Share

Bag 106

Penulis: Irma W
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-07 09:10:15

Semalam Antonio gagal melakukan aksi kekuatan pada miliknya yang menegang. Rasanya sudah memuncak, tapi sayangnya Jesika menolak. Antonio hampir saja merengek karena kesal, tapi setelah mendengar alasan Jesika, akhirnya Antonio cukup mengerti.

“Masih mau cemberut?” tanya Jesika dengan nada meledek.

Antonio mendengkus lalu meraih sepasang sepatu pantofelnya. Dia duduk di tepi ranjang dengan wajah kesal.

“Jangan begitu …” Jesika mendekat. “Nanti kita tanya dokter, sebaiknya bagaimana.” Jesika duduk di lantai, lalu membantu sang suami mengenakan kaos kaki dan sepatu.

Antonio tersenyum, lantas mengusap pucuk kepala Jesika. “Iya, aku mengerti, Sayang. Hanya saja semalam aku hampir menggila. Kita sudah tidak melakukannya sejak kamu ketahuan hamil.”

Selesai membantu memakai sepatu, Jesika berdiri, pun dengan Antonio. Sambil tersenyum, sekarang Jesika membantu sang suami mengenakan dasi.

“Kamu bisa kan menemaniku ke dokter, nanti?”

“Tentu saja aku bisa. Kenapa juga aku tidak bisa?”

Jesika mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 107

    Jesika seharusnya tidak perlu tahu kalau Luna datang ke kantor sepagi ini, tapi takdir mengatakan begitu. Dia yang berniat pergi ke dapur untuk membuat minuman hangat, tidak sengaja melihat Wanita itu berada di dalam ruangan Antonio. Pintu tak tertutup rapat, jadi Jesika sempat mengintip sebentar. Setidaknya Jesika cukup lega karena di sana ada Tian.“Wanita itu benar-benar menyebalkan!” seloroh Jesika. dia mengaduk susu di dalam gelasnya. “Aku yakin dia memang sengaja mendekati Antonio bukan murni karna pekerjaan saja. Dia pasti juga menyukai Antonio.”Jesika meraih cangkirnya, lalu berbalik badan dan bersadar. Perlahan dia menyesap susu hangatnya lalu menghela nafas panjang. Jesika berniat tidak mau memusingkan hal ini, tapi kalau terus dibiarkan Wanita itu akan terus datang tanpa berpikir bagaimana tanggapan orang lain.“Sebaiknya aku ke ruangan Antonio sekarang. Wanita itu pasti masih di sana.” Jesika menyesap kembali susu hangatnya, meletakkan di atas meja sebelum pergi.Jesika t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 108

    Sepulangnya dari periksa kandungan, Jesika kembali lagi datang ke kantor, pun dengan Antonio.“Dokter bilang kamu tidak boleh kelelahan.”“Aku tahu. pekerjaanku kan hanya duduk dan melihat perkembangan anak buahku saja.”“Tapi sepertinya Nona lebih banyak pikiran,” timbruk Tian yang berjalan di belakang mereka berdua.Mereka berdua berhenti melangkah kemudian menoleh ke belakang. Jesika mengacungkan jari telunjuk sambil mengangguk-angguk tanda setuju. Sementara Antonio terlihat memiringkan kepala dengan tatapan aneh.“Kenapa kamu jadi ikut campur?” tanya Antonio.“Aah, maaf Tuan. Aku Cuma mengatakan apa yang terjadi pada Nona supaya Tuan tahu.”Sambil tersenyum tipis, Jesika berbalik dan kembali berjalan membiarkan dua orang itu tetap bicara di tenga Lorong.“Memang apa yang tidak aku tahu, ha? Kamu ini!” Antonio sudah mengangkat tangan hendak memukul, tapi berhenti ketika Tian menyingkir sambil meringis.Tian berdehem kemudian kembali berdiri tenang meskipun tatapan Tuannya itu masih

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 109

    Jesika masih belum meninggalkan ruangan yang tadi membuat nafasnya terengah-engah. Dia tengah berdiri sambil mengenakan pakaiannya lagi. Ruangan ini tentu tertutup rapat dan pastinya tidak ada yang tahu keberadaannya, namun, tetap saja Jesika kurang merasa nyaman. Oke, walaupun Jesika akan mengakui kalau permainan Antonio selalu hebat dan membuatnya ketagihan.Selesai menaikkan roknya sampai pinggang, Jesika lanjut mengancing kemeja. Selesai dari semuanya, Jesika berjalan mendekat pada sebuah cermin. Dia merapikan rambutnya yang terlepas dari ikatnya.Lima menit kemudian, Jesika meninggalkan tempat tersebut sekaligus meninggalkan ruangan. Jesika berjalan menghampiri rekannya yang masih focus dengan kerjaan.“Bagaimana tentang Sarah?” tanya Jesika setelah meraih kursi dan duduk di samping Teresa.Teresa menghentikan pekerjaanya dan menoleh menatap Jesika. “Dia sudah dilaporkan. Kurasa dia akan ditahan, tapi aku belum tahun kelanjutannya.”“Jadi siapa yang resmi melaporkannya?”“Kurasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 110

    Rasanya semakin muak tiap kali Jesika melihat wajah Luna. Niat hati tidak ingin dengki atau mencari masalah, tapi entah kenapa di manapun keberadaan Antonio, entah dari mana Wanita itu selalu muncul. Sekarang Antonio tengah mengajak Jesika makan es krim di taman kota, dan tiba-tiba Wanita itu muncul seolah menganggap semua yang terjadi hanya kebetulan.“Bagaimana kalian ada di sini?” tanya Luna sok akrab. Kalau pada dasarnya memang akrab dengan Antonio, tapi tidak dengan Jesika.“Kebetulan sedang cari udara segar. Jesika jadi lebih sering makan es krim setelah hamil,” ujar Antonio.“Oh, ngidam ya?”“Mungkin.”Antonio menyodorkan es krim miliknya dpada Jesika lalu berdiri. “Sayang, aku ke toilet sebentar. Jangan ke mana-mana, oke?”Sambil menjilat es krim dalam contong, Jesika mengangguk. Sekarang hanya tersisa Jesika dan Luna yang berada di bawah pohon besar. Luna ikut duduk sambil tersenyum.“Apa kamu sedang tidak sibuk?” tanya Jesika.Luna menyilang kakinya yang selunjur lurus di ba

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-07
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 111

    Di taman belakang rumah, Jesika tengah bicara dengan Tian. Sore ini, Antonio sedang ada keperluan menemani nenek menemui teman lama di gedung agensi. Niatnya ingin mampir, namun mala mini juga harus langsung terbang kembali ke negaranya.“Ada perlu apa Nona bicara dengan saya?” Tian duduk di kursi sofa pendek. Sementara Jesika, dia duduk pada kursi kayu panjang berlubang di tepi kolam renang.“Aku mau tanya beberapa hal.”“Tentang apa?”“Luna.”Wajah Tian langsung terkesiap. “Kenapa dengan Nona Luna?”Jesika menggaruk alis lalu duduk membungkuk ke depan bersangga tangan. “Kamu pasti tahu tentang dia, kan? Kamu juga pastinya tahu kalau bisnis milik Luna sedang diambang kebangkrutan?”Wajah itu semakin tampak terkejut. “Jadi Nona tahu tentang itu?”Jesika mengangguk. Dia kembali duduk tegak lalu mendesah berat. “Aku tak sengaja mendengarnya kemarin. Luna bicara dengan penerjemah perusahaan kita. mereka teman dekat, kan?”Tian mengangguk.Tatapan Jesika tajam ke arah Tian. “Kenapa kamu t

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 112

    “Jadi Wanita itu sudah berani bicara denganmu?”Luna mengangguk. “Dia secara terang-terangan mencibirku. Sial! dia menyebalkan sekali.”“Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? sepertinya kamu akan kesulitan masuk ke kehidupan pria itu. mereka saling cinta.”Luna menenggak minumannya sebelum bicara. dia sempat mendesah, lalu berdecak. “Aku ragu kalau mereka saling cinta. Semua orant ahu bagaimana awal mula hubungan mereka.”“Tentang menikah tak sengaja?”“Benar. Antonio menikahi istrinya hanya karena pengantinnya sendiri kabur. Ini sangat mustahil kalau sampai saling suka, kan?”Temannya itu berdengung sambil mengusap dagu. Tentang cinta semua bisa terjadi, bukan? Tak terkecuali orang yang mulanya tidak saling kenal, lalu tiba-tiba sama-sama manaruh perasaan cinta. Hal itu bisa terjadi pada Antonio dan Jesika.“Menurutku tidak mustahil, sih! Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Mereka juga sudah menikah setahun lebih…”“Jadi menurutmu tidak ada harapan?”Temannya berdecak lalu menjitak

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 113

    Jesika akan selalu berpikiran dewasa sekarang. Apa yang dia lihat haru saja, tidak akan langsung ditelan mentah-mentah. Jesika menutup pintu lalu ikut duduk. Meluhat bagaimana raut wajah sang istri saat ini, membuat Antonio terdiam seribu Bahasa.“Sedang apa kamu sepagi ini datang ke kantor suamiku?” tanya Jesika. dia duduk menyilang kaki sambil memangku tangan dengan elegan. “Apak amu tidak ada kerjaan?”“Dia hanya—”“Aku tidak bertanya denganmu. Kamu bisa diam.”Antonio menelan ludah. Tentunya memang salah karena sudah mengajak Luna masuk ke dalam ruangannya, Antonio juga sama sekali tidak ada maksud apapun selain hanya karena Luna rekan kerjanya.“Kenapa kamu diam?” tanya Jesika pada Luna yang terlihat sesenggukan. Entah sedang berdrama atau tidak, yang jelas Jesika tidak menyukainya.Luna mengangkat wajah dengan percaya dirinya. “Memang aku harus jawab apa?”Jesika mendecih sambil tersenyum miring. “Kamu ini kenapa sih? Kamu tidak sadar kalau perbuatan kamu itu salah. Ini ruangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 114

    Luna sudah mencak-mencak beberapa kali sampai memukuli bundaran setir. Saking kesalnya, sampai menekan klakson membuat pengendara di hadapannya keluar untuk memaki. Luna sama sekali tidak peduli. Dia tetap menutup kaca mobil sekalipun orang diluar sana terus berteriak. Begitu lampu hijau menyala, Luna melajukan mobilnya dengan begitu cepat.“Kupikir dia penakut,” decak Luna. “Aku tidak menyangka di balakang Antonio dia berani melawanku. Jijik! dia begitu polos di hadapan ANtonio."Kembali ke kantor, Jesika menenteng belanjaan yang berisi makanan ringan dan juga dua botol minuman. Dia berjalan dengan santai, terlihat juga berdendang lirih menggoyangkan pelan kapalanya. Ada rasa puas mengingat bagaimana ketika tadi melawan Luna. Walau pun dengan kata-kata, tapi itu cukup keren dari pada harus adu tinju, misalnya.Sampai di ruangan luan yang digunakan bekerja untuk anak buahnya, Jesika langsung menebar senyum sambil mengangkat belanjaannya. Mereka semua tampak membelalak dengan girang.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-12

Bab terbaru

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 124

    Di dalam otaknya, Antonio pernah berpikir untuk membantu keuangan Luna yang sedang merosot. Kabar rumah yang disita waktu itu, bahkan membuat Antonio merasa khawatir. Namun, rasa peduli itu nyatanya tidak dibalas dengan baik. Luna justru memainkan perannya sebagai orang yang licik penuh tipu muslihat. Keluar dari restoran, Antonio langsung meminta Tian untuk membawanya segera pergi. Antonio bahkan meninggalkan meja tanpa menunggu Luna kembali. Antonio tidak mau kalau sampai terjadi pertengkaran di sana, karena memang amarah Antonio sedang berada dipuncaknya. “Ada apa, Tuan?” tanya Tian ketika mobil sudah melaju. Wajah Antonio benar-benar merah padam. Kedua tangan tampak mengepal seperti ingin melayangkan tinju. Melihatnya saja membuat Tian bergidik ngeri. “Antar aku menemui Selena.” Kening Tian berkerut, namun akhrinya tetap menganggukkan kepala. Mobil melaku ke sebuah kompleks perumahan mewah. Sekarang sudah pukul dua siang, sialnya Selena sedang tidak du rumah. “Tian, kamu kump

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 123

    Jesika mengatur pertemuan dengan rekan-rekannya di sebuah restoran berlantai dua di dekat danau. Jaraknya memang cukup jauh dengan kantor, tapi tidak masalah menurt Jesika karena datang beramai-ramai diantar mobil kantor. Setidaknya sekaran juga menjelang hari minggu, jadi berada diluar kantor cukup panjang tidak terlalu masalah.Sementara di kantor sendiri, Antonio dan beberapa infestor mulai kembali membahas tentang dana yang hilang. Pembahasan ini juga langsung teruju pada sebuah cctv yang Tian dapatkan dari setiap ruangan di sini.Siapa sangka kalau ternyata Luna pernah duduk di kursi ruangan kerja Antonio ketika Antonio tengah keluar sebentar untuk mengambil sesuatu kala itu. Antonio tidak pernah manaruh rasa curiga sebelumnya, karena memang yang dia pikir Luna adalah rekan yang baik.“Kamu yakin itu Luna?” tanya Antonio.“Jadi Tuan tidak percaya kalau ini Nona Luna?”Antonio menelan ludah dengan pertanyaan itu. memang sikap Antonio terlalu menyebalkan akhir-akhir ini karena terl

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bagian 122

    Masuk ke dalam kamar, Antonio melihat sang istri meringkuk di atas ranjang tanpa mengenakan selimut. Antonio meletakkan jas yang tersampir pada lengannya di atas sandaran sofa. Selepas itu, dia mendekati ranjang memeriksa keadaan sang istri. Melihat posisi Jesika, sepertinya Wanita itu ketiduran saat menunggu Antonio pulang.“Kenapa kamu tidak mengenakan selimut? Kamar dingin sekali.” Antonio membungkuk lalu meraij selimut.Namun, ketika hendak menutupkan pada Sebagian tubuh Jesika, Jesika malah terbangun. Wanita itu merangkuk lalu membalikkan badan.“Kamu sudah pulang?”Antonio tersenyum, kemudian duduk membantu sang istri yang beranjak duduk. “Kamu ketiduran?”Masih dengan mata sayu belum terbuka sempurna, Jesika mengangguk. “Kenapa baru pulang?” sekarang Jesika mencoba menatap jam dinding yang menunjukkan pukul sepuluh malam.Antonio tersenyum tipis, mengelus lembut pucuk kepala sang istri. “Maaf, hari ini lumayan sibuk.”Jadi dia tidak mau mengatakannya padaku?Jesika terdiam mema

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 121

    Sebelumnya saya minta maaf karena mungkin banyak typo. saya belum sempat untuk mengoreksinya kembali.***Jesika mungkin harus menunggu hingga malam tiba untuk bisa bertemu dengan sang suami. Di kantor, Jesika hanya sempat bertemu ketika tadi nyelonong masuk ke dalam ruangan, tapi setelah itu Jesika tidak melihat lagi bahkan hingga jam pulang kerja. Jesika bahkan pulang lebih dulu karena kata Tian pekerjaan Antonio belum selesai.“Kamu pulang sendiri, Jes?” tanya mama yang menyambutnya di depan pintu ruang tamu.Jesika mengangguk lalu mencium punggung telapak tangan mama mertuanya itu.“Antonio di mana?”Mereka berdua berjalan bersama masuk ke dalam.“Kata Tian, Antonio masih ada kerjaan.”“Tumben?”“Iya, aku juga kurang tahu, Ma. Aku tidak sempat bicara dengannya di kantor.”Menjelang makan malam, Antonio masih belum juga kunjung pulang ke rumah. dia menyempatkan diri menelpon Jesika dengan mengatakan kalau sebentar lagi akan pulang, namun meski begitu tatap saja merasa khawatir kare

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 120

    Jesika tidak mau peduli mengenai Selena, tapi ketika dia hendak pergi membeli beberapa lembar kertas di sebuah toko, dia tidak sengaja melihat Selena tengah berdebat dengan seseorang. Jesika mengamati dari kejauhan.“Aku sudah mengirim banyak pada ayah. Ayah tidak perlu menemuiku ke sini!”“Ayah butuh lebih. Kalau sampai siang ini ayah tidak mendapatkan uang, ayah bisa mati.”“Apa peduliku?”“Anak kurang ajar!”Selena langsung menyingkir ketika tangan itu melayang hendak menampar dirinya. Jesika yang melihat dari kejauhan sampai membelalakkan mata dan menutup mulut.“Ayah jangan macam-macam denganku di tempat umum. Aku sudah beberapa kali memperingati ayah untuk tidak menemuiku di tempat umum. Ayah tahu resikonya, kan?”Pria berjenggot itu berdecak, menghempas tangan lalu berlalu pergi dengan sia-sia tanpa mendapatkan uang. sementara Selena, dia hanya bisa menghela nafas lalu menyapu ke area sekitar berharap tidak ada yang melihat perdebata baru saja.Jesika yang langsung bersembunyi,

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 119

    Memang siapa yang sangka kalau Selena bisa melakukan hal sekeji itu hanya demi karirnya? Terkadang memang hal kotor bisa dilakukan demi sesuatu yang ingin sekali digapai, hanya saja cara Selena benar-benar di luar nalar walaupun pada kenyataannya banyak yang begitu di luar sana.“Aku benar-benar tidak menyangka kalau Antonio melupakanku demi Wanita yang jauh di bawahku.” Selena menyulut rokoknya sampai asap mengepul tinggi ke udara.“Jangan bilang sebenarnya kamu masih mengharapkan Amtonio?” Pemela menebak-nebak denga mata sinis. “Kamu masih belum move on?”“Oh come on! Ini sudah satu tahun lebih. Tentu saja aku sudah move on.”Pamela tersenyum miring. “Kamu yakin? Jangan kamu pikir aku tidak tahu kalau kamu masih sering memantaunya dari jauh. Kamu bahkan meminta Luna untuk bisa lebih dekat dengan Antonio. Kamu Cuma menggunakannya sebagai alat untuk mengetahui tentang mereka kan?”“Brengsek kamu!” umpat Selena. “Aku tidak ada maksud seperti itu. setidaknya Luna lebih tinggi dari istri

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 118

    Ketika Antonio berjalan mendekat setelah turun dari panggung, dengan bangganya Jesika bertepuk tangan. Bibirnya tersenyum menunjukkan deretan gigi yang putih. Reaksi Antonio yang langsung mengusap pucuk kepala Jesika, tentunya membuat siapa pun akan merasa iri.“Ah, kasihan sekali Selena. Pria seperhatian itu malah ditinggal kabur dulu.”“Benar juga. Jesika sangat beruntung mendapatkan Antonio.”Selena yang berdiri hampir di di paling ujung mendengar percakapan tamu undangan itu, tapi dia hanya menarik satu ujung bibir ke atas dengan wajah acuh sambil menenggak minumannya.“Kalau bukan karena keluarganya yang tak merestui, aku juga tidak mungkin meninggalkan Antonio. Mereka pikir sangat mudah menjadi diriku yang tidak disambut di keluarga Antonio. Brengsek!”Selena meletakkan gelasnya lalu beranjak pergi ke toilet.“Kamu ngobrol sama nenek dulu, aku mau ke toilet dulu sebentar.”“Oke.”Jesika menghampiri nenek yang tengah ngobrol dengan rekan-rekan dan beberapa artis di sana. ketika J

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   Bag 117

    Entah kapan Antonio terakhir kali menginjakkan kaki di gedung agensi milik neneknya. Setiap langkah, ketika melihat beberapa poster dan layar monitor di beberapa titik dinding gedung, terkadang membuat rasa rindu untuk kembali lagi ke sini. Namun, Antonio lebih merasa nyaman ketika sudah meninggalkan agensi. Rasanya bisa berekspresi lebih luas lagi, dan juga tidak terlalu banyak tututan.“Ada apa?” tegur Jesika ketika melihat wajah sendu sang suami.Antonio bergidik lalu tersenyum. “Tidak, aku hanya sedikit rindu ketika masih di sini.”Jesika mengusap lengan Antonio lalu menggandengnya dengan erat. Beberapa orang atau tamu lain berjalan di belakang mereka, tapi tentunya tidak terlihat heboh karena memang ini sudah aturannya bagi siapa pun yang ingin datang ke acara tahunan agensi.Mereka menuju lantai tiga di mana acara akan berlangsung. Papa dan mama tidak bisa datang, jadi hanya nenek yang berangkat bersama Antonio dan Jesika. ada Tian dan Bitt juga pastinya.Sampai di ruanga acara,

  • Mendadak Jadi Pengantin Pengganti   116

    “Wanita itu menemui Antonio lagi?”“Iya, Nona.”Jesika yang tengah mengunyah makanan, memegang ponselnya dengan tangan kiri.“Kamu menelpon siapa, Sayang?” tanya nenek yang duduk di hadapannya dengan dibatasi meja bulat.“Tian, Nek.”Megan mengangguk-angguk melanjutkan makan lagi, sementara Jesika membali bicara dengan Tian.“Mau apa dia datang lagi? sudah berapa kali dia datang menemui Antonio?”Nada bicara Jesika membuat Megan menatap penasaran.“Sayang kurang tahu, Nona. Mereka bicara di ruang tamu kantor. Saya hanya bisa melihat dari luar saja.Ruang tamu memang didesain dengan dinding kaca. Tidak ada privasi di sini memang, jadi akan jauh lebih netral untuk bicara dan tidak membuat siapapun salah sangka.“Biarkan saja mereka bicara. perempuan itu tidak akan menyerah sepertinya. Kamu bantu awasi saja. Aku takut dia ada campur tangan dengan klaim karya waktu itu.”“Baik, Nona.”Pemikiran Jesika sepertinya sama dengan Tian. sejujurnya Tian sudah melihat cctv di parkiran belakang ged

DMCA.com Protection Status