“Hanya demi membuat Sansan Carell mempercayaiku sepenuhnya, lalu harus mempertaruhkan Grup Lou, apa kamu tidak menyayangkannya?”
Lou Zheng terkekeh, tatapannya penuh dengan hinaan, “Tidak! Karena aku sama sekali tidak mengindahkan Grup Lou! Bahkan aku diusir dari Keluarga Grup Lou!"
“Kakak keduaku itu sangat sombong, takut aku akan merebut aset keluarga dengannya dan berusaha keras untuk membuat ayahku mengusirku dari Grup Lou, menjebakku sekali demi sekali, bajingan!”
Hiden Louis merinding secara tak sadar, “Kalau begitu kamu tidak punya perasaan kasihan sedikitpun terhadap kakak keduamu?”
“Perasaan? Fck bitch dengan perasaan itu! Jika dia menganggapku sebagai keluarga, seharusnya ia tidak serakah dan berpikir untuk menelan Grup Lou. Ia saja tidak berperasaan, kenapa aku harus berperasaan?” Mata Lou Zheng penuh dengan kebencian dan amarah
&nbs
Kakek Lindsay pergi ke Grup Fraud untuk mencari Direktur Hiden Louis, untuk membahas perihal akuisisi. Sementara Hiden Louis memandang Kakek Lindsay dengan senyuman tipis, “Aku dan Sansan Carell adalah teman sekelas dan juga sahabat, tanpa dia, tidak akan ada aku diposisi ini.” Kini Kakek Lindsay baru menyadari betapa bodohnya keputusan yang dia buat sebelumnya. Tapi semua ini sudah terlambat. Kakek Lindsay tidak akan rela jika membiarkan Grup Lindsay terlantar dan hancur begitu saja. Jadi dia menurunkan harga dirinya sekali lagi dan membawa atasan besar Grup Lindsay datang ke Grup Hour. Dia berpikir, mau bagaimanapun juga Sansan Carell adalah suami Soraya Lindsay, dan mereka masih memiliki hubungan. Ia menurunkan harga dirinya dan memohon kepada Sansan Carell. Harusnya ada kemungkinan untuk mengembalikan keadaan.
Jika Sansan Carell bukan Direkter Grup Hour, maka dia akan terus pilih kasih. Dan sekarang, ia datang kesini lagi hanya berbicara demi Soraya Lindsay. Ini memang sangat keterlaluan. Sansan Carell mencibir, “Sebelumnya saya sudah katakan padamy, Grup Lindsay sudah berakhir. Saya tidak akan memberi kesempatan apapun lagi kepada Grup Lindsay.” Mendengar itu, Kakek Lindsay seketika tercengang lalu ia segera tersenyum pahit. Memang benar, sejak saat Soraya Lindsay pingsan didalam ruang pertemuan Grup Lindsay. Sansan Carell tidak akan memberi kesempatan apapun lagi kepada Grup Lindsay. Alasan Sansan Carell mengundangnya masuk juga hanya karena menghormatinya sebagai orang tua. Jika tidak, bahkan wajah Sansan Carell pun tak bisa dijumpainya hari ini. Kini adegan seperti ini semua karna ulah mereka sendiri. Kakek Lindsay berdiri dengan tubuh gemetar, &l
Apakah Matt Busby? Kenapa dia harus berbuat begitu? Sansan Carell menarik nafas dalam-dalam, tidak memikirkannya lagi, lalu menyimpan ponselnya dan membuka kotak besar itu. “Matt Busby!” Benar, orang didalam kotak itu adalah Matt Busby. Sementara dia diikat, mulutnya juga dilakban, dan sebuah kotak hitam diposisikan ditengah perutnya. Ia sedang menatap Sansan Carell dan teriak "Hmph … Hmph " Sansan Carell segera maju selangkah, melepas lakban di mulutnya dan bertanya, “Apa yang terjadi?” Matt Busby mengambil beberapa nafas dan menjawab, “Sepertinya, kita dijebak sessorang.” Pembunuh juga bisa dijebak oleh orang lain? “Mana orangnya?” Tanya Sansan Carell. Matt Busby menggelengkan kepalanya, “Lepaskan aku dulu.” &n
“Pilihlah, mau bermain game, atau melarikan diri? Tetapi jika kamu ingin melarikan diri, kamu hanya punya sedikit waktu lagi.” “Katakan.” Sansan Carell menatap layar dengan serius. Orang bertopeng itu tersenyum dan berkata, “Ada lima belas bola di dalam kotak, total ada tiga warna. Warna merah tidak kurang dari dua, hijau tidak kurang dari tiga, dan kuning tidak kurang dari empat. Pertanyaannya adalah bola berwarna apa yang paling banyak?” "Pertanyaan apa ini? Siapa yang akan tahu ini sialan?" Jawab Sansan Carell dengan kesal. Setelah Sansan Carell terdiam beberapa saat, dia berbalik untuk membuka kotak di tubuh Matt Busby. Dan menemukan bahwa memang ada dua kabel di dalamnya, satu merah dan satu hijau. Adegan seperti ini sangat mirip dengan film, bom berbatas waktu harus dipotong satu kabel agar berhenti. Kedengarannya di dalam film memang seru, tapi b
Terdengar sebuah suara DUGH DUGH. Namun, pintunya tidak terbuka sama sekali. Orang bertopeng itu tertawa, “Hahaha … Kalian menunggu untuk mati dengan tenang saja! Karena dari awal, aku tidak pernah berpikir untuk membiarkan kalian keluar secara hidup-hidup!” Sansan Carell melihat ke layar, orang bertopeng itu sedang menantikan untuk melihat adegan ledakan keduanya, dan hatinya lebih panik lagi. Setelah berpikir sejenak, Sansan Carell tiba-tiba teringat ketika dia memasuki pintu barusan. Ia menemukan sebuah lubang di sebelah kanannya. Sansan Carell berjalan kesana untuk melihatnya, memang benar lalu mengetuknya dengan tangan dan terdengar suara TUNG TUNG. "Hei, ini berongga!” Sansan Carell memandang Matt Busby, “Dobrak di sini!” Tersisa waktu sekitar 1 menit. Matt Busby m
Kemudian, orang yang berada dalam mobil membuka jendela mobilnya. Lalu mengulurkan tangannya, terlihat ia memegang pistol hitam dan membidiknya ke arah Sansan Carell. Ketika Sansan Carell melihatnya, dia langsung berteriak. "Itu adalah pistol, pistol sungguhan, pistol itu bisa membunuh orang!" “Dorrr!” Terdengar suara tembakan. Pistol itu menembak ke arah pintu mobil Sansan Carell. Sansan Carell menarik napas dalam-dalam, seandainya saja jika bukan karena Matt Busby membanting setir ke pinggir, mungkin sekarang kepalanya sudah tertembak oleh peluru itu. Matt Busby mengerutkan kening, ia menarik setir dan berkata, “Ganti posisi.” Sansan Carell tidak banyak bicara dengannya, dan keduanya langsung berganti tempat duduk. Setelah Matt Busby duduk, ia menyetir dan menginjak pedal gas, mobil itu langsung
Kejadian berikutnya, Sansan Carell juga sudah tahu. Sansan Carell mendengus dan dengan waspada berkat, “Hari ini kamu tidak akan membunuhku, kan?” Matt Busby melirik Sansan Carell. Sekarang dia tidak punya energi, jika dia ingin membunuh Sansan Carell itu agak sulit. Sansan Carell melihat pisau tajam yang ada di tubuh Matt Busby, dia diam-diam menelan ludah, dan berkata, “Kalau begitu aku akan menelepon Hyorin.” Matt Busby tidak menanggapi. Sansan Carell langsung mengeluarkan ponselnya dan menelepon Hyorin, “Diseberang Bar Zipper.” Setelah berbicara, Sansan Carell menutup telepon. Sansan Carell mengemudikan mobil ke Bar Zipper, tetapi masih butuh setengah jam untuk sampai disana, jadi Sansan Carell dengan ragu-ragu bertanya, “Kenapa kamu bisa menjadi seorang pembunuh?”
Karena rumah Matt Busby dan Sansan Carell tidak searah, jadi Matt Busby pulang lebih dulu. Lalu ketika Sansan Carell dan Hyorin juga hendak pulang. Didepan mereka muncul seorang wanita dengan rambut bergelombang yang mengenakan gaun merah dengan atasan sebahu. Wanita itu menunduk dan berjalan dengan terhuyung-huyung. Awalnya Sansan Carell tidak melihatnya, tetapi wanita itu langsung terjatuh ke pelukan Sansan Carell. “Eh ...” Sekujur tubuh wanita itu bau alkohol, dan Sansan Carell memapahnya dengan sekuat tenaga, “Dia sedang mabuk!” “Apa kamu baik-baik saja? Apa boleh tahu sekarang ada di mana?” Wanita itu menggumamkan beberapa kata, suaranya sangat kecil sehingga Sansan Carell tidak mendengarnya dengan jelas. Bagaimana ini? Apakah kita harus
Fajar tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sansan mengucapkan terima kasih dan menutup telepon.Hyorin mendengarkan seluruh percakapan mereka, wajahnya juga menjadi serius. "Apa yang harus kita lakukan?"Sansan berkata dengan tak berekspresi. "Pergi ke RS Kyoto dulu dan buat strategi," Sansan menatap Hyorin dengan sedikit ragu. "Tapi, sebelum itu kamu pergi dan bawa Soraya pulang!"Soraya adalah kelemahannya. Jika orang-orang itu ingin menyerangnya dan membiarkannya tertangkap, mereka pasti akan menyerang Soraya terlebih dulu. Jadi, melindungi Soraya adalah hal yang paling penting.Hyorin mengangguk. "Aku akan pergi!""Biarkan Busby pergi, kamu ikut aku ke RS Kyoto," ujar Sansan sambil berjalan.Hyorin tidak keberatan, Sansan menelepon Matt Busby, berbicara singkat tentang situasinya dan pergi ke RS Kyoto.***RS Kyoto.Sansan memanggil Ramdan dan Leona. "Hari-hari indah akan segera berakhir."Mereka tidak mengerti. Ketika Sansan memberi tahu berita tentang Henda dibunuh oleh Zoran, semua
"Brengsek!"Sansan benar-benar menganggap Hiden sebagai teman dekatnya. Jika tidak, dia tidak akan pergi mencari Hiden setelah menerima Grup Hour, apalagi memberikan Hiden banyak sumber daya untuk membuatnya berkembang.Alhasil, Hiden bekali-kali menyerobot sumber daya yang layak didapatkan Grup Hour secara diam-diam! Bahkan, dia melakukan tindakan kecil di belakang punggungnya dan sekarang bahkan mencari pembunuh untuk membunuhnya!Perasaan dikhianati oleh teman dekat ini membuat Sansan merasa tercekik. Jelas sekali mereka adalah teman dekat. Wardani bisa mati untuknya, tetapi Hiden malah ingin membunuhnya!"Ahh …" Sansan tinggal di gang gelap itu untuk waktu yang lama sebelum perlahan keluar dari gang, tetapi aura permusuhan di tubuhnya menjadi lebih berat dari sebelumnya.Ponsel Sansan terjatuh ketika dia dan Downey melompat keluar jendela. Saat itu, dia tidak ada waktu untuk mencari ponsel lagi. Setelah melompat keluar jendela, dia berusaha keras berlari.Mereka berada di depan Hy
"Tentu!" Sansan mengangguk tanpa terkejut, dan menghabiskan seteguk anggur terakhir. "Waktu untuk duel akan diatur secara terpisah. Sekarang bukan waktu yang tepat."Downey tidak keberatan.Pada saat ini, Sansan hendak bangun dan Downey tiba-tiba menahannya. Sansan bingung. "Kenapa? Apakah kamu ingin melakukannya sekarang?"Downey menatap dingin ke belakang Sansan, seolah sedang mengamati sesuatu. Sansan melihat ada yang tidak beres, berpaling untuk melihat dan dia melihat beberapa orang berpakaian rapi duduk di pojok sambil minum alkohol. Ketika Sansan menoleh untuk melihat, mereka dengan cepat menarik kembali pandangan mereka.Meskipun orang-orang ini tampil sebagai gangster kecil, tetapi niat membunuh di dalamnya belum sepenuhnya disimpan dan bisa dirasakan hanya dengan satu tatapan.Sansan mengerti dalam sekejap, berbalik dan berkata kepada Downe.y "Sepertinya ada yang datang untuk membunuhku lagi.""Mungkin masih orang yang sama?" Downey sepertinya tidak khawatir sama sekali, tap
Di dalam kamar. Setelah memastikan bahwa mereka telah pergi, ekspresi semua orang kembali normal dan seorang wanita pergi mengetuk pintu kamar mandi. Setelah beberapa saat, pintu kamar mandi terbuka dan Lou Zheng berjalan keluar.Ketika pria itu sedang berbicara di telepon, Lou Zheng kebetulan pergi ke kamar mandi. Ketika dia akan keluar, dia mendengar jeritan di dalam kamar dan tahu ada yang tidak beres, jadi dia tetap di dalam kamar mandi dan tidak keluar.Saat itu, Sansan mematikan suara lagu karena dia ingin bertanya, sehingga Lou Zheng bisa mendengar suara Sansan dengan jelas.'Sansan belum mati?! Dia bahkan datang sampai kesini.' Lou Zheng sangat gugup pada saat itu.Untungnya, orang-orangnya tahu apa yang harus dikatakan dan apa yang tidak boleh dikatakan. Jadi mereka tidak mengungkapkan identitasnya.Lou Zheng memandang semua orang dengan puas. "Bagus sekali! Setelah beberapa hari lagi, kalian akan menjadi eksekutif Grup Hour yang baru.""Baik, bos." Lou Zheng tersenyum.Sansa
Melihat Sansan yang menatapnya, ekspresi Downey berubah drastis, dia berusaha menahan dan akhirnya dia mengutuk. "Sialan, jangan omong kosong kamu!""Uhm …" Sansan terbatuk geli menatap mata Downey. "Hahaha …" Sansan tidak bisa menahan tawanya saat melihat alis Downey yang terangkat.Karena tatapan serius Downey, ditambah dengan kesan bahwa Sansan yang berperilaku baik, sangat lucu jika dia tiba-tiba mengutuk kalimat seperti itu.Raut wajah Downey semakin buruk. Bagaimanapun, dia telah mengutuk, jadi tidak ada bedanya jika dia mengutuk sekali lagi. "Sialan, apa yang kamu tertawakan?"Sansan tercengang, dan kemudian berkata dengan cukup serius. "Aku hanya tertawa saja!"Tatapan mata Downey langsung memuram dalam sekejap.Yang lain tampak berbeda ketika mereka melihatnya dan mata mereka diam-diam mengkomunikasikan sesuatu.Karena keremangan kamar, Sansan dan Downey tidak menyadari ada yang janggal dengan mata mereka. Sansan berhenti terawa dan menatap pria itu dengan tajam. "Satu kesemp
"Bodoh!" Pria itu berteriak dengan kesal. "Tentu saja si br*ngsek Sansan!""Tunggu?!" Usai bicara, pria itu merasa ada yang janggal, jadi dia segera berbalik. Ketika dia melihat Sansan yang baru saja dia sebut berdiri di depannya, dia langsung melebarkan matanya, "K-Kamu—"Dia sangat ketakutan hingga ponselnya jatuh ke lantai. Pria itu menggigil dan menunjuk ke arah Sansan.BRUK!Tiba-tiba Sansan yang sedang menatap sosok pria itu dengan tajam, dengan cepat menarik lengan pria itu dan membantingnya ke lantai.Saat ini, Downey yang berdiri di belakang Sansan berjalan keluar perlahan dan berkata dengan ringan. "Hei, tempramenmu tidak terlalu bagus.""Tidak juga," jawab Sansan dengan datar.Mereka juga mendengarnya tadi. Pria itu berkata bahwa Downey juga akan dibunuh bersama.Downey yang memikirkan itu mendengus pelan. "Aku terlibat karena kamu."Sansan hanya terdiam mendengar ucapan Downey, tanpa banyak basa basi lagi dia berjalan menuju sebuah ruangan lain.BRAK!Sansan menendang pint
Orang-orang telah menggali lebih dari satu jam, dan mereka tidak menemukan apa-apa. Mereka hanya membongkar puing-puing bangunan yang sudah berserakan menjadi hitam."Tidak ada apapun disini.""Apakah kamu yakin mereka berada tepat di daerah ini?""Coba ingat-ingat kembali?"Orang-orang mulai kebingungan dan ada rasa pasrah di dalam benak mereka, mereka berpikir bahwa orang yang memanggil mereka datang itu salah ingat lokasi.Shifa yang mendengar itu segera menggelengkan kepalanya ketika melihat ini. "Tidak mungkin, mereka pasti ada di sini, tidak mungkin tidak ada!""Tetapi kami tidak menemukannya!""Bagaimana kalau kita mencari ke dalam lagi, mungkin mereka mengubah rute pelarian?" Seseorang menyarankan.Hyorin dan Matt Busby tampak bergairah saat melihat ini. "Tidak perlu menggali lagi.""Apa? Berhenti menggali?""Iya, berhenti menggali," Hyorin mengangguk mengangguk dengan datar.Saat itu, bom datang dari belakang pabrik, jadi tidak mungkin bagi Sansan dan Downey untuk berlari ke
Di kamar lantai dua.Sekelompok pria dan wanita duduk bersama, mereka terlihat sangat menikmati suasana di dalam bar. Meja penuh dengan gelas anggur dan ada kaleng bir di bawah kaki mereka. Mereka sudah minum cukup banyak.Semua orang sangat senang, kecuali pria yang duduk di tengah. Dia hanya memegang gelas anggur dan minum perlahan, wajahnya terlihat sangat tidak puas. Dia adalah Lou Zheng yang selalu berada dalam kegelapan sepanjang waktu.Lou Zheng mengerutkan keningnya dengan kuat. "Sansan seharusnya sudah mati. Mengapa dia masih belum kembali?" Lo Zheng mengetuk-ngetuk meja dengan jemarinya. "Atau apakah terjadi sesuatu yang tidak terduga?"Pada saat ini, pria dengan topi itu mengetuk pintu dan memasuki kamar. Setelah dia masuk, semua orang yang ada di dalam kamar itu berhenti bergerak, bahkan suasana meriah di dalam bar itu menjadi hening.Pria itu melepaskan topinya, memperlihatkan sedikit perubahan raut wajahnya dan menjawab dengan hormat, "Sudah, bom itu meledak dan pabrik t
Downey bereaksi secara naluriah, dia dengan cepat segera mengelak. Namun, begitu keduanya bertemu, terjadi pukulan yang saling beradu.BUK!Suara tabrakan antara tinju Downey dan juga Sansan terdengar sangat jelas.BOOM!Tiba-tiba suara ledakan terdengar diiringi suara pukulan itu.Hyorin dan Matt Busby saling memandang, dia berteriak. "Lari! Ini bom!"Sehabis berteriak, Hyorin dan Matt Busby buru-buru berlari keluar. Sansan juga langsung tanggap, dia bergegas membalikkan badannya dan berlari.Mendengar itu, Downey melihat ke arah Shifa. Shifa berdiri di dekat tempat sampah yang lumayan jauh darinya. Karena ledakan, sebuah pohon tiba-tiba tumbang dan seperti akan jatuh."Shifa!" Melihat tong kayu hampir jatuh, Downey segera bergegas menghampiri Shifa, menahan pohon itu, lalu berkata kepada Shifa yang terpana. "Lari!"Shifa tiba-tiba tersadar. Setelah melihat Downey, dia terkejut. "Kak …" Dia ingin mengatakan sesuatu.Tapi Downey memotongnya. "Lari! Kalau tidak, kamu tidak akan sempat