Share

Iblis Berparas Kyai!

Author: Marlynazizah
last update Last Updated: 2024-06-19 10:05:49

"Kenapa kau marah begitu padaku? Bukankah seharusnya kau senang karena kau terjual dengan harga dua ratus ribu dollar?" Tanya Rasyid, entah apakah ia sedang mempertanyakan amarah Shanum atau mengejeknya.

"Aku tidak senang, Kyai! Sebenarnya, acara ini dibuat hanya untuk menyewaku!"

"Tapi, kau malah membeliku dan membuat aku terusir begitu saja dari rumah dan keluargaku!" sentak Shanum dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Rumah dan keluarga? Kamu sebut semua ini sebagai rumah dan keluarga?" Tanya Rasyid sambil mengangkat alisnya.

"Tentu saja! Mereka semua adalah keluargaku! Dan rumah bordir ini adalah tempat tinggalku!" ucap Shanum sambil terus menatap Rasyid dengan tajam. Wanita itu merasa semakin kesal saat Rasyid malah tertawa pelan.

"Kenapa tertawa begitu?! Aku sedang tidak bercanda, Kyai!" Shanum menggebu-gebu, emosi dalam dirinya semakin meningkat karena ekspresi wajah Rasyid.

"Kau ini lucu sekali, Nona. Kau menyebut mereka semua sebagai keluargamu, tapi apakah mereka memperlakukanmu seperti keluarga?" tanya Rasyid.

Shanum yang semula terlihat menggebu-gebu langsung membeku mendengar pertanyaan dari sang Kyai.

"Lihatlah, Nona. Apakah ada yang merasa sedih saat mengetahui bahwa kau akan pergi dari tempat ini?"

"Dan bagaimana dengan wanita yang kau sebut sebagai ibumu, apakah dia peduli denganmu sekarang?" tanya Rasyid lagi

Shanum mulai memandang sekelilingnya, melihat teman-temannya yang sibuk memikat para pria, sementara mami Elish sibuk menghitung uangnya.

Tidak seorang pun di antara mereka yang memperhatikan Shanum, mereka sibuk dengan urusan masing-masing seakan-akan menganggap Shanum sudah di lupakan oleh mereka.

Rasa sedih pun kini menyeruak di hati wanita ini. Dengan mata yang sudah dipenuhi oleh air mata, kini Shanum menatap ke arah Rasyid yang lebih sering menatap tanah dari pada wajahnya.

"Mari ikut denganku, aku akan menjelaskan alasan di balik tindakan ini," ucap Rasyid sambil meninggalkan rumah bordir menuju mobilnya.

Dengan ragu, Shanum mulai mengikuti pria tampan itu menuju mobilnya.

Shanum mengira bahwa setelah mereka masuk ke dalam mobil, Rasyid akan berbicara. Namun, yang terjadi adalah Rasyid malah melajukan mobilnya. "Kita akan ke mana?" tanya Shanum dengan suara yang agak serak.

"Ke Masjid," jawab Rasyid dengan singkat. "Untuk apa?" tanya Shanum kembali. "Untuk berbicara," jawab Rasyid sekali lagi. "Mengapa tidak berbicara di dalam mobil?" tanya Shanum sekali lagi.

"Aku adalah seorang pria yang memiliki harga diri, Nona. Aku tidak akan pernah berduaan dengan seorang wanita yang bukan mahram," ucap Rasyid dengan tenang, namun kata-katanya mampu menusuk relung hati Shanum.

Shanum yang merasa tersinggung segera menundukkan kepalanya.

"Aku tahu aku ini wanita hina, kau tak perlu menyombongkan diri begitu," lirih Shanum yang membuat Rasyid menoleh dan menatap sebentar ke arah wajah Shanum yang terlihat sedih.

"Aku tidak menyombongkan diriku, Nona, tapi kalau kamu merasa rendah karena perkataanku tadi, itu artinya iman di hatimu masih berfungsi," ujar Rasyid yang membuat Shanum diam.

Setelah itu, tak ada lagi pembicaraan di antara mereka, sampai keduanya sampai di sebuah Masjid milik Syekh Abdurrahman.

Di dalam Masjid, terlihat Rasyid dan Shanum duduk dengan tirai pembatas di antara mereka. Tirai itu membuat Shanum hanya bisa melihat siluet dari pria yang saleh itu.

"Shanum, maafkan aku jika sejak mengenalku dan saat di rumah bordir itu aku bertindak atau berucap sesuatu yang membuatmu merasa tersinggung, dan maafkan aku jika aku mengganggu ketenanganmu itu."

"Aku ingin menjelaskan maksud dari alasanku membeli mu," suara Rasyid terdengar dari balik tirai. Shanum tidak menjawab, dia hanya diam memperhatikan siluet pria yang saleh itu.

"Sekembalinya aku dari Mesir, tanpa sengaja aku membuat janji pada Ummi ku, aku berjanji bahwa aku akan menikahi wanita pertama yang duduk di mobilku."

"Dan ternyata wanita itu adalah kamu. Jadi, apa kamu bersedia membantuku memenuhi janji itu?" ujar Rasyid yang menyebabkan jantung Shanum berdebar kencang.

"Apa maksudmu, kyai? Aku tidak begitu mengerti dengan ucapanmu," ucap Shanum, wanita itu enggan membenarkan dugaan di benaknya.

"Karena kamu adalah wanita yang masuk ke dalam mobilku, maka maukah kamu menikah denganku untuk membantu diriku memenuhi janji yang telah aku buat, Nona?" jawab Rasyid, terdengar suaranya sedikit gemetar.

"Apa?! Menikah?!" pekik Shanum dengan ekspresi tidak percaya, bahkan matanya sampai terbelalak akibat rasa terkejutnya.

Ucapan pria itu sungguh mengejutkan Shanum, tidak mungkin dia menikah, itu artinya dia tidak bisa bekerja dan bersenang-senang dengan banyak pria lagi.

"Ya, menikah. Aku tahu kau tidak akan bisa menikah selama masih bekerja di sana, itu sebabnya aku membelimu," pernyataan dari Rasyid membuat Shanum begitu terkejut sampai membekap mulutnya.

"Tapi, kenapa harus aku, Kyai? Aku merasa tidak pantas menjadi istrimu."

Lihatlah, aku hanya seorang wanita penghibur, bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah membayangkan menikah dengan pria sholeh sepertimu," ujar Shanum yang dengan jujur mengutarakan pendapatnya.

"Aku ingin menepati janjiku, Shanum,aku takut di laknat oleh Allah karena dengan mudahnya menebar janji dengan harga murah," sahut Rasyid. Mendengar pernyataan sang Kyai seketika mata Shanum terasa panas.

"Kau takut di laknat hanya karena melanggar janji, lalu aku yang sudah berlumuran dosa ini harus apa? Ganjaran apa yang akan aku dapatkan atas semua dosa yang menggunung ini?" ucap Shanum yang mulai terisak.

"Selama kamu masih bernapas, kesempatan untuk bertaubat selalu terbuka lebar."

" Kamu bisa memperbaiki diri dengan sungguh-sungguh bertaubat, jika kamu mengizinkan, izinkanlah aku menjadi imam yang akan membimbing mu ke jalan yang benar."

"Insyaallah, dengan izin-Nya, aku akan berusaha menjadikanmu wanita sholehah sesuai dengan ajaran Islam," ujar Rasyid sambil tersenyum manis.

Andai saja senyuman itu terlihat oleh Shanum, mungkin wanita itu tak akan menangis, melainkan ia akan langsung terpesona saat melihat senyuman itu.

"Apakah aku memiliki hak untuk menolak atau menerima? Saat ini aku adalah pelayanmu, jadi bukankah aku hanya bisa patuh?" tanya Shanum sambil sedikit terisak.

Mendengar pertanyaan wanita itu membuat Rasyid tersenyum tipis.

"Kucabut keterikatanmu antara seorang majikan dan seorang pelayan denganku, kini kau telah menjadi manusia bebas dengan hak untuk menentukan keputusanmu sendiri."

"Oleh karena itu, Nona, aku kembali meminta jawabanmu sebagai manusia yang bebas tanpa ikatan apapun," perkataan Rasyid membuat Shanum merasa heran dengan cara berpikir pria di balik tirai ini.

"Jika kau menghilangkan keterikatanku sebagai seorang pelayan, maka kau tidak akan bisa memerintahiku lagi. Apakah kau tidak merasa rugi dengan uangmu yang telah kau keluarkan?" tanya Shanum.

"Kamu bisa mengganti uang itu," balas Rasyid yang membuat Shanum mengerutkan keningnya. "Apa maksudmu?" tanya Shanum.

"Aku tidak akan memaksa kamu untuk menikah denganku, dan aku juga sudah melepaskan kamu dari ikatan antara seorang majikan dengan seorang pelayan."

"Jadi jika kamu menolakku, maka kau bisa menyicil semua uang yang telah aku keluarkan," jawab Rasyid.

Tak dapat di pungkiri, wanita itu begitu terkejut mendengarnya. Sekarang dia berada dalam dilema berat. Karena keputusan yang akan dia ambil akan menentukan kehidupannya setelah ini.

"Bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebanyak itu?" tanya Shanum.

"Kau bisa melakukan pembayaran secara bertahap tanpa batas waktu, asalkan uang yang digunakan untuk melunasi utangmu padaku tidak berasal dari hasil jual diri," jelas Rasyid lagi.

"Aku memberikan kau waktu hingga pagi untuk memutuskan apakah ingin menikah atau mengganti uangku, semua tergantung pada keputusanmu, jadi jangan merasa terpaksa ya," ujar Rasyid lagi sambil senyum manis.

Namun, senyum tersebut lagi-lagi tidak terlihat oleh Shanum.

"Kau boleh tinggal semalam di sini, besok pagi aku akan datang meminta jawabanmu, sekarang aku harus pergi. Assalamualaikum," sambungnya lagi lalu bayangannya terlihat bergerak menjauh dari tirai.

"Waalaikumsalam..." jawab Shanum sambil menghela nafas panjang.

Wanita itu mulai bersandar di dinding Masjid sambil merenungkan setiap kata yang diucapkan oleh Rasyid. Dalam pikirannya, dia sungguh tak percaya bahwa seorang pria sholeh seperti kyai Rasyid telah melamarnya.

"Dia bilang, jangan merasa terpaksa? Ucapannya sendiri telah berhasil menciptakan situasi di mana aku tak bisa menolaknya," gumam Shanum sambil menghela nafas panjang.

"Sepertinya tidak ada salahnya menerima lamaran dari kyai Rasyid. Lagipula, dia menikahiku hanya untuk memenuhi janjinya, bukan karena mencintaiku."

"Dia juga tidak mungkin meminta haknya sebagai suami dari seorang wanita seperti aku."

"Lebih baik aku menerimanya, daripada harus berjuang mencari rumah dan pekerjaan."

"Belum lagi jika aku menolak, aku harus memenuhi kebutuhan sehari-hari dan membayar hutang sebanyak itu," pikir Shanum sambil bangkit dan mencoba sholat dengan mengikuti seseorang di depan sana.

...

"Bagaimana? Apa keputusan yang telah kau ambil?" tanya Rasyid pada Shanum yang terus menunduk. Saat ini, hari telah berganti.

Tepat pukul delapan pagi, Rasyid kembali datang sesuai dengan janjinya untuk meminta jawaban dari wanita tersebut.

Shanum yang telah merenungkan segalanya sejak semalam, bahkan wanita itu sampai berdoa memohon ampunan dan petunjuk kepada sang Kholiq, dengan rasa malu, Shanum menjawab.

"Semalaman berada di Masjid ini membuat aku merasa begitu terbebani dengan semua dosa yang telah aku lakukan."

"Jika aku ingin memperbaiki diriku dengan sungguh-sungguh maka aku membutuhkan seorang pembimbing. Maka dari itu, aku memohon bimbingan dari Kyai sebagai imamku," ucap Shanum dengan rona merah di pipinya.

Pria itu langsung tersenyum bahagia saat mendapatkan jawaban yang sesuai dengan harapannya.

"Alhamdulillah... Terimakasih banyak ya, kau telah bersedia membantuku untuk menepati janjiku," ucap Rasyid yang membuat Shanum tersenyum kecut.

"Ingat Shanum, dia menikahimu hanya karena janji yang tidak sengaja dia buat. Jadi, jangan sampai kau jatuh hati padanya," ucap Shanum dalam hati yang berusaha mengingatkan dirinya agar tidak melewati batas yang ada.

“Ingat, dia adalah iblis berparas Kyai!”

Related chapters

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Kacaunya Pernikahanku

    Di sebuah ballroom hotel, terlihat berbagai dekorasi pernikahan yang sangat memukau telah dipasang di setiap sudutnya. Pelaminan dan kursi untuk para tamu telah dihiasi dengan sangat apik untuk acara yang akan diselenggarakan malam ini. Pernikahan yang sangat terhormat dengan pesta yang sangat mewah belum pernah terbayangkan oleh Shanum sebelumnya. Dia berpikir bahwa, kehidupannya akan terus berputar di sekitar rumah bordir tersebut, di mana berbagai pria akan datang dan pergi. Dia merasa bahwa takdirnya saat ini sedang berpihak padanya, hingga dia diberikan hadiah terbesar dalam hidupnya. Yaitu seorang suami yang sangat tampan, mapan, dan saleh. Wanita itu juga begitu merasa malu kepada sang kuasa. Dia yang pendosa saja masih di berikan seorang suami sebaik ini, apalagi kalau dia sungguh-sungguh bertaubat? Sungguh, Shanum saat ini benar-benar sudah tidak sabar untuk belajar ilmu agama bersama Rasyid. Di atas pelaminan itu, Shanum terus memandangi wajah Rasyid yang terli

    Last Updated : 2024-06-29
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Mencari Tempat Tinggal

    Wanita berpakaian pengantin itu terus tergugu di sebuah kursi kayu yang terletak di tepi jalan. Terangnya lampu di padu dengan cahaya rembulan dan semilir angin malam yang menerpa lembut wajah Shanum membuat kesedihannya semakin terasa.Dia tahu saat ini dirinya sedang menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Tapi kali ini dia tidak perduli. Rasa sakit di hatinya terlalu besar hingga menutupi rasa malunya. Tak dapat di elakkan, semua hinaan yang di berikan oleh Ummi Zulaikha begitu menyayat hatinya.Saat di hotel itu, Shanum merasa begitu sakit hati hingga membuat dia memutuskan untuk menyerah di hari pernikahannya.Tetapi sekarang, rasa sedih itu berubah menjadi sebuah penyesalan yang cukup dalam. Wanita ini menyesal karena cintanya begitu lemah, hingga baru di uji sedikit dia sudah langsung kalah.Di tengah kesedihannya, wanita itu sadar bahwa sekarang dia harus mencari jalan untuk menyambung hidup. “Persetan dengan hinaan itu! Sekarang yang harus aku pikirkan adalah ba

    Last Updated : 2024-07-01
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Dosa Ini Jauh Lebih Besar, Rasyid!

    Di kediaman keluarga besar Al-Hafiz, terlihat Syekh Abdurrahman mendesah kecewa setelah mendengar penjelasan dari Ummi Zulaikha yang menurutnya, tindakan dia sudah benar. “Tindakanku sudah benar. Rasyid sangat tidak pantas jika harus bersanding dengan wanita hina seperti Shanum,”ucapnya dengan penuh keyakinan.“Tindakanmu ini salah, Zulaikha! Kau seharusnya tidak bertindak seperti ini pada menantumu, apalagi saat itu banyak orang luar yang menyaksikan.” Syekh Abdurrahman sangat tidak mengerti dengan cara berpikir wanita di hadapannya.“Dia bukan menantuku, Syekh!” sarkas Ummi Zulaikha. Dia menolak mentah-mentah jika ada seseorang yang mengatakan bahwa Shanum adalah menantunya. “Kenapa kau tidak ingin mengakui dia sebagai menantumu, huh? Karena dia seorang pelacur?” “Bukankah ini semua terjadi juga karena ulahmu yang terus mendesak Rasyid untuk menikah?”pertanyaan yang di lontarkan oleh Syekh Abdurrahman berhasil membuat Ummi Zulaikha mati kutu.“Aku akui, Shanum memang bukan wanita

    Last Updated : 2024-07-01
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Namamu Shanum? Si Wanita Penghibur Itu?

    Di kasur tanpa ranjang tersebut, Shanum terlihat masih asyik bermain di alam bawah sadarnya. Padahal, sinar sang surya telah menyapa hangat wajah wanita cantik itu melalui celah-celah jendela.Tidur lelapnya terusik ketika mendengar suara gaduh dari para penghuni kost lain yang sedang berebut kamar mandi. “Astaga!... Apa Clara dan Dian berebut seorang pria lagi?” racaunya sambil mengusap air liur yang mengalir di pipi sebelah kiri.Wanita itu duduk di atas kasur sambil mengucek matanya. Saat kesadarannya hampir terkumpul, sayup-sayup dia kembali mendengar suara dua orang wanita yang sedang berebut kamar mandi.Seketika matanya terbelalak. Dia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. “Ya ampun! Aku kesiangan!”pekiknya sambil meloncat dari kasur dan gegas menyambar handuk lalu keluar dari kamar.Mood-nya di pagi hari semakin hancur saat melihat barisan antrian yang begitu panjang berasal dari dua bilik kama

    Last Updated : 2024-07-01
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Jika Kau Tidak Mau Ikut, Biar Aku Yang Mengikutimu!

    Hari demi hari Shanum lalui. Tak terasa, sudah hampir dua pekan dia berada di sini. Dari pagi sampai sore dia habiskan untuk bekerja sebagai OG di salah satu pabrik yang ada di sana. Dan dari sore hingga malam dia habiskan untuk belajar mengaji juga beristirahat.Sekarang wanita itu paham arti dari sulitnya hidup. Seperti saat ini, awalnya dia begitu kesulitan, apalagi pekerjaan sebagai office girl tidaklah mudah bagi wanita manja sepertinya. Tetapi perlahan dia mulai terbiasa dengan semua itu.Mulai dari mengantri di kamar mandi, membersihkan terlebih dahulu wc yang kotor sebelum ia pakai, istiqomah memakai hijab, serta baju gamis panjang selepas Shanum bekerja.Memang, terkadang Shanum kerap kali mengeluh. Tapi tak apa, bukankah ini sebuah kemajuan besar untuk Shanum?Selepas membersihkan diri, Shanum merebahkan dirinya di kasur. Menatap langit-langit kamar lalu beralih menatap jam yang terus berdetak.Suara jam itu berhasil membawa Shanum ke alam lamunan yang membuat pikirannya

    Last Updated : 2024-07-02
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Aku, Suamimu!

    “Tidak-tidak. Dia pasti hanya membual. Walaupun dia menyusulku, aku yakin dia tidak akan tahan dengan kost yang aku tempati,” Shanum membatin. Merasa ucapan Rasyid hanya sebuah bualan belaka, Shanum akhirnya hanya mengibas-ngibaskan tangannya lalu melenggang pergi menuju kerumunan para jama'ah.“Kau yang telah menantang aku, jadi bersiaplah, Shanum.” Rasyid tersenyum. Dia sangat bersyukur bisa kembali bertemu dengan istrinya. Doa dan ikhtiar nya selama ini akhirnya membuahkan hasil. Dengan kuasa-Nya, Allah kembali mempertemukan mereka sama seperti pada awal pertemuan keduanya. Dalam ketidak sengajaan dan acara pengajian.“Alhamdulillah,” pria itu mengusap wajahnya lalu kembali menyapa para jama'ah nya. Situasi memang menjadi sedikit canggung. Sebab, mereka semua bingung ketika sang Kyai tiba-tiba menarik seorang gadis menjauh dari kerumunan.Namun, mereka semua enggan untuk bertanya. Karena khawatir akan menyinggung hati Kyai terhormat itu. Setelah acara majelis ta'lim selesai, S

    Last Updated : 2024-07-02
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Panggil Aku Buby!

    Brak! “Astagfirullahaladzim!”keduanya sama-sama terkejut. Shanum menoleh dan gegas bangun mendekati pintu. Sementara Rasyid hanya duduk dan memperhatikan wanita itu. “Tidak ada siapapun,” gumam Shanum yang keheranan. “Mungkin hanya angin,” ucap Rasyid. Shanum tidak yakin dengan pernyataan Rasyid barusan. Jika angin, bagaimana bisa terbanting begitu kencang seperti ada seseorang yang sengaja membantingnya? Wanita itu menautkan alisnya saat melihat Rasyid mulai mengeluarkan pakaian dari dalam tasnya. Mata Shanum melebar ketika Rasyid berjalan mendekati lemarinya dan hendak membuka lemari kecil itu. Ini tidak bisa di biarkan, Rasyid tidak boleh membuka lemari itu. “Stop! Kyai mau apa?” Shanum menghadang langkah Rasyid mendekati lemarinya itu. “Aku ingin merapikan bajuku,” jawab Rasyid santai. Shanum sedikit melongo. Dia tidak percaya jika Rasyid benar-benar ingin tinggal di sini bersamanya. “Kyai, kamarku seperti ini. Apa kau yakin?” Shanum berharap jawaban dari pertanyaa

    Last Updated : 2024-07-02
  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Ujian Iman

    Laki-laki mana yang tidak tergoda ketika melihat dari dekat wajah cantik seorang wanita?Apalagi jika bulu matanya lentik, bola matanya yang besar, hidung mancung, rahang tegas yang terpahat sempurna, serta bibir merah merona bak buah Cherry. Pemandangan itu membuat iman Rasyid terguncang. Apalagi, bibir ini sudah dia cicipi sebelumnya. Rasa penasaran dan ingin lagi semakin membara dalam diri pria tersebut. Shanum terus meronta. Tetapi tenaga pria yang memeluknya ini jauh lebih besar.Shanum tidak memiliki pilihan, dia tidak mau kembali terbuai. Wanita itu menutup matanya lalu menggigit bibir Rasyid hingga membuat sang empunya mendesis. Merasa Rasyid sedang lengah, gegas Shanum mendorong tubuh Rasyid dan berlari ke sudut kamar menjauhi sang Kyai yang masih mengelap sudut bibirnya dengan jempol.“Dasar Kyai mesum! Penipu! Pembohong! Kurang ajar! Sialan! Aku benci kau!” Shanum terus mengumpat. Dia begitu kesal karena merasa telah di tipu dengan syarat yang di buat oleh Rasyid. Shanu

    Last Updated : 2024-07-03

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Cemas

    “Jangan menuduhku seperti itu, Rasyid. Aku ini ibumu, jaga ucapanmu itu. Kau tahu dosa besar akibat dari menyakitkan hati seorang ibu, kan?” cekat Ummi Zulaikha sambil memberikan tatapan sengitnya kepada sang anak. Mendengar itu, Rasyid pun mendengus kesal. Bukan tanpa alasan dia mencurigai sang Ummi, tapi, beberapa kejadian belakangan ini membuat rasa curiga itu tidak dapat di elakkan. “Maaf, Ummi.” ucap Rasyid pada akhirnya. Biar bagaimanapun, ucapan Ummi nya memang benar, dia bisa mendapatkan dosa besar jika dia dengan sengaja menyakiti hati Ummi nya itu. Seketika suasana di dalam mobil itu menjadi hening. Pada awalnya, Rasyid tidak menghiraukan itu. Namun, berlama-lama dengan keadaan seperti ini membuat Rasyid canggung sendiri. “Ekhem, kok nggak di lanjutin ngobrol nya?” tanya Rasyid dengan hati-hati sambil melirik ke arah spion. Di belakang sana, Ummi Zulaikha dan Zulfah langsung memberikan lirikan sinisnya. “Pikir aja sendiri. Huh!” ucap keduanya secara bersamaan lalu

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Kehilangan

    Pov Author “A-aku mohon, Tuan...” mohon Shanum sambil terus menatap sendu ke arah Tuan Abrahah. Sebenarnya, Shanum tahu jika permohonannya ini sia-sia, tapi ia tidak punya pilihan. Shanum sampai melupakan pakaiannya yang sobek hingga sebagian tubuhnya terlihat. Kali ini, dia bukan lagi seorang wanita yang berusaha mempertahankan kehormatannya, atau, seorang istri yang berusaha menjaga kepercayaan sang suami. Kali ini, Shanum hanyalah seorang ibu yang ingin anak di dalam kandungannya baik-baik saja. Tuan Abrahah berjongkok. Ia menukik senyum seringainya lalu membelai lembut pipi Shanum yang bengkak. “Baiklah, Sayang. Aku akan menolongmu. Tapi nanti, setelah keponakanku mati di perutmu! Hahaha!” ucap Tuan Abrahah. Tawa jahatnya menggema di ruangan tersebut. Pria ini seolah telah berubah menjadi iblis yang tidak memiliki hati nurani. Shanum menggeleng pelan dengan ekspresi yang menyedihkan. Ia benar-benar cemas akan kandungannya, tapi sepertinya, Tuan Abrahah tidak peduli ata

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Awal Bencana Besar

    Sesuai apa yang di ucapkannya semalam, Rasyid sudah siap dengan mobilnya seusai sholat subuh. Sepertinya, dia masih sedikit marah padaku perihal ucapanku semalam. Memang, setelah sentakannya semalam, dia tidak mau mendengarkan perkataanku lagi dan meminta aku untuk segera tidur.“Berhati-hatilah di jalan, Rasyid,” ucap Tuan Abrahah sambil menepuk bahu suamiku. Sungguh sandiwara yang sempurna. Ingin sekali rasanya aku meneriaki semua niat busuknya di hadapan semua orang.Tapi, aku yakin tidak akan ada yang mempercayaiku. Yang ada aku hanya akan mendapatkan cibiran dari mertuaku dan amarah yang semakin besar dari suamiku. Setelah menutup bagasi mobilnya, Rasyid berjalan menghampiriku.Aku langsung mencium punggung tangannya saat dia menyodorkan tangannya padaku. Dia memelukku cukup lama, lalu berbisik, “Maafkan aku karena semalam telah membentakmu.”Kami mengendurkan pelukan kami. Aku menatapnya lalu mengangguk pelan. Saat dia tersenyum tipis, aku pun ikut tersenyum. Rasa kesal ya

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Dia Menggodaku, Buby!”

    Hari-hari berlalu, sangat terasa bagiku setiap detiknya saat Tuan Abrahah tinggal di sini bersamaku. Dia gila! Tuan Abrahah sangat gila! Dia berkali-kali berusaha mencelakai aku dan kandunganku.Tuan Abrahah seringkali membasahi lantai yang akan aku pijak dengan menggunakan minyak agar aku terpeleset dan jatuh, atau, sengaja mencampurkan bahan-bahan makanan yang dapat menggugurkan kandunganku.Untunglah aku memiliki suami yang sangat perhatian padaku. Semua siasat busuk Tuan Abrahah selalu di gagalkan oleh Rasyid. Saat aku hendak terjatuh karena memijak lantai yang licin, Rasyid dengan sigap menangkapku dan memarahi para asisten rumah tangga yang dia anggap kurang teliti dalam mengeringkan lantai.Begitupun saat Rasyid mengetahui jika ada bahan makanan yang membahayakan ibu hamil di makananku. Seluruh koki yang baru di sewa oleh Rasyid setelah mengetahui kehamilanku langsung di marahi habis-habisan bahkan di pecat. Padahal, ini bukan kesalahan mereka, tapi kesalahan dari kakaknya.

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Selamat Atas Kehamilanmu

    “Tidak! Rasyid!” aku berteriak. Ini memang sangat nekat. Tapi, lebih baik aku di marahi Rasyid dan menjadi bulan-bulanannya Ummi Zulaikha daripada harus melayani Tuan Abrahah. Tuan Abrahah panik seketika. Ia langsung membekap mulutku saat Rasyid mulai menggedor-gedor pintu. “Shanum? Kau kah itu yang berteriak? Tolong buka pintunya, Sayang.” kata Rasyid sambil terus menggedor pintu.Aku berusaha memberontak, tapi, tenaganya sangat kuat. “Dasar pelacur gila!” umpatnya padaku dengan suara berbisik sambil menyeret diriku bersembunyi di balik bak. Kamar mandi ini memang di sediakan untuk art di rumah ini. Itulah sebabnya tidak ada bathub di sini, melainkan sebuah bak yang terbuat dari semen dan di lapisi dengan keramik.Ukuran bak ini cukup untuk menyembunyikan aku dan Tuan Abrahah. Gedoran pintu terdengar semakin keras. “Shanum, jangan membuat aku cemas, cepat buka pintunya!” teriak Rasyid dari arah luar.Tuan Abrahah sedikit mengintip sambil terus memegangiku. Dari suara yang aku de

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Terjebak!

    “Apa maksudmu, Bang?” tanya Rasyid pada Tuan Abrahah. Lelaki itu mengalir pandangannya dariku. Dia tersenyum pada Rasyid. “Ah, bukan apa-apa. Aku hanya bergurau,” jawabnya. Dia memang sedang berbicara dengan Rasyid, tapi, matanya selalu mengarah kepadaku.Di ruang tamu ini, ada beberapa orang yang wajahnya sangat asing bagiku, tapi, jika di perhatikan, Tuan Abrahah terlihat mirip dengan Rasyid. Ada dua orang perempuan seusiaku dan tiga orang perempuan seusia Ummi Zulaikha, juga ada tiga orang pria di sini, tiga pria itu terlihat sudah cukup berumur.Kami pun duduk di sofa yang sudah tersedia. Aku cukup terkejut saat melihat dua perempuan seusiaku itu duduk mengapit Tuan Abrahah, lalu, melingkarkan tangan mereka di kedua lengan lelaki itu.“Shanum, perkenalkan, mereka adalah kerabat almarhum Abi mertuamu yang baru sah warga negara Indonesia satu pekan yang lalu,” ucap Ummi Zulaikha padaku. Oh, shit! Jadi, Tuan Abrahah sudah menetap selama satu pekan di sini?Aku tersenyum singkat p

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Tuan Abrahah

    Kenapa orang itu bisa menghubungi Rasyid? Siapa dia? Apa hubungannya dengan Rasyid? Jika orang itu melihatku, itu bisa gawat! Pundakku tiba-tiba di tepuk. Aku yang masih ketakutan pun refleks berteriak keras. “Aaaa! To-tolong menjauh dariku!” teriakku yang refleks berjongkok memeluk lututku.“Hei, Shanum, ada apa? Ini aku,” suara Rasyid terdengar. Aku langsung mendongakkan kepalaku. Aku langsung bangkit dari dudukku sambil meraba tubuh Rasyid. Benar. Ini Rasyid. Tidak ada orang menakutkan itu di sini.“Ada apa?” tanya Rasyid lagi. Apakah aku harus memberitahunya? Tapi, bagaimana jika aku salah dengar? Tidak-tidak. Aku tidak salah dengar. Aku hapal betul bagaimana suaranya.“Shanum?” Rasyid memanggilku sambil mengusap pipiku. Aku yang semula memandang kosong kini beralih menatap manik birunya. Tatapannya yang teduh membuat hatiku sedikit tenang. “Ada apa, Sayang?”tanya Rasyid sekali lagi. “Ta-tadi ada yang menelfon,” jawabku sedikit terbata.Ekspresi Rasyid langsung menunjukkan b

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Ingin di Akui

    Satu pekan telah berlalu. Selama itu, aku sadar bahwa hamil itu tidak enak. Setiap hari aku harus mengalami morning sicknees yang sangat menyiksa. Selama satu pekan itu, Rasyid pun menjadi tempat aku meluapkan emosiku. Aku sering memarahinya tanpa alasan, sering tiba-tiba merajuk. Dan Rasyid sendiri, dia selalu meladeni semua tingkahku dengan penuh kelembutan.Seperti sekarang ini, aku sedang marah pada Rasyid karena gagal membawakan aku bubur ayam langganan kami. Saat Rasyid kembali dengan tangan kosong, aku langsung menangis. Ya, aku akui semenjak hamil aku menjadi cengeng. Tangisanku bahkan belum berhenti sampai sekarang. “Berhenti menangis, Sayang. Aku bisa belikan di tempat lain, mau?” tawarnya. Aku menggeleng cepat. “Cuma mau yang di depan gang itu!” kesalku. “Di sana kan tutup, Sayang. Di tempat lain aja ya?” bujuknya lagi. “No! No! No!” ucapku sambil menggelengkan kepala dan menggerakkan jari telunjuk ke kanan dan ke kiri.“Mau bubur aja ribet! Banyak banget dramanya, h

  • Mendadak Jadi Istri Kyai Tampan    Shanum Hamil

    Aku sedang duduk di kursi taman belakang. Menghirup rakus udara yang ada di sana. Berusaha menetralkan hatiku yang tidak beraturan. Bulir-bulir air mataku terus menetes, mewakili berbagai kata yang tak sanggup terucap. Ucapan Rasyid sebelumnya bagai sebuah pisau yang menancap begitu dalam di hatiku. Cukup lama aku duduk di sini, dengan air mata yang terus mengalir. Mataku sudah terasa berat. Sepertinya, aku harus menghentikan tangisanku. Saat aku bangun dari dudukku, tiba-tiba saja kepalaku terasa berkunang. Semua pandangan menjadi kabur dan, perlahan, semuanya menjadi gelap bersamaan dengan jatuhnya keseimbangan kakiku. Samar-samar aku mendengar suara laki-laki yang memanggil namaku. Sepertinya itu Rasyid. Aku ingin membuka mataku, tapi, mataku ini terasa sangat berat. Entah sudah berapa lama mataku terpejam, tapi, saat aku membuka mata, aku sudah berada di kamar. Rasa pening kembali menyerang, namun, tidak senyeri sebelumnya. Pandanganku mengedar mengitari ruangan. Ada Rasyi

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status