Ketika sampai di rumah Tasya Lindsay, Sansan Carell menjemput Soraya Lindsay. Kali ini Wardani mengganti restoran yang sedikit lebih mewah dan keempatnya menyantap makanan mewah bersama-sama. Di meja makan, Maria Selena sedikit lebih hidup dari sebelumnya dan suasana saat mereka bersama sangat baik. Mereka semua sama-sama menikmati makanan tersebut dan ketika berpisah Wardani secara khusus meminta mereka untuk datang lebih awal. Ketika Wardani mengantar Maria Selena pulang, Maria Selena memohon padanya, "Aku tidak ingin pulang." "Kamu ingin kemana?" Wardani bertanya, "Aku akan mengantarmu ke sana." "Pergi ke rumahmu." Maria Selena menoleh untuk melihat Wardani. Wardani terkejut, wajahnya memerah, "Rumahku tidak bagus." "Tidak, aku ingin pergi ke rumahmu." Maria Selena bersenandung, "Kalau tidak, aku akan tidur di jalan malam ini." Wardani tidak punya pilihan selain menyetujui dengan wajahnya yang tersipu. --- Sore hari berikut
Sansan Carell dan yang lainnya turun dari mobil dan semua orang mengira Sansan Carell adalah mempelai laki-laki. Tapi mereka tidak memperhatikan kalau di dada Sansan Carell tidak tersemat bunga. "Mempelai laki-laki ini boleh juga!" "Dia anak orang kaya dari keluarga mana?" "Hei, kenapa sepertinya aku merasa tidak asing?" "Ini bukannya Direktur Utama Grup Hour? Aku masih ingat di perayaan hari ulang tahun Grup Hour beberapa hari lalu, aku melihatnya dari luar hotel." "Tidak heran pengaturannya begitu mewah!" "Tapi seingatku Direktur Utama Grup Hour sudah memiliki istri." "Hah? Yang benar?" Sorot mata semua orang yang melihat berubah dan mereka semua mengira Sansan Carell adalah orang yang tidak setia. Sebelum mereka mengatakan apapun, mobil pengantin yang ditumpangi Wardani sudah tiba di belakang. Wardani segera turun dari mobil. Wardani mengenakan jas, sepatu kulit yang dibeli hari itu dan jam tangan Rolex yang diberika
Hotel Kota Ryuu. Semua tamu dari pihak pengantin pria dan wanita sudah tiba di hotel dan pembawa acara juga sudah siap. Tepat pada pukul dua belas siang. Seiring dengan alunan musik yang terdengar, pembawa acara naik ke panggung untuk memimpin dan menyaksikan pernikahan tersebut. Setelah pukul tiga sore, acara pernikahan sudah berakhir. Hampir semua tamu sudah diantar pulang dan hanya menyisakan para kerabat dekat. "Hari ini, maaf aku sudah merepotkan kalian." Wardani berkata sambil tersenyum. Sansan Carell melambaikan tangannya, "Tidak merepotkan, tapi kalian..." "Kami apa?" Wardani bingung. Sansan Carell mengedipkan alisnya, "Malam ini akan bekerja keras!" Wardani langsung mengerti dan langsung tersipu malu. Sansan Carell tersenyum, "Cepatlah kalian pulang! Setiap menit di malam pertama sangat berharga!" Kemudian sebelum Maria Selena meledak, Sansan Carell membawa Soraya Lindsay pergi dari hotel. — Sansan Carell
Belasan orang itu melihat ini, langsung mengangkat tongkat yang ada di tangan mereka dan bertarung dengan Hyorin dan Matt Busby. Kekuatan Hyorin dan Matt Busby tidak perlu dikatakan lagi. Hanya dengan satu atau dua gerakan sudah berhasil menangani satu orang. Sansan Carell merasa gatal melihatnya. Setelah sekian lama belajar dengan Hyorin, dia ingin melihat hasil belajarnya seperti apa. Jadi Sansan Carell berlari beberapa langkah dan bertarung dengan orang yang paling dekat dengannya. Pihak lawan menggunakan tongkat memukul kepala Sansan Carell, tapi Sansan Carell mengangkat tangan untuk menahannya dan tangan lainnya yang terkepal memukul perut lawan. Dan dengan memanfaatkan tongkat tadi, dia memutar badan dan menendang selangkangannya. Tentu saja harus mencari titik fatal lawan untuk menyerang. "Arrggghhh!" Pria itu berteriak sambil memegangi selangkangannya, wajahnya berubah karena kesakitan. Pada saat ini di belakang Sansan Carell ada seseorang yang mel
Matt Busby sebenarnya bisa menolong Sansan Carell, tapi dia ditahan Bentley Bimantara. Pisau Matt Busby bertabrakan dengan pisau Bentley Bimantara, kemudian tanpa mempedulikan apapun berlari ke arah Fikri Haikal. Fikri Haikal segera merasakan angin kencang di belakangnya dan menghindar. Matt Busby tahu kalau tangannya beracun, sehingga dia menggunakan parangnya untuk menepis. Tapi karena tenaga Fikri Haikal yang begitu kuat, dia terpukul mundur beberapa langkah. Justru karena waktu yang singkat ini, Sansan Carell memiliki ruang untuk bernapas dan berguling menjauh dari Fikri Haikal. Pada saat bersamaan dia mencapai jangkauan perlindungan Hyorin. Tapi Bentley Bimantara sekali lagi menahan Matt Busby, dan Fikri Haikal melawan Hyorin lagi. Sansan Carell sedikit terengah-engah, sambil menahan sakit dia mengambil ponsel. Dia ingin menelepon Wardani karena kekuatan Wardani sangat kuat dan dia sudah pernah melihatnya ketika di kampung halaman. Tapi hari ini adala
Sebenarnya, dalam hatinya merasa khawatir. Wardani sangat kuat dan dia tidak bisa melawannya. Jika Wardani benar-benar datang, dia tidak akan bisa membunuh Sansan Carell. Tapi sesaat dia tersadar seketika, "Kamu bohong! Kamu sama sekali tidak memiliki waktu untuk menelepon. Lagipula kalau Wardani datang, memangnya kamu akan mengatakan sebelumnya?" Kemudian dia tidak mengucapkan apapun lagi dan melesat ke arah Sansan Carell lagi. "Brengsek!" Sansan Carell terkejut. Hyorin segera berdiri di depan Sansan Carell dan menerima pukulan Fikri Haikal yang menggunakan segenap kekuatannya sampai terpental beberapa meter. Sansan Carell melirik Hyorin dengan cemas dan dengan cepat menghindar. Namun Fikri Haikal menjadi semakin beringas. "BUGH!" Dalam beberapa langkah, ia berhasil menangkap Sansan Carell lalu menendangnya. "Argh!" Sansan Carell memuntahkan darah. Fikri Haikal perlahan-lahan mendekati Sansan Carell sambil mengangkat tangannya yang berac
Matt Busby berhenti sejenak dan berdiri di seberang Bentley Bimantara. Ketika Bentley Bimantara melihat ekspresi Matt Busby, dia sudah tahu kalau ucapannya benar, "Apakah kamu ingin mengetahui keberadaan Devi Aldiva?" "Apa yang ingin kamu katakan?" Matt Busby mengepalkan tinjunya. Bentley Bimantara berkata dengan acuh tak acuh, "Bagaimana kalau mengobrol denganku?" Matt Busby tidak menjawab dan tenggelam dalam pikirannya sendiri. — Saat itu Sansan Carell membawa mereka mengejar Fikri Haikal. Dalam perjalanan, dia turun lebih dulu dan bertarung dengan Ifa Celia, dan Silvia Pantura. Kemudian dia membunuh mereka dengan memanfaatkan kegelapan malam, tapi dirinya juga terluka, pada saat itulah Tetua Dong muncul. "Aku akan membawamu, aku akan mengobati lukamu dulu." Tetua Dong tidak berkata lebih banyak lagi dan langsung membantunya pergi. Kemudian selama masa pemulihan, Tetua Dong hanya memberitahunya kalau Devi Aldiva mungkin masih hidu
Sansan Carell mengangguk. Wardani melesat dengan cepat seperti angin yang bertiup, membuat Luan Santana dan Fikri Haikal menjadi waspada pada saat bersamaan. Terutama Fikri Haikal yang pernah bertarung melawan Wardani dan betapa hebatnya Wardani. — Di sisi lain Hyorin dan Bentley Bimantara juga menghentikan pertarungan mereka. Ini adalah pertama kalinya Bentley Bimantara melihat Wardani beraksi dan sedikit terkejut melihat kemampuan Wardani. Sekarang situasinya sudah terbalik. Dengan tambahan Wardani dan Luan Santana, walaupun tanpa Matt Busby, mereka tetap akan menang. Sansan Carell tidak perlu khawatir lagi. Fikri Haikal juga mengetahuinya, jadi dia memutuskan untuk mundur. Sansan Carell berjuang untuk berdiri, "Bunuh dia!" Sedangkan Fikri Haikal tidak mungkin akan pergi jika memiliki keyakinan. Siapapun tidak ada yang bisa menjamin, kapan dia akan muncul lagi. Cara teraman adalah membunuhnya sekarang untuk menghindari munculnya masalah di ma
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat