Share

Diagnosa Dokter

Penulis: Fitria Salim
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-04 22:10:40

"Kamu mau kemana, Lian?" tanya bu Tri saat Lian beranjak dari duduknya

"Mau ke poli kandungan sebentar, Bu. Mungkin sudah waktunya Sari dipanggil."

"Kamu mau ninggalin Ibu sendirian di sini, begitu?"

Wajah bu Tri sudah tampak khawatir. Ia takut jika Lian meninggalkan dirinya sendirian di ruang rawat itu. Tadi, saat bu Tri buru-buru masuk ke dalam rumah, ia tak melihat jika Kamila sedang mengepel lantai.

Lantai yang masih basah membuat bu Tri terpeleset dan jatuh hingga berakhir pingsan. Lian yang memang sudah bersiap untuk pergi mengantarkan Sari itu pun segera membawa sang ibu ke rumah sakit. Ia meminta bantuan tetangganya yang memiliki mobil untuk mengantar bu Tri ke rumah sakit.

Sari diminta oleh Lian ikut dengan mobil, sedangkan ia sendiri pergi dengan membawa motor. Gavin dan Kia mau tidak mau ia titipkan kepada Kamila meski awalnya adik iparnya itu keberatan.

Bu Tri terpaksa dirawat karena tensi darahnya tiba-tiba naik. Kaki kirinya juga terkilir cukup parah, membuatnya kesuli
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Melawan Dengan Kata

    Kamila terkesiap saat mengetahui Sari sudah berdiri di hadapannya. Setelah melempar tatapan tajam kepada Kamila, Sari buru-buru berjongkok untuk menghampiri Kia yang masih menangis. Kini, tubuh anak itu pun basah sebab Kamila yang baru saja mengguyurnya dengan satu gayung penuh air."Apa yang sudah anakku lakukan sampai kamu tega guyur Kia kaya gini, Mil?"Kamila sebenarnya takut, tapi, ia berusaha untuk menutupi semua itu. Ia berdehem kecil dan memasang wajah garang di hadapan Sari."Anak kamu itu nyusahin tahu, Mbak! Cerewet banget. Minta makan, dikasih ini gak mau, itu gak mau. Malah makanan yang udah susah payah aku masakin di hancurin semuanya sama dia," ujar Kamila seraya menunjuk ke arah Kia yang masih menangis.Sari berusaha menenangkan sang anak dengan cara memeluknya, namun, apa yang ia dapati sungguh membuat hatinya berdenyut sakit. Kia menolak pelukannya dan berlari menuju rumahnya."Aku gak mau sama Ibu. Ibu jahat, mau lempar Kia ke dalam sungai."Sari mematung. Otaknya m

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-05
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Mengantarnya Pulang

    "Bu Hesti?"Seseorang yang disebut namanya itu pun menoleh. Bu Tri yang tadinya berwajah masam, seketika menampilkan senyum manisnya, dibarengi dengan sambutan hangat kepada anak sulungnya itu."Eh, udah balik kamu, Lian. Ini, lho, ada bidan Hesti tadi mampir ke sini. Bawain Ibu buah, sekalian disuapin pula."Hesti yang dipuji-puji itupun menampakkan senyum malu-malu. Pipinya memerah entah karena malu atau memang ia yang menggunakan perona pipi."Pak Lian, Mas Sandi," sapa Hesti dengan sedikit menganggukkan kepala."Bu Hesti, kok, tahu kalau ibu saya dirawat di rumah sakit ini?" tanya Lian penasaran. Bagaimana bisa bidan muda itu sampai di sana dan tengah menyuapi ibunya saat ini."Oh, saya tidak sengaja bertemu Bu Tri di sini. Tadi, saya habis jenguk rekan sejawat saya yang sedang sakit. Itu, rekan saya dirawat di ranjang paling ujung," jawab Hesti sembari telunjuk lentiknya mengarah ke arah di mana ranjang paling ujung berada.Bu Tri memang dirawat di ruangan kelas dua yang berisi t

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Bisikan

    Selepas magrib, Sandi memutuskan untuk pulang ke rumah. Bu Tri tidak mau jika Sandi yang menemaninya di rumah sakit. Ia ingin agar Lian yang menginap di sana. Sekalian, bu Tri juga ingin membicarakan banyak hal pada sulungnya itu tanpa gangguan si bungsu."Gimana kondisi ibu, Mas?" tanya Kamila seraya menyuguhkan secangkir kopi kesukaan Sandi."Sudah jauh lebih baik. Hanya saja, kakinya masih sulit untuk digerakkan. InsyaAllah, besok sudah boleh pulang."Kamila tak lagi menanyakan apapun tentang ibu mertuanya itu. Ia hanya fokus pada televisi di depannya sebelum ia teringat suatu hal. Kamila merapatkan diri ke arah Sandi."Mas Lian seharian ini apa gak pulang, Mas?"Sebenarnya, pertanyaan yang Kamila ajukan pada Sandi hanyalah untuk memastikan suatu hal saja. Sandi terlihat menyeruput kopi yang sudah menghangat."Pulang, kok. Tadi siang, mas Lian pulang bareng sama bidan Hesti.""Bidan Hesti? Kok, bisa?"Rupanya Kamila tak salah dengan penglihatannya. Yang ia lihat tadi siang memang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-08
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Kegelisahan Lian

    Lian mengalami mimpi buruk sehingga membuat ia terjaga lebih cepat. Jam pada dinding menunjukkan pukul tiga pagi. Padahal, semalam ia baru saja tidur ketika jam dua belas malam."Kenapa perasaanku gak enak, ya?"Berusaha mengenyahkan berbagai pikiran buruk, Lian kembali membaringkan tubuhnya di atas tikar tipis dengan bantal kecil itu. Hingga tak lama, Lian kembali terlelap."Bu, kata dokter, nanti siang Ibu sudah boleh pulang. Nunggu cairan infusnya habis dulu.""Iya. Dan kamu jangan lupa pesan Ibu kemarin ya, Lian.""Iya, Bu," jawab Lian sedikit enggan.Pasalnya, dari kemarin sang ibu terus saja meminta Lian untuk mendekati Hesti. Rencananya, saat sudah pulang nanti, bu Tri ingin agar kakinya terus mendapatkan perawatan dari bidan muda nan cantik itu."Kamu udah urus administrasinya?""Belum, Bu. Aku mau pulang dulu sebentar. Kartu ATMku kayanya ketinggalan di rumah, Bu. Nanti aku juga sekalian mau minta patungan sama Sandi. Tanggal gajianku masih lama soalnya, Bu."Bu Tri tampak me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Kematian Gavin

    Lian menangis sembari memeluk tubuh Gavin yang telah kaku. Betapa terkejutnya Lian saat mendapati Gavin masih dalam posisi tidur di ranjangnya tapi dengan bibir yang sudah membiru."Ayah, adik kenapa, Yah?" tanya Kia masih dengan isakan-isakan kecil yang keluar dari bibirnya.Sebenarnya, Kia tahu apa yang terjadi pada adiknya. Tapi, anak sekecil itu tidak akan paham akibat dari sebuah kejadian. Semalam, Kia melihat saat adiknya menangis keras dan sang ibu berusaha mendiamkannya dengan cara menggendong dan memberinya susu.Namun, Gavin tak kunjung diam sampai akhirnya, Sari meletakkan Gavin kembali ke atas ranjang. Tangannya bergerak mengambil bantal besar miliknya, lalu, meletakkannya di atas tubuh Gavin.Bantal sebesar itu tentu saja mampu menutup seluruh tubuh termasuk wajah bayi yang mungil. Persis seperti malam kemarin dan Kia berusaha menolong sang adik. Namun, Sari justru mendorong tubuh Kia hingga tubuh bocah empat tahun itu terjatuh dari atas ranjang.Kia berusaha lari keluar,

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Titik Terang

    Semua yang berada di dalam ruangan itu, terlebih Lian dan Sandi sangat terkejut dengan kedatangan Kamila. Wanita itu lantas menghampiri meja petugas, di mana sang suami dan kakak ipar berada."Kamu ngapain kesini, Mila?" tanya Sandi dengan nada lembut. "Aku disuruh ibu, Mas, untuk memastikan bahwa mbak Sari harus dihukum seberat-beratnya karena sudah membunuh Gavin."Sandi lantas berdiri lalu sedikit menyeret Kamila agar sedikit menjauh dari meja petugas. Sandi merasa malu dengan tindakan Kamila barusan. Menurutnya, hal itu bukanlah menjadi kewenangannya. Sari menjadi tersangka, sedangkan korban adalah anak kandung Sari sendiri. Tentu saja dalam hal ini, Lian yang menjadi penanggung jawab penuh atas apa yang terjadi pada Sari dan Gavin."Kamu jangan memperkeruh suasana di sini, Mila.""Memperkeruh apa sih, Mas? Aku cuma membawa amanah dari ibu aja, kok. Sebagai seorang nenek, ibu gak rela cucunya dibunuh oleh mbak Sari," jawab Kamila tegas. Ia sangat mendukung pemikiran bu Tri karen

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Pengakuan Hesti

    "Bu Hesti, tolong, Bu!" teriak Lian saat dirinya baru saja turun dari motor Sandi. Kebetulan, saat itu Hesti baru saja selesai memeriksa seorang pasien di dalam tempat praktiknya. Seakan ikut merasakan kepanikan Lian, Hesti lantas segera menyuruh Lian untuk membaringkan Kia di atas tempat tidur periksa."Miringkan, Pak Lian. Agar Kia tidak tersedak air liurnya sendiri. Saya ambilkan obat dulu."Hesti bergerak cepat. Tubuh Kia masih kejang dengan Lian yang terus memegangi tubuh sang anak. Tak sampai satu menit, Hesti datang dan segera melepas celana dalam milik Kia."Apa itu, Bu?""Obat kejang, Pak. Harus dimasukkan melalui anus," jawab Hesti seraya memasukkan obat berbentuk pil itu ke dalam anus Kia.Perlahan, kejang yang Kia alami mulai berhenti. Hesti memulai pemeriksaan. Namun, bidan muda itu terkejut saat tubuh Kia kembali mengalami kejang dan terlihat semakin parah. Kedua bola mata Kia berputar ke atas hingga hanya terlihat bagian putihnya saja."Kita harus segera membawa Kia ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Mendadak Gila Karena Mertua   Penyesalan Lian

    "Alhamdulillah, kamu sudah bangun, Sayang?"Pertanyaan yang sungguh klise dan tak perlu lagi untuk dijawab saat Sandi melihat Mila sudah membuka matanya dan tengah mengedarkan padangannya ke seluruh ruangan."Aku dimana, Mas?""Kamu di klinik sekarang. Tadi, kamu pingsan dan Mas mau bawa kamu ke tempat bidan Hesti. Tapi, bidan Hesti sedang tidak ada di tempat."Mila mengingat apa yang terjadi padanya sebelum gelap menguasai dunianya. Tadi, ia merasa tiba-tiba pandangannya menghitam dan kepalanya terasa begitu sakit. Kini, ia justru merasa sangat lemah. Padahal, tadi ia tidak merasakan apapun. Hanya lelah biasa karena harus melayani keinginan ibu mertuanya."Aku kaya gini pasti karena kelelahan kan, Mas?"Sandi tersenyum lalu mengangguk. Ada satu hal lagi yang tidak Mila ketahui tentang penyebab ia tumbang hari ini."Kalau gitu, setelah dari sini, aku mau tetep pulang ke rumah mama papa. Ngerjain kerjaan rumah aja udah buat aku capek, Mas. Sekarang malah ditambah ngelayani ibu. Pokokny

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-19

Bab terbaru

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Baju Untuk Kia

    Sari turun dari mobil yang ia tumpangi bersama Damar. Seperti biasa, Sari mempersilakan Damar untuk sekadar duduk di kursi teras untuk menikmati secangkir teh buatannya."Terimakasih karena udah anterin aku hari ini ya, Mas."Damar buru-buru menelan air teh yang masih berada dalam mulutnya dan segera meletakkan cangkir teh ke atas meja."Sama-sama."Sari menyandarkan punggungnya dan menghela napas panjang. Ia sendiri tak tahu mengapa rasanya bisa selega ini. Tanpa sadar, Sari tersenyum sendiri membayangkan jika nanti saatnya Kia akan ikut bersamanya.Lamunan Sari buyar saat mendengar suara dering ponsel milik Damar. Buru-buru lelaki itu menjawab panggilan telepon untuknya."Ya, Bu?"Rupanya sang ibu yang menghubungi Damar. Sari tak ingin menguping pembicaraan ibu dan anak itu. Ia sendiri memilih untuk mengutak-atik ponsel miliknya sendiri."Aku tanya dulu ya, Bu. Bisa jadi dia sedang lelah. Kami baru saja pulang setelah berbelanja."Sari jadi merasa bahwa Damar dan ibunya tengah membi

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Membeli Kado

    Wajah Hesti seketika berubah cemberut saat Lian membentaknya di depan umum. Dalam hati, Hesti semakin merasa bahwa ia harus segera membalas dendam pada Lian.Setelah membentak Hesti, Lian berlalu menuju bagian baju anak perempuan yang tadi disambangi oleh Sari dan Damar.Saat ini, Sari sudah berpindah tempat. Mungkin sedang mencari barang-barang lain yang ingin ia berikan pada putrinya.Seketika Lian menelan ludahnya kasar saat melihat harga yang tertera pada baju tersebut.Itu baju yang hampir sama dengan yang Sari ambil tadi. Lian tidak menyangka jika baju anak-anak seperti itu harganya bisa mencapai lima ratus ribu.Ia jadi teringat masa dimana Sari meminta uang pada Lian untuk membelikan baju untuk anaknya itu karena baju-baju milik Kia sudah banyak yang tak muat."Eh, buat apa uang itu, Lian?" tanya bu Tri saat Lian menyerahkan uang senilai dua ratus ribu pada Sari.Padahal, Sari sudah merasa sangat senang karena ia akan pergi ke pasar guna membelikan anaknya itu baju baru."Buat

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Menguliti Lian

    Hari cepat sekali berganti. Setidaknya, itu yang dirasakan oleh Lian. Akhirnya, perceraiannya dengan Sari pun sudah sah secara hukum negara. Tuntutan Sari akan harta gono gini juga terkabul. Dalam waktu dekat, Lian harus menjual rumah itu agar hasil penjualan bisa ia bagi dengan Sari. Atau, jika Lian masih ingin mempertahankan rumah itu, Lian harus membayar separuh harga rumah pada Sari. Dan tentu saja Lian tak punya uang untuk itu.Berbeda dengan yang Sari rasakan. Selain perasaan lega karena kini statusnya sudah jelas, Sari juga merasa lebih baik karena tak ada lagi ikatan yang menyambung dirinya dan juga keluarga Lian selain Kia.Namun, Sari berjanji untuk tidak menciptakan permusuhan di antara keduanya. Bagi Sari, yang terputus darinya dan Lian hanyalah status suami dan isteri. Tapi, untuk menjadi orang tua Kia, mereka tetaplah berada di posisinya masing-masing."Udah, sih, Mas. Ikhlasin aja rumah itu. Toh, kamu bilang kalau bangun rumah itu pakai uang mbak Sari juga, kan? Berart

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Disuruh Lamaran

    Sari dan Damar saling berpandangan. Merasa sia-sia kebohongan yang mereka buat untuk mengelabuhi orang tua Damar."Ibu gak lagi becanda, kan?"Ibu dari Damar itu tertawa. Sesekali menepuk pundak sang suami karena merasa lucu, sebab sudah berhasil menipu anaknya sendiri."Ya enggak, lah, Damar. Namira itu memang saudara jauh kita. Tepatnya, dari keluarga ayah kamu. Ya, kan, dari dulu kamu jarang kumpul sama keluarga dari ayah kamu. Kebetulan juga, Namira kuliahnya di luar negeri, dapat beasiswa kuliah di China."Damar hanya bisa menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Gara-gara ia yang tidak terlalu dekat dengan keluarga ayahnya, apalagi saudara jauh, ia jadi mudah ditipu."Tapi gak apa-apa ya, Pak. Kita nipu kamu juga ada hasilnya, kan? Sekarang, akhirnya kamu pulang bawa perempuan juga. Seneng Ibu rasanya, Mar.""Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kalian berhubungan?" Ayah Damar yang sedari tadi diam, akhirnya mengeluarkan suaranya.Sari melirik ke arah Damar, seakan menyuruh

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Perjodohan Palsu

    "Ya gak usah ditanya lagi, lah, Hesti. Kalau bukan pelakor, apa namanya? Wong kamu sama Lian aja udah jalan bareng sebelum mereka sah bercerai," ucap bu Rasti membuat Hesti mengeram marah. Tapi, ia tidak ingin merusak imej sebagai seorang bidan jika harus marah-marah di depan umum."Tapi gak apa-apa, sih. Secara tidak langsung, kamu sudah menyelamatkan Sari dari mertua toksis macam bu Tri. Siap-siap aja kamu nanti, kalau gak kuat, langsung lambaikan tangan aja, ya. Jangan sampai gila kaya si Sari."Ketiga ibu itu tertawa bersama-sama. Merasa diolok-olok, Hesti sudah tak kuat terus berlama-lama disana."Ini Bu bidan, kembaliannya," ucap pemilik warung seraya menyerahkan beberapa lembaran uang pada Hesti.Tak ingin berlama-lama mendengar celotehan para ibu, Hesti lantas segera menaiki motornya dan segera pulang menuju rumah."Huuu ... malu, kan, dia. Makanya buru-buru pergi, tuh!""Iya. Profesinya mulia banget, tapi kelakuan orangnya gak ada mulia-mulianya. Ya udah yuk, Ibu-ibu, kita la

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Mulut Comberan

    Lian berkata dengan suara yang cukup keras hingga mengambil alih atensi orang-orang yang semula sibuk dengan urusan mereka masing-masing.Kini, nyaris semua pasang mata tertuju padanya. Sari hanya bisa melongo melihat apa yang sudah Lian lakukan di tempat umum seperti ini.Sari bangkit, diikuti dengan Damar yang ada di belakangnya. Lian masih menatap tajam ke arah Sari dan secara bergantian menatap ke arah Damar."Mas, apa yang kamu lakukan? Malu didengar orang, Mas!" desis Sari yang jujur saja merasa sangat malu."Kamu malu karena kamu merasa sudah memiliki laki-laki lain sebelum kita resmi bercerai, kan? Kalau aku, untuk apa malu? Aku mengatakan hal yang benar."Sari hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban Lian. Kedua mata Sari terasa makin lembab mengingat laki-laki di hadapannya, yang dulu pernah begitu ia damba, kini berubah menjadi laki-laki tak berperasaan."Biarin aja kenapa, sih, Lian. Bener kata kamu, tuh. Dia malu karena orang-orang jadi tahu kalau dia itu perempu

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Pacar Pura-pura

    Sari tergagap. Meski sedari tadi hal itulah yang ada di dalam pikirannya. Tapi, ia benar-benar tidak menyangka jika Damar akan mengatakan hal itu."M-mas, ka-kamu becanda, kan?"Damar berdehem singkat, ia pun membetulkan posisi duduknya yang tadinya condong ke depan."Tidak, Sari. Untuk yang kedua kalinya aku meminta kamu untuk jadi kekasihku. Tapi, kali ini tolong jangan tolak aku. Aku hanya ingin meminta bantuan kamu. Ini semua tidak seperti yang kamu pikirkan. Maksudku, aku minta kamu untuk jadi pacar pura-puraku."Rasanya jantung Sari nyaris terlepas dari tempatnya. Akhirnya, ia bisa bernapas lega saat Damar mengutarakan niat aslinya untuk menjadikannya seorang kekasih."Maaf, Mas. Tapi, untuk apa?"Sari merasa banyak berhutang budi pada Damar. Jika memang diperlukan dan sangat mendesak, Sari mungkin bersedia menjadi pacar pura-pura Damar. Tapi, tentu saja Sari perlu tahu apa alasannya."Ibuku terus mendesak agar aku segera menikah, Sari. Kamu tahu sendiri, tahun ini usiaku sudah

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Ditembak?

    Sari refleks mendorong tubuh Lian hingga laki-laki tersebut terjatuh dan beruntung, tepat di belakang Lian adalah ranjang dengan ukuran besar. Jadi, tubuhnya hanya terhempas ke atas empuknya kasur."Akh!" Sari memekik sebab bu Tri menarik tangannya dengan kasar. Tak lupa bu Tri juga mencengkeram erat pergelangan tangan Sari hingga wanita itu meringis kesakitan."Buat apa kamu masuk ke kamar ini, wanita gila?!" bentak bu Tri tepat di depan wajah Sari.Kia yang ketakutan langsung memeluk tubuh sang ayah yang kini sudah terduduk. Lian masih sesekali meringis sebab lukanya yang memang terasa nyeri."Bu, Ibu salah paham," ucap Lian mencoba memberi pengertian pada ibunya."Jadi ini pilihan kamu, Mas? Kamu mau pernikahan kita batal, iya?"Ternyata, bu Tri tak datang sendirian ke rumah Lian. Di belakangnya, ada Hesti yang kini menatap nyalang pada Lian dan Sari secara bergantian."Jangan, Hesti! Ibu yakin, ini semua pasti gara-gara wanita gila ini. Pasti Sari yang sudah menghasut Lian agar me

  • Mendadak Gila Karena Mertua   Kejadian Di Dalam Kamar

    "Sekarang, Kia cerita sama Ibu. Tante Hesti itu jahat gimana sama Kia?" Sari ingin tahu lebih dalam tentang sifat asli Hesti di depan Kia.Mungkin, jika di depan orang dewasa, Hesti akan menjaga sikap. Tapi, di depan anak-anak, biasanya seseorang akan terlihat sifat aslinya."Tante Hesti suka marahin Kia kalau Kia pakai bajunya gak bagus. Katanya Kia kaya Ibu, kampungan. Terus, kalau lagi makan sama-sama ayah, Kia gak boleh minta makanan yang Kia suka. Pokoknya, harus nurut sama tante Hesti. Apalagi kalau gak ada ayah, Kia pernah dicubit gara-gara Kia gak mau habisin makanan Kia."Sari menghela napas berat. Ia tak pernah membayangkan Jika anaknya akan diperlakukan secara kasar oleh orang lain.Selama dalam asuhannya, Sari sebisa mungkin untuk tidak berteriak di depan anaknya. Tapi, justru orang lain yang melakukannya."Ibu, memangnya bener ya, kalau tante Hesti mau jadi ibunya Kia?"Pertanyaan yang sulit untuk Sari jawab. Setahunya, Lian dan Hesti memang sudah merencanakan pernikahan.

DMCA.com Protection Status