"Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Soraya kaget.
Sans dengan cepat berbicara, "Ketika aku sedang membeli mobil sport untukmu, aku kebetulan bertemu dengannya. Aku menyuruh Maria untuk membungkam mulutnya, agar aku bisa memberimu sebuah kejutan," ucap Sans.
Soraya yang tau akan semua ini hanya menatap dengan dingin, "Baiklah!" ucapnya sambil melirik ke arah Maria.
Maria hanya tersenyum menyeringai sambil mengedipkan matanya berulang kali.
"Sudahlah, bagaimana jika kita melihat Villanya?" ucap Sans.
Maria akhirnya menarik tangan Soraya, "Ayo kita lihat bersama!" ucapnya. Merekapun akhirnya pergi berdua dan meninggalkan Sans yang sedang berjalan.
Sans hanya tersenyum melihatnya, kemudian ia menelpon ayahnya, "Aku sudah menerima hadiahnya, terima kasih ba
Soraya kembali tersadar dalam pelukan Sans, "Maaf, aku sangat menyukai hadiah ulang tahun hari ini," ucapnya dengan perasaan bahagia. Sans telah melakukan semuanya dengan benar. Hari ini adalah hari ulang tahun paling menyenangkan dan paling spesial yang pernah terjadi dalam hidupnya. Sans merasa sangat puas dengan kejadian hari ini, tidak sia-sia ia menyiapkan semua hadiah ini. ------- Sebuah cafe di tengah kota. Didalam cafe itu terdapat dua orang laki-laki sedang berbincang. Satu menggunakan stelan jas rapih, menunjukan wajah yang tampan. Dan satu orang lagi terlihat seperti preman jalanan, jaket compang camping dengan tempelan berbagai stiker di jaketnya. "Ini targetnya, kamu akan mendapat 50 juta begitu menghabisinya," ucap pria itu sambil memperlihatkan foto targetnya. &
Sore hari, Sans pergi mengendarai mobilnya pulang ke rumah. Setelah sampai dirumah, ia melihat istrinya memakai baju kimono. Ia melihat lekuk tubuh istrinya dengan begitu jelas. Badannya yang ramping dan seksi begitu menggoda. "Soraya ... " ucap Sans tanpa sadar menelan air liurnya. Wajah soraya tampak tidak senang, "Sans, kau sudah pulang. Ayah dan Ibu sekarang ikut tinggal di Villa," ucap Soraya. Sans duduk di sofa, "Bagus jika mereka sudah pindah, keluarga kita menjadi lebih lengkap jika bersama," jawab Sans. Soraya mendengus kesal, "Tapi aku tidak ingin tinggal bersama dengan mereka," ucap Soraya. Sans paham apa yang dibicarakan istrinya, Soraya hanya ingin tinggal berdua bersamanya. Mungkin untuk saat ini itu mustahil bisa terjadi. Soraya tidak
"Bukankah ayah dan ibu sudah berada di sini? Apakah ini kunci cadangan? Ada apa ini?" tanya Soraya sedikit terkejut. Sans tersenyum sambil berkata, "Nanti kamu akan tahu!" Soraya menatap suaminya dengan bingung sambil terus mengikutinya menuju mansion. Tapi jalan menuju mansion ini berbeda dengan yang sebelumnya. Jantung Soraya tiba-tiba berdetak dengan cepat, otaknya mendadak traveling ke segala arah. Sesampainya di depan mansion, Sans berkata, "Istriku, mansion itu kuberikan sebagai hadiah untuk ayah dan ibu. Tapi mansion yang ini, hari ini aku akan memberikannya untukmu!" Setelah mengatakan itu dia langsung memberikan kunci mansion kepada Soraya. Begitu menerima kunci itu, Soraya tercengang. Setelah beberapa saat dia baru tersadar lalu berkata, "Kamu ..." Sans kemudian tersenyum sa
Di sebuah ruang pribadi di Bar itu, Wans menatap Nalian di hadapannya sambil berkata, "Bantu aku menghabisi seseorang." "Siapa?" Nalian bertanya sambil menengguk segelas bir. Wans lalu memberikan sebuah foto kepadanya. Nalian menatapnya sekilas lalu bertanya, "Apakah aku harus membunuhnya?" "Tidak perlu, buatlah kedua tangan dan kakinya menjadi cacat," ucap Wans dengan penuh amarah. "Kalau begitu berapa bayaran yang akan Tuan Wans berikan?" tanya Nalian. Kemudian ia meneguk kembali bir itu. "50 juta!" jawab Wans. Preman itu tersenyum sinis, "Tuan Wans, ini bukanlah masalah kecil, jika tidak berhati-hati, saudara-saudaraku bisa masuk penjara!" "70 juta!" ucap Wans sedikit kesal.
Sans kembali berbicara, "Hubungi dia, kita menyetujui kontraknya, tapi ganti jumlahnya menjadi 2 miliar, dan aku menginginkan 60% saham mereka." Linda begitu terkejut mendengarnya, "Direktur, apa kau serius?" Sans mengangkat alisnya sebelah dan berkata,, "Kenapa? Apakah kamu tidak mendengarnya dengan jelas?" Linda hanya menatap Direkturnya dengan ragu, kemudian ia mengeluarkan pendapatnya, "Direktur, 2 miliar bukan jumlah yang kecil, tidak apa-apa jika kita hanya berinvestasi di industri Lindsay. Tapi sekarang, perusahaan mereka itu akan segera bangkrut, jika kita berinvestasi sebanyak 2 miliar sama saja seperti ikut melompat ke air yang keruh. Jika begini, Tuan hanya akan membuat kita bangkrut." "Apakah Direktur melakukan hal ini karena wanita itu? Bagaimanapun juga dia hanyalah seorang wanita! Grup Hour tidak bisa ja
Semua orang langsung menatap kedatangannya dan menyambutnya. Hanya Steve Jobs saja yang tidak menyapanya. Begitu melihat Sans datang, Hiden Louis langsung menyuruhnya duduk di sampingnya. "Hiden, kamu benar-benar rendah hati ya! Mendirikan perusahaan tapi tidak mengatakannya pada saudaramu ini." Setelah Sans berbicara itu, semua orang langsung terdiam. Hiden Louis juga terdiam, lalu segera berkata, "Omong kosong apa yang kamu katakan?" Sans mencolek tangan Hiden Louis, "Jangan terlalu naif, mendirikan perusahaan adalah hal yang sangat istimewa. Tapi kamu malah malu, mengapa kamu menyembunyikannya?" Setelah mendapat isyarat dari Sans, Hiden Louis langsung mengerti maksudnya, lalu dengan canggung tertawa. Dalam sekejap semua orang terdiam. &nbs
Semua orang terkejut dan satu demi satu orang mulai berdiri. Mereka membuka pintu ruangan itu dan segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Hiden Louis dan Sans juga ikut keluar. Di luar orang-orang sudah berkerumun, terdengar suara pecahan gelas dan bantingan meja, dan suara keributan. Ternyata, ada yang sedang mencari seseorang, karena tidak menemukannya mereka langsung ingin pergi. Tapi saat mereka baru saja berjalan, ada orang yang dengan sengaja menabrak mereka, dan mulailah terjadi pertengkaran. Barang-barang di sekeliling mereka di banting ke lantai. Tidak lama kemudian, keluarlah Nalian, dia tersenyum sambil meminta maaf lalu berkata, "Aku benar-benar minta maaf, sangat meminta maaf pada kalian." "Bukankah itu, Kak Nalian? Orang itu, apakah sama dengan pikiranku?" "Itu benar-benar orang yang kamu pikirkan,
Terlihat seorang pria jangkung dengan tinggi sekitar 1.9 meter berdiri di depan Sans seperti tembok yang kokoh. Sans terlihat tenang dari tadi karena keberadaan Hyorin. Jika bukan karena Hyorin, dia pasti sudah pingsan karena rasa takut. Nalian menatap orang yang sudah menjatuhkan saudaranya, lalu berkata, "Siapakah nama saudara ini?" "Aku? Hei Bro, Hyorin." Hyorin menjawab dengan tatapan membunuh. Nalian sedikit ragu, dia sama sekali tidak pernah mendengar nama Hyorin itu di sini. Tapi aura orang ini, dengan sekali lihat saja orang bisa langsung tahu, jika dia adalah orang yang sudah biasa bertarung. Sungguh, sangat mengerikan jika harus melakukan pertarungan dengan orang ini! "Saudaraku, kita di sini untuk menyelesaikan urusan pribadi. Apa yang kau inginkan? Jangan ganggu kami." Hyo
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat