arunika Edelmiro yang meninggal sepuluh tahun yang lalu. Ibu dari R

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 33 (orang spesial)

    Satu bulan yang lalu. Ruby sebelumnya bersusah payah meletakkan sendok besi pada matanya yang masih panas. Sepertinya, air mata Ruby memiliki stok yang berlebihan hingga tidak berhenti mengalir layaknya air terjun. Hari ini, ia akan bertemu Ratu di kediamannya. Dan Ruby tidak boleh berantakan di hadapan wanita nomor satu di kerajaan ini, "ah ... mulai sekarang harusnya aku mengurangi minum." Gumamnya meletakkan sendok di meja dan bersiap keluar. Gadis itu menghela nafas sebelum masuk ke kediaman Ratu diiringi rombongan pelayannya kemudian membungkuk hormat memberi salam. Pertama kali yang mereka lihat adalah kain berwarna ungu mencolok terpampang rapi di atas lantai. Sementara Ratu tengah duduk dengan anggun dan menatap lekat ke arah kain-kain yang disediakan oleh Madam Jessica, salah satu perancang kain terbaik di kerajaan ini. Semua yang ada di sana menunduk hingga Ratu kemudian berucap. "Aku ingin ulang tahunku kali ini didominasi dengan warna ungu. Ruby, bisakah kau menunjukk

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 32 (masih membencimu)

    Tidak. Bukan ini yang Theron inginkan. Kenyataan pahit yang ia dengar sendiri dari mulut Ruby membawanya kembali ke masa lalu. Apa ia salah membawa Zalina ke tempat ini hingga membuat posisi Ruby terancam. Seharusnya, ia memikirkan ini secara matang. Bukan berpikiran dangkal hingga mengacau.Namun, ini semua telah terjadi. Apa yang harus Theron lakukan? Kenapa semuanya begitu rumit? Perasaannya pada Zalina tidak semenggebu miliknya pada Ruby saat gadis itu meminta untuk pergi. Dia tidak rela. Dan bagaimana jika Zalina juga meminta demikian? "Kenapa ... kau terlalu pasrah? Aku memilihmu dan Zalina untuk sayembara ini karena ingin melihat siapa yang lebih pantas untuk menjadi Ratu berikutnya. Aku akan menyerahkan semua ini pada Ayah, Ibu, dan Menteri lainnya. Sayembara ini akan berjalan dengan adil. Memangnya apa yang kau pikirkan hingga berkata seperti itu?" Tentu saja ia pasrah karena Ruby yang sekarang adalah Ruby yang bodoh. Apa Theron akan mengharapkannya menang karena kepintar

  • Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke   Bab 31 (lalu apa maumu?)

    Percakapan mereka berjalan lancar. Ruby bisa melihat, Roseline terlahir dari keluarga yang hangat. Saat menceritakan orang tua serta adiknya yang kaku, matanya terlihat berbinar. Ruby pun turut merasakan, hingga rasa rindu pada keluarganya kembali mencuat. Bagaimana kabar mereka di sana? Sudah hampir empat bulan ia berada di dunia antah berantah ini. Bertahan hidup tanpa tahu alasan bagaimana ia bisa masuk ke tubuh ini. Sialnya nama mereka sama dan terlahir dengan kesengsaraan berbeda. "Putri ... putri!" Panggil Roseline menyadarkan Ruby dari lamunannya. Gadis itu berguman dan menyuruh Roseline melanjutkan ceritanya. "Apa Putri mendengarkan saya? Apa perkataan saya mengganggu Putri?" tanya Roseline khawatir. Takut Ruby tidak nyaman dengannya. "Tidak ... lanjutkan saja. Aku masih mendengarkan," kilah Ruby mengibaskan tangannya dan berucap. "Jadi apa yang terjadi padamu dan nona Zalina." Ruby beruntung. Ia tidak perlu membuang ludah untuk mencari informasi saat Roseline sendiri yan

DMCA.com Protection Status