Setelah mobil melaju cukup lama, akhirnya Clara dan Dini tertidur kini tinggal Aldo, yang menemani Teguh, kali ini Teguh menjelaskan tempat demi tempat yang di lewatinya contoh seperti Gili Petir dan menceritakan sejarahnya dan kejadianya.Setelah beberapa jam perjalanan, mobil tiba di persimpangan iconic, Kecamatan Pulosari yaitu sebuah Tugu.“Do, kamu pakai jaket kamu, dulu.” Perintah Teguh, kepada Aldo karena mereka akan sampai.Aldo pun menurut dengan memakai jaketnya, kemudian mobil menepi di depan sebuah rumah di desa itu, merasakan mobil berhenti, Aldo pun bertanya“Sudah sampai?” tanya Aldo kepada Teguh.“Iya sudah sampai, itu rumahku, ayo bangunkan para wanita.” Jawab Teguh, sambil menunjuk ke arah rumahnya, dan Aldo melihat rumah yang sudah gelap.Aldo merasa sedikit merinding, karena begitu sepi, kemudian membangunkan Clara dan Dini.“Hei, ayo bangun, sudah sampai,” ucap Aldo, membangunkan dua wanita itu, setelah beberapa saat akhirnya mereka bangun dengan mengucek matanya.
Tak lama, kemudian Clara keluar sudah dalam keadaan rapi dan segar, dengan mengenakan setelan serba panjang kaos lengan panjang, dan celana panjang, Clara langsung mendekati dimana Teguh dan Dini masih berada di perapian.Teguh dan Dini, yang mendengar langkah kaki, lalu mereka menengok kearah itu dan benar saja, itu adalah Clara yang sudah bersih dan fresh, tetapi Clara berjalan sambil menggosok kedua telapak tanganya.“Bagaimana, Segar gak?” tanya Teguh, pada Clara. “Seger banget, Guh, walaupun lumayan dingin, ” jawab Clara, kemudian segera duduk di perapian itu juga.Mereka bersama, Teguh berinisiatif mengambil teh hangat untuk Clara. “Ini minumlah, pelan-pelan, ” pinta Teguh kepada Clara. Clara pun menurut, menerima teh itu dan meminum pelan-pelan, dan menikmati tegukan demi tegukan.Setelah itu keluar Mamanya Teguh, yang sudah bersiap akan pergi ke pasar, Clara yang melihat Mamanya Teguh dia penasaran akan kemana,.“Bu mau kemana?” tanya Clara pada Bu Tur. “Mau, ke pasar, ”
Setelah mereka memasuki villa dan menaruh bawaan mereka, Teguh, Clara Dini dan Aldo pun berkumpul diruang tamu membahas kegiatan mereka.Setelah ada beberapa perdebatan, mereka memilih makan siang dahulu. Menu yang kali ini mereka coba, sate kelinci, atas ajakan Teguh.Barulah, setelah itu mereka memutuskan untuk berenang, di kolam air panas diana.Mereka saling bercanda , dan juga Aldo mengajak Teguh untuk lomba renang, tapi Teguh hanya tersenyum tidak menanggapi Aldo.“Ayolah, sekali saja,” tantang Aldo pada Teguh.“Baik, jangan menyesal,” Teguh menyetujui tantangan Aldo.“Dari ujung, ke ujung ya ok,” tantang Aldo, yang menantang Teguh dari ujung kolam sampai keujung itu sekitar 15 meter.“Siap, ayok,” Teguh tanpa basa basi langsung menerimanya.Kemudian mereka berdua, sudah berada di ujung, kali ini Clara dan Dini yang menjadi jurinya.“Bersiap, 1,2,3 mulai.” Aba-aba dari Clara, menandai perlombaan dimulai.Terdengar suara jeburan di kolam, kemudian Teguh dan Aldo focus berenang ke
Setelah sampai di apartemen, mereka segera bersih-bersih dan setelah itu mereka tertidur karena perjalanan yang panjang.Sedangkan Naya, sudah menempati kamarnya, di sebelah kamar Clara, Naya lagi-lagi merasa kagum seperti mimpi rasanya, di bisa tidur di kasur yang berukuran king size, dan kamar yang sangat luas lengkap dengan balkon dan kamar mandi dalam, jadi dia ketika akan mandi tidak perlu repot repot untuk keluar dari kamar, setelah itu diapun mulai tertidur.Naya adalah keponakan Teguh, yang ikut ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikan. Sedangkan Brian dan Wicak, masih diruang tamu, mereka para orang tua masih berbincang dengan asik .Keesokan paginya, Teguh, sudah bangun pagi seperti biasa untuk beribadah terlebih dahulu baru kemudian mandi dan bersiap akan berangkat kuliah.Setelah sarapan, Teguh menuju ke baseman apartemenya, untuk mengambil mobil dan menjemput Clara dan Naya. Teguh, memanasi mobilnya sebentar lalu langsung menuju kerumah Clara, di tengah perjalanan tak l
Clara, masih diam tak bergerak, matanya berbinar melihat sosok laki-laki yang ada di depanya. Begitu juga dengan Naya, yang masih sedikut ading dengan Teguh. "Bagaimana, Nona, " ucap Pegawai, yang kembali menyadarkan Clara. Clara, bergegas berjalan menghampiri Teguh. "Teguhh, " sapa Clara, pada Teguh. "Iya ini aku, kamu kenapa, " jawab Teguh, dengan heran. Kemudian Clara, memegang wajah Teguh. "Pangeranku, tampan sekali, " ucap Clara, dengan penuh gembira. "Ini, mas Teguh?" kemudian Naya, juga ikut mengamati Teguh. "Kamu, sudah tidak kenal kakakmu?" tanya Teguh, pada Naya dengan senyum menggoda. "Alah pangkling, sekali mas," balas Naya. "Ya sudah, ayok pulang, " ajak Teguh, kepada mereka, tetapi mereka masih merasa terkejut, dengan perubahan Teguh, padahal hanya potong rambut dan kulit menjadi lebih cerah. Kemudian mereka keluar, dengan Clara menggandeng tangan Teguh. "Makasih ci, " tak lupa Clara, berterimakasih kepada pegawai itu. Mereka kemudian, setelah keluar masuk
Baru beberapa hari saja, hubungan Teguh dengan Clara, sudah mulai ter ekspos, seperti di hidup kita kekuatan netizen, tapi anehnya Pak Brian belum mengetahui hal ini.Kuliah mereka bertiga pun berjalan dengan lancar ,"Jujur sama kita, kamu sama Clara pacaran kan, " tanya teman Teguh, ketika jam pelajaran selesai. Teguh pun kelabakan, harus menjawab apa , Teguh terus diam memikirkanya. "Udah, angan ngelak lagi, " kali ini Kenan, ikut menimpali. "Ya, aku ngaku, aku sama Clara udah jadian, " jawab Teguh, karena tidak mungkin berbohong lagi. "Ha ... kapan, dimana?" kali ini Adam, sangat bersemangat. "Di Guci, waktu pulang kampung, " jawab Teguh, dengan jujur. "Hei, kamu pulang kampung, gak ngajak?" Teguh semakin di cecar teman-temanya. "Waktu itu, pulang ke rumah hanya mampir, sebenarnya ada tugas kerja, ke semarang, jadi pulangnya mampir, tapi pas waktu itu kebetulan Clara ikut," kemudian Teguh, menjelaskan kepada mereka.Setelah menjawab pertanyaan Teguh, pun mereka paham.Sete
Teguh, juga mengerutkan kenignya, karena nanti malam dia juga sudah berjanji, untuk mentlaktir teman-temanya.Mobil pun tiba di pintu masuk bandara, dan benar saja disana sudah ada Brian Clara dan Wicak, sedangkan Naya memilih tetap dirumah.Setibanya di sana, rombongan Teguh, menghampiri Brian, dan yang lain, dan disaat itu juga Teguh matanya berbinar melihat Clara, memakai setelan formal, walaupun sebelumnya sudah pernah melihat tetapi kali ini berbeda Clara berpenampilan sangat perfect seperti bos besar, dengan setelan formal tetapi masih sangat Anggun.Begitu juga dengan Clara, yang memperhatikan penampilan Teguh yang begitu berwibawa, kemudian mata mereka bertemu dan saling memandang beberapa saat, dan akhirnya sadar dengan sapaan Pak Brian."Kalian sudah datang, " sapa Brian kepada, rombongan Teguh. Seketika Teguh kembali tersadar. "Iya pak, maaf sudah lama menunggu, " balas Teguh segera. "Ah tidak, baru beberapa menit, " balas Brian. "Mari masuk, " ajak Teguh kepada semuan
"Teguh dimana, belum kelihatan, " kirim Burhan di pesan grup. "Sedang dalam perjalanan, " balas Teguh, kemudian kembali fokus menyetir mobilnya. Sekitar, satu jam kemudian, akhirnya mereka sampai di restoran yang di sepakati. Teguh, dan rombongan, keluar dari mobil dan masuk kedalam restoran bersama, setelah masuk Teguh mencari keberadaan teman-temanya.Kemudian mendengar, seseorang yang memanggilnya, "Teguh" lantas Teguh menoleh, ke arah sumber suara, dan melihat sudah ada Putri, Dini, Tomi, Rio , Aryo, Heru dan Burhan."Ayok, itu mereka. " Ajak Teguh, kepada Clara Putri dan Aldo Tania. Kemudian menghampiri mereka yang sudah menunggu Teguh."Maaf yah, nunggu lama, " sapa Teguh, kepada teman temanya."Santai saja, kami maklumi orang sibuk, " jawab Rio kemudian tertawa."Apa kabar, " kemudian mereka saling berjabat tangan, dan menanyakan kabar.Setelah itu, Teguh mengenalkan Clara dan Tania. " Kenalin, ini Clara dan Tania, " Teguh mengenalkan keduanya. Disatu sisi, Putri yang mel