Setengah jam kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Haris Kurniawan sudah memasuki Desa Pangsor, "Direktur, kita mau kemana?" Haris Kurniawan terbatuk berdeham beberapa kali dengan canggung, dia hanya mengetahui bahwa iparnya itu tinggal di Desa Pangsor. Tetapi, dia tidak tahu alamat lengkapnya, dia melupakan hal ini karena kedatangannya kemari yang begitu tiba-tiba. "Desa Pangsor tidaklah kecil, bagaimana cara agar aku bisa menemukan tempat tinggalnya?" Saat ini, Sansan Carell sedang berpikir apakah dia akan bertanya kepada Derris atau tidak. Namun tiba-tiba, kehadiran tiga orang wanita yang sedang berjalan di pinggir jalan membuat Sansan Carell terkejut, "Tunggu, hentikan mobilnya, kita mau kesini, inilah tujuan kita!" Haris Kurniawan langsung melaksanakan perintah direkturnya itu, dia memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Sansan Carell langsung membuka pintu mobil tersebut, sebelum turun, dia berkata kepada Haris Kurniawan, "Kamu tidak perlu turun, tun
Semua orang selain Yulinda langsung menatap ke arahnya, "Kamu siapa?" "Maaf, aku datang kemari untuk menemui adik iparku." Sansan Carell berkata dengan santai, sambil menunjuk ke arah Yulinda. Yulinda terkejut, dia mengangkat kepalanya dan menghadapkannya ke arah Sansan Carell, dia tidak bisa melihat, tetapi dia pernah mendengar suara Sansan Carell sebelumnya, "Ini kamu?" "Iya, ini aku." Sansan Carell menjawab pertanyaannya, "Adik ipar, bisa kita bicara sebentar?" Saat melihat hal ini, Tobi Wan merasa sangat kesal, "Kamu siapa? Siapa orang yang kamu panggil adik ipar itu? Sekarang dia adalah calon istriku, mengerti?" Sansan Carell menaikkan pandangannya, dia menatap Tobi Wan dengan tatapan tidak suka, "Seorang pria yang berani main tangan kepada wanita sepertimu berani melakukan kencan buta? Kamu seharusnya melajang seumur hidupmu!" "Sialan! Memangnya kalau aku main tangan kepada wanita, apa urusannya denganmu?" Tobi Wan memukul meja di depannya dan b
Setelahnya, di meja tersebut hanya tersisa Sansan Carell dan Yulinda. "Apa kamu berusaha untuk membujukku?" Yulinda terlebih dahulu membuka percakapan, "Aku tidak bisa memaafkan dia." Sansan Carell terdiam sejenak, kemudian tersenyum pahit dan berkata, "Adik ipar, apa kamu benar-benar tidak bisa memaafkan dia?" "Iya." Yulinda menjawab pertanyaannya dengan tegas. Sansan Carell berkata lagi, "Mengapa Adik ipar melakukan hal ini? Bukankah ini terlalu cepat?" "Kondisi mataku seperti ini, aku membutuhkan seseorang untuk menjagaku." Jawab Yulinda. Sansan Carell menggelengkan kepalanya, "Aku bisa mempercayai alasan itu. Tetapi, adik ipar tidak mencari seorang suami yang suka main tangan kepada istrinya bukan?" Mulut Yulinda tertutup rapat, dia tidak bisa mengatakan apa-apa. "Adik ipar, aku tahu kalau kamu sebenarnya tidak mau melakukan ini, dan sebenarnya kamu juga sudah memaafkan dia." "Tidak! Itu tidak benar!" Yulinda langsung menyangkalny
Yulinda duduk disana, tubuhnya terasa lemas, seakan-akan seluruh tenaganya langsung menghilang begitu saja, "Apa yang harus aku lakukan?" Suara berisik yang berasal dari orang-orang yang sedang mengobrol dan suara kendaraan yang melintas di pinggir jalan bercampur menjadi satu. Hal ini membuat Yulinda merasa bahwa dirinya terasingkan, dia merasa terbuang. Matanya yang tidak bisa melihat adalah hal yang paling ditakuti, bahkan meskipun dia bisa mendengar berbagai suara. Namun, hanya kegelapan yang bisa dia lihat, selamanya dunianya akan gelap seperti ini. Yulinda teringat dengan Derris, wanita itu menangis dalam diam, Derris adalah cahayanya. Namun, dia malah mengunci cahaya itu di luar dan tidak membiarkannya masuk. "Huhuhu..." Saat melihat Yulinda yang menangis tersedu-sedu seperti itu, Sansan Carell menggelengkan kepalanya dengan lemah. Sebelum berjalan keluar dari kedai teh tersebut, dia menghubungi Derris, lalu mengirimkan sebuah lokasi kepadanya.
Sansan Carell tidak ingin mengungkapkan identitasnya, dia berkata, "Tidak, bukan apa-apa, tetapi, bukankah hal yang kamu lakukan ini tidak benar?" Tobi Wan langsung terdiam, dia langsung memahami apa yang terjadi disini. Meskipun pria itu tidak mengungkapkan identitasnya, tetapi dia tahu bahwa orang yang memberinya cek dan juga dipanggil direktur ini pasti bukan orang sembarangan. "Maaf, maafkan aku, aku tidak tahu bahwa mobil ini adalah mobil Anda, aku tidak akan meminta ganti rugi." Haris Kurniawan mendengus, dia benar-benar merasa lega, "Mengapa sekarang kamu tidak menginginkannya? Bukankah tadi kamu teriak-teriak meminta ganti rugi, memaksaku untuk membayar sebesar 100 juta?" "Apa? Hahaha… Sekarang ini harga mobilmu mencapai 100 juta? Cuih! Bahkan jika kamu memberiku uang sebanyak itu, aku tidak akan menerimanya!" Tobi Wan hanya bisa tertawa dengan canggung, dia ingin melarikan diri dari masalah ini. Sansan Carell menatap Tobi Wan dengan santai, setel
"Pergi ke RS Kyoto." Begitu berada di dalam mobilnya, Sansan Carell mengatakan ini. Setibanya disana, Sansan Carell langsung pergi ke gedung paviliun, dia ingin menemui Matt Busby karena ada urusan dengannya. Saat sedang berjalan ke lantai bawah, dia bertemu dengan Putri. "Sansan…" Saat melihat Sansan Carell, Putri sangat senang, dia langsung berlari menghampirinya. Sansan Carell menaikkan pandangannya, lalu tersenyum kepadanya, "Lama tidak bertemu!" Putri mendengus, "Mengapa kamu kemari? Ingin menemui seseorang?" "Iya, dimana Matt Busby?" Sansan Carell bertanya kepadanya. "Aku tidak tahu." Putri menggelengkan kepalanya, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di rumah sakit yang ada di depan, jadi dia tidak mengetahui jawaban atas pertanyaan yang pria itu berikan. "Kalau begitu lanjutkan pekerjaanmu saja, aku akan bertanya pada yang lainnya." Setelah mengatakan ini, Sansan Carell langsung melanjutkan langkahnya, namun Putri tidak mengindahkan
Matt Busby berkata, "Tetua Dong adalah orang berhubungan dengan 4 keluarga yang paling ternama dan juga Aliansi Bisnis kota Helix, 2 dari 4 keluarga tersebut, mendapat dukungan dari Tetua Dong." Setelah perkataan ini terlontar, Sansan Carell mengerutkan keningnya, "Sepertinya dia memang benar-benar orang yang tidak mudah untuk diprovokasi." Sebelumnya Sansan Carell mengira bahwa 4 keluarga yang paling ternama di kota Helix dan Aliansi Bisnis kota Helix adalah orang-orang yang paling kuat. Dia tidak menyangka bahwa ternyata masih ada orang yang tingkatannya berada di atas mereka semua. Dia sangat terkejut! Untuk saat ini, dia masih belum bisa menyentuh dengan orang-orang itu. Sansan Carell tidak boleh membuat dirinya berada dalam masalah besar. Kemudian, Sansan Carell memutuskan untuk pergi dari RS Kyoto. Setelah berjalan keluar dari RS Kyoto, Sansan Carell langsung menaiki mobilnya untuk kembali ke rumahnya. — Keesokan paginya, Sansan Carell sekali l
Secara tidak langsung dia mengancam Henda Albar melalui Yunita Siregar, Henda Albar mengutus orang lain, membawa Perserikatan Dagang Kota Helix untuk melindungi Sansan Carell. Jika sekarang ada yang berani melakukan sesuatu pada Sansan Carell, maka itu berarti ingin melawan Perserikatan Dagang Kota Helix. Keberadaan Perserikatan Dagang Kota Helix bahkan empat keluarga besar juga tidak berani mengganggunya. Tentu saja, tidak akan ada yang berani melakukan sesuatu terhadap Sansan Carell, semua ini sungguh berkat Yunita Siregar. Sansan Carell berpikir, "Sebaiknya, aku mengajak Yunita untuk makan, sebut saja ini ucapan terima kasihku!" Berpikir sampai di sini, Sansan Carell segera berdiri, berencana pergi mengajak Yunita Siregar makan siang, sekalian menelepon Soraya Lindsay untuk memberitahu dia, bahwa besok bisa pergi bekerja di Lifestyle Gold. Posisinya sebagai Pemimpin perusahaan, pada saat yang sama juga mengirimi dia salinan informasi perusahaan Lifestyle Gold.
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat