Share

Bermain Siasat

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2025-01-06 13:23:25

Tiba-tiba pandangannya tertuju pada Bagus yang tengah memainkan ponsel. Mendadak muncul ide di benaknya.

“Gus, tolong ambilkan obatku di kamar,” ucap Wahda dengan memasang wajah memelas.

“Apa?” tanya Bagus. Bukan ia tidak mendengar dengan permintaan Wahda, tetapi mana mungkin ada obat Wahda di dalam kamar. Ia ingin bertanya lagi, tetapi ibunya menatapnya dengan wajah penuh tanya padanya.

“Mmm, baiklah,” ucap Bagus pasrah. Ia berdiri sambil membawa ponselnya.

"Gus, minjam ponselmu dong. Aku kehilangan no kontak teman. Semoga masih ada di ponselmu."

Bagus mengerutkan kening, menatap curiga. Wahda mengerling ke arah ibu mertuanya. Bagus mengiringi kerlingan mata Wahda, terlihat ibunya menatap penuh selidik.

"Gus, jangan katakan kamu mempunyai rahasia dengan istrimu sendiri?!” tuduh Rusma.

“Bukan begitu, tapi ….”  Bagus kebingungan hendak berucap apa. Ia tau, Wahda pasti mau melakukan sesuatu dengan ponselnya, meski ia t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Talak    Hati Ibu Mertua

    "Wahda, kenapa kamu di sini?" tanya Angel sambil masuk ke rumah. "Ini rumahku, suka-sukaku dong!" tukas Wahda. "Bukannya kalian sudah cerai?!" "Apa? Wahda dan Bagus bercerai?" Sontak Bagus dan Angel terkejut dengan kemunculan Rusma, sedang Wahda berjuang keras menahan senyum. Bagus bergegas mendekati ibunya. "Tidak, Bu. Ibu salah dengar." "Ibu tidak tuli, Gus. Dan lagi kenapa perempuan ini ada di sini? Jangan katakan, kalian cerai gara-gara perempuan ini!" tunjuk Rusma pada Angel. "Bukan beg …." "Iya, Bu," potong Wahda cepat. "Dan dugaan Ibu juga benar." Wahda menghela napasnya. "Karena Ibu sudah tahu bagaimana pernikahan kami, saya tidak perlu lagi pura-pura menjadi istri yang baik." "Wahda!" Bagus menggelengkan kepala dengan wajah memelas. Wahda mendekati Rusma. "Saya sudah tidak tinggal di sini lagi, Bu. Terima kasih atas gudeg dan perhatian Ibu Gudeg buatan Ibu memang selalu enak. Maafkan saya kalau ada salah sama Ibu selama menjadi istri Bagus selama ini." A

    Last Updated : 2025-01-07
  • Mendadak Talak    Sosok Arsa

    Wahda menghela napasnya. Ia ikut menyandarkan punggung di samping Arsa. Sesekali ia menoleh Arsa yang memejamkan mata. Baru kali ini, ia melihat sosok Arsa yang berbeda setelah ibunya meninggal.*** Sepanjang perjalanan Sanad sangat gusar. Tiba-tiba kenangan perjuangan ibunya dan kebersamaan mereka mengulang di memorinya. Ia bertanya pada diri sendiri, kapan memberikan kontribusi pada ibunya? Setelah kuliah ia ingin mandiri dengan membuka usaha sendiri. Tidak ingin masuk ke perusahaan ayahnya juga ibunya. Ia selalu puas dengan setiap pencapaian yang didapat, meski penghasilan tidak seberapa jika dibandingkan seandainya bekerja di perusahaan kedua orang tuanya. Namun, setelah mendengar ibunya terkena serangan jantung dan harus dilakukan operasi segera, tiba-tiba sesal memenuhi rongga dadanya. Saat mengambil keputusan ibunya dalam keadaan sehat-sehat saja. Tidak terpikirkan olehnya kalau suatu saat, kesempatan berbakti pada orang tua mungkin

    Last Updated : 2025-01-07
  • Mendadak Talak    Rumah Cicilan

    “Sepertinya ini warna kesukaan Wahda,” pancing Angel. Bagus mengangguk. Angel menahan diri untuk tidak tersenyum ejek. ***Dari kantor Arsa bergegas ke rumah sakit. Meski Sanad telah memberitahunya Fatima telah sadar, tetap saja ia ingin melihat secara langsung. Napas lega segera membanjiri begitu melihat Fatima duduk, minum dibantu oleh Teratai. Teratai menjauh setelah meletakkan gelas ke atas nakas, duduk di samping Evan yang sedang membaca buku ditemani Sanad. Setengah berlari Arsa mendekati Fatima. "Tante telah membuatku takut," ucapnya depan memasang wajah marah. Fatima tersenyum haru. Ia mengulurkan tangannya, tetapi Arsa malah memeluknya. "Kumohon, Tante harus sehat!" Fatima menghela napas,, lalu menepuk punggung pemuda itu. Teratai yang melihat itu menoleh ke arah Sanad yang juga memerhatikan mereka. Di banding Sanad, Arsa lebih terlihat hangat kepada Fatima. ***Wahda meno

    Last Updated : 2025-01-08
  • Mendadak Talak    Arsa dan Masa Lalu

    “Kalau Tante jodohkan dengan seorang perempuan yang Tante kenal, kamu juga tidak akan menolak kan?”Arsa tersentak. “Nggak begitu juga, Tante,” jawab Arsa sambil merengut. Fatima tertawa. “Sebentar, ya.” Teratai berdiri. “Ma, biar aku yang siapkan. Mama, duduklah!” Evan langsung memegang lengan Teratai. Dengan pelan Teratai melepas pegangan Evan. “Bentar ya. Mama mau ke dapur dulu.”“Tidak usah, Tera. Aku bisa ambil sendiri,” cegah Arsa. “Tak apa. Evan anak baik kok.” Teratai memberikan ciuman di ubun-ubun Evan, yang membuat anak itu pasrah. Teratai ke dapur. Tak lama keluar membawa sebuah nampan yang berisi nasi dan gangan waluh dalam sebuah mangkok. Ia kembali ke dapur mengambil lauk pauk lainnya. “Assalamu ‘alaikum.” Muncul Sanad dengan menenteng tas kerjanya.“Wa ‘alaikum salam,” jawab serentak. “Papa?” Evan turun dari kursinya. “Sudah datang?” tanya Fatima.Tiba-t

    Last Updated : 2025-01-08
  • Mendadak Talak    Paket

    “Tidak apa,” sahut Wahda cepat. “Oh iya, Arsa masih sering datang ke rumahmu?” Teratai mengangguk. “Tiap hari. Kamu tahu sendirilah, bagaimana Mama di hatinya, selain itu kadang memang urusan pekerjaan.” “Iya, aku tau,” jawab Wahda dengan menatap cemas. Kini tatapannya beralih ke toples yang berisi kuaci. “Paket!” Terdengar teriakan seorang laki-laki dari luar. Seketika mereka saling bersitatap. “Ada yang mesan barang?” tanya Teratai. Wahda dan Rania menggeleng. “Kak Wahda, ada paket atas nama Kakak.” Yanti, karyawan kafe Teratai muncul di balik pintu. Kening Wahda semakin mengerut. Namun, ia keluar saja untuk memastikan kebenarannya. Seketika matanya terpana. Sebuah boneka beruang warna ungu sebesar orang berdiri di depan pintu kafe. Sedang Rania ber-wah ria. Wahda mendekati boneka itu. “Dr, Wahda?” tanya kurir. Wahda mengangguk heran. Kurir menyerahkan selembar kertas. “Tanda tangan di sini, Kak.” Meski heran, Wahda tanda tangan saja. Setelah mengucapkan terima

    Last Updated : 2025-01-09
  • Mendadak Talak    Hadiah Arsa

    Dalam mobil, sepanjang perjalanan Teratai hanya diam. Keane berkali-kali memerhatikannya melalui kaca spion. Ia memahami perasaan Sanad yang selalu khawatir mengingat dulu Arsa ada hati padanya. Ia juga mencoba memenuhi keinginan Sanad untuk menjaga jarak dengan Arsa. Namun, malam ini mendadak ia jenuh dengan sikap posesif Sanad. Sebelumnya ia telah memberitahu akan merayakan ulang tahun Wahda, tetapi mengapa tetap saja bersikukuh menyuruhnya pulang? Padahal dirinya sendiri, mengaku sedang lembur di kantor. *** Angel tersenyum semringah ketika melihat Bagus datang ke ruang kerjanya dengan membawa boneka besar. “Ini untukku?” tanya Angel tanpa kuasa menahan senyum.Bagus mengangguk. “Boneka ini kukirim untuk ulang tahun Wahda, tetapi ia malah mengembalikannya," ucap Bagus dengan wajah kusut.Seketika senyum Angel hilang. “Aku pulang dulu!” Bagus menoleh ke arah komputer yang menyala. “Kamu juga

    Last Updated : 2025-01-09
  • Mendadak Talak    Tuntutan Keluarga

    “Arsa.”“Hmm?”“Jangan pergi ya.”Gerakan tangan Arsa terhenti. Wahda meluruskan badanya, menatap wajah pemilik tubuh jangkung itu dengan tengadah.“Kenapa?” tanya Wahda cemas. “Aku malah berencana mempercepat keberangkatan,” jawab Arsa pelan. Wahda termundur. Ia menggelengkan kepala dengan tetap menatap lurus. “Rencananya setelah Tante Fatima pulih. Aku akan pergi.”“Kenapa?”Arsa menghempas napasnya. “Kamu sudah tahu alasannya. Aku tidak bisa move on kalau terus-terusan di sini.”“Aku? Arsa, kamu tau kan kamu satu-satunya orang yang paling dekatku?”Arsa melangkah maju, ia mengusap kerudung yang membalut kepala Wahda. “Kamu pasti bisa. Lagi pula, di sini kamu tidak benar-benar sendiri. Masih ada ibumu, saudaramu meski mereka jauh, ada Teratai dan Adeena yang care padamu. Mereka akan selalu respect selama kamu mau membuka diri pada mereka.”Wahda menggeleng. Pandangannya

    Last Updated : 2025-01-10
  • Mendadak Talak    Kecemasan

    “Secepatnya. Jadi orang jangan seperti kacang lupa kulitnya. Ingat kamu sampai sekarang ini karena Ibu dan Kakak. Ibu sudah kau kirimi belum?”“Sudah,” jawab Bagus malas. Kembali ia memijat kedua pelipisnya setelah meletakkan ponsel. Kepalanya semakin mengusut jika mengingat berapa biaya yang selama ini ia tanggung? Dan berapa banyak pengorbanan Wahda untuk menopangnya? Ia sudah berusaha untuk tidak menjadi orang pelit, tentu saja sesuai dengan kemampuannya. Setiap gajian, ia selalu menyisihkan untuk rumah tangganya, tapi tidak tahu sebenarnya seberapa besar beban yang harus ditanggungnya. Mendadak ia sangat merindukan perempuan itu. *** “Ya … Hallo!” “Kak, Ibu pingsan!”Teratai tersentak. Arsa, July kekasih baru Arsa, Wahda, Rania, bahkan Angga di lain meja jadi mengalihkan perhatian padanya. “Apa?!”“Ibu tiba-tiba roboh dan pinngsan,” sahut Kembang dengan nada panik. “Terus

    Last Updated : 2025-01-10

Latest chapter

  • Mendadak Talak    Luka yang Tersisa

    “Wah, bolehkah aku meminta lagi padamu?”Wahda mengangkat alisnya, lalu mengangguk. “Saat ini, hanya kamu dan Nurul yang kukenal, dan kurasa kamu lebih mengenalku daripada Nurul. Karena itu ….”“Karena itu?”“Kau mau tetap menemaniku sampai aku pulih?”Wahda terdiam. Bukannya tidak mau, tapi bagaimana dengan Arsa? Laki-laki itu juga perlu perhatian. Kenyataannya ia hanya bisa mengangguk. Sebagai seorang dokter, tentu ia harus tetap mengutamakan pasien.Bagus tersenyum semringah. “Terima kasih ya.”“Makanlah, nanti buburnya dingin.”***

  • Mendadak Talak    Permintaan Bagus

    "Iya, aku mengerti. Begini saja, pindah rawatnya ke rumah sakit dia bekerja. Siapa tahu lalu lalang orang-orang di sana bisa membantu memulihkan ingatannya."Wahda tersenyum semringah."Benar juga.""Tapi mungkin kamu sedikit lebih capek, bolak balik dari satu rumah sakit ke rumah sakit itu."Wahda menghela napasnya. "Apa boleh buat. Terima kasih, Dokter. Semoga urusanmu di sana cepat selesai dan cepat balik ke sini.""Amiin. Terima kasih juga atas pengertiannya."***Wahda mendorong kursi roda yang diduduki Bagus menyusuri lorong rumah sakit."Selama

  • Mendadak Talak    Mengembalikan Ingatan

    Andre lagi berdecak mengejek. “Serius amat hidup Lo. Hebat.” Andre mengacungkan dua jempolnya. "Atau jangan-jangan punya mainan baru?!"Arsa hanya merespon dengan tersenyum nyengir."Wah, dari senyumnya mengerikan. Jangan katakan di sana mainan lo perempuan!"Andre teman seasrama dari Jakarta. Anak IT. Andre sering ngajak ke club mereka, yang akhirnya Arsa juga tergiur ikut bersama mereka. Hanya saja, sejak itu ia sudah berprinsip hanya sekadar mainan buatnya. Dari awal, ia hanya ingin mendedikasikan untuk Tante Fatima. Setelah pulang, ia pun melupakan segalanya. Meski sesekali teringat mainan di Amerika jika melihat Angga mengerjakan orderan di kafe Teratai.Ia tidak begitu peduli tentang IT di perusahaan karena sudah ada divisi yang menanganinya. Siap

  • Mendadak Talak    Permainan Arsa

    "Katakan, kau marah padaku?"Wahda menggeleng."Lalu?"Wahda kembali menghidupkan kompor. Ia mengambil spatula, lalu mengaduk masakan. Arsa terus berdiri di sampingnya."Aku cuma sedih, di saat kamu kesulitan aku tidak bisa ngapa-ngapain. Bahkan sekadar mengantar makanan saja juga buatan ibu. Aku iri dengan Cintia. Dia membantumu menyelesaikan masalah kantor, sedang aku? Bisaku cuma merengek."Arsa merengkuh badannya. "Aku tidak butuh itu. Aku hanya ingin kita saling mempercayai dan menjaga kepercayaan."Wahda merapatkan tubuhnya. Aroma parfum Arsa sedikit membuat hatinya terasa lega."Mungkin Cintia

  • Mendadak Talak    Kepercayaan Diri

    "Menurutmu apa dia masih mencintai Bagus?" Arsa tak kuasa menahan kegalauannya."Entahlah. Mungkin saja, mengingat hubungan mereka selama lima tahun, mungkinkah bisa hilang dengan hanya beberapa bulan?"Arsa semakin menunduk."Mengungkit ini, aku hanya bermaksud agar kau berupaya lebih keras lagi. Sangat disayangkan kalau hubungan kalian putus gara-gara ini.""Kenapa? Apakah kamu juga berpikir akan merusak hubungan kekeluargaan?"Teratai menggeleng. "Bukan itu maksudku. Mungkin kalian masih meragukan perasaan masing-masing. Namun, satu hal yang harus kalian tahu, kalian sudah seperti anggota tubuh satu badan. Kalian akan merasa sedih kalau satunya kesusahan. Mungkin emosional asmara kalian masih perlu dipertanyaka

  • Mendadak Talak    Keraguan

    Arsa memerhatikan jam di tangannya. “Sebentar lagi kami ada rapat penting. Aku minta tolong antar ke dalam ya.”Wahda mengangguk.“Terima kasih ya. Aku pergi dulu.”Arsa dan Cintia menjauh. Wahda menatap sedih punggung Arsa dan Cintia, lalu beralih pada tas yang berisi lunch Box buatan ibunya.***Arsa menghempas sebuah dokumen di depan manajer Doni. Sontak semua yang ada di situ terkejut. Dengan heran Doni membuka dokumen dan seketika matanya membesar.“Ini ….”“Jelaskan!” titah Arsa.&

  • Mendadak Talak    Potongan Masa Lalu

    Arsa tersentak. Tiba-tiba tangannya mengibas dokumen di atas meja sehingga berserakan di lantai. Napasnya memburu. “Maaf, Pak. Maafkan saya,” ucap Cintia dengan wajah menunduk.“Rapikan dokumen itu!” perintah Arsa dingin. Cintia segera memunguti dokumen-dokumen itu, lalu meletakkan di atas meja. “Taruh di sana,” tunjuk Arsa pada meja kerjanya. “Lalu keluarlah.”Cintia meletakkan dokumen ke atas meja, lalu melangkah keluar. Tiba-tiba di tengah pintu Arsa memanggilnya. “Cintia!”“Iya, Pak.”“Jam berapa rapat?”“Jam 19, Pak.”Arsa mengangguk. Lalu menyuruh keluar dengan isyarat. Sepeninggalan Cintia, Arsa menyandarkan punggung ke sofa dan menengadahkan kepala. Dari sini ia mengerti mengapa Sanad tidak mau bergabung dengan ibunya atau ke ayahnya. Ibunya juga tidak memaksa, meski sebagai seorang ibu tentu berharap dibantu oleh anaknya. Dirinya benar-benar pengecualian. Hubungan darah atau emosional dalam pekerjaan kadang membuat bertindak tidak profesional lagi.Mendadak ia juga ter

  • Mendadak Talak    Amnesia

    “Bagaimana keadaannya?” bisik Wahda pada Nurul Hadi.Nurul Hadi menggeleng. Bagus yang mendengar itu menatap Wahda. Tatapan Bagus seketika membuat mata Wahda membesar.“Kamu siapa?” tanya Bagus.Wahda menoleh ke Nurul Hadi. Nurul Hadi mengangguk. Wahda kembali bertanya ke dokter yang merawatnya.“Ingatanya masih berantakan.”“Cincin? Cincin mana?” ucap Bagus sambil menyentuh saku kemeja, lalu menoleh ke kiri dan ke kanan. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada jari Wahda.“Wahda?”Sontak mereka saling berpandangan satu sama lain.

  • Mendadak Talak    Rendah Diri

    “Hubungi perusahaan server, kita sewa dua unit server,” perintah Arsa. “Bapak tau betapa mahalnya sewa server?!” “Yang terpenting sekarang kepercayaan. Kalau sudah stabil baru kita pecahkan masalahnya.”“Baiklah!” *** Arsa menghenyakkan tubuhnya ke sofa. Hari yang sangat melelahkan. Jam promosi telah berakhir. Masalah sedikit teratasi, hanya saja perusahaan mengalami banyak kerugian. Ia memejamkan mata sambil meletakkan tangan ke dahi.Tok tok. Arsa membuka matanya.“Belum pulang?”Cintia menggeleng. “Semua orang kelelahan hari ini. Bapak pasti paling lelah. Bapak juga belum sejak siang tadi.”Cintia meletakkan dua bungkus nasi kotak ke atas meja. “Saya ambilkan kopi ya.”Arsa duduk. Ia menggeleng. “Air putih saja.*** “Nur, kapan kamu ke sini? Aku dari siang tadi belum pulang.” “Maaf. Malam ini kamu yang jaga ya. Aku capek sekali. Hari ini aku melakukan dua operasi. Aku harus istirahat, besok juga ada jadwal operasi pagi hari. Aku usahakan besok aku yang jaga Bagus, ya."W

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status