แชร์

Menikah atau Dipenjara

ผู้เขียน: Youmee
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-02-27 16:32:54

"1 Miliar!"

"Sa... Satu miliar," ucapnya. "Yang benar saja," gumamnya, memiringkan kepala seakan tidak percaya, mengapa patung sekecil itu bisa semahal itu.

"Yang benar saja, apa kau berusaha memerasku?" melihat Ducan tidak percaya.

"Apa kau pikir, aku penipu yang berusaha menipu orang miskin sepertimu! Kalau memang begitu, aku tidak akan membayar utangmu."

Seketika Hanisa terdiam mendengar itu. Sedangkan si Pria kembali melihat si wanita dengan ekspresi yang jelas saja di mengerti semua orang.

"Kenapa? Tidak sanggup bayar?" ucap Ducan melirik ke arah wanita itu.

Sedangkan yang dilirik tidak bergeming sedikit pun, menggaruk kening yang tidak terasa gatal.

"Baiklah. Aku tahu orang sepertimu tidak akan sanggup membayarnya, karena itu aku punya dua saran?" Melirik licik

"Saran?" Hanisa yang penasaran akan saran yang dipikirnya mungkin lebih baik daripada membayar utangnya, "saran apa?"

"Sarannya. Kau tidak perlu repot membayar utangmu padaku asal, kau mau menikah denganku," seketika ekspresi wanita yang tadinya bahagia kini berubah menjadi keluh, di sertai tarikan nafas yang terasa sesak.

"Dan saran yang kedua. Kalau kau tidak mau menikah denganku, kau harus siap menunggu hukumanmu, di PENJARA!" Ducan lagi, "Bagaimana? Apa kau siap?"

"Itu namanya bukan saran tapi pilihan!," ucap Hanisa mendekati Ducan, "tapi.... Kenapa kau ingin menikah denganku? Apa kau suka padaku?" ucapnya lagi dengan senyum ledek tak tertahan.

Sedangkan yang diledek tidak terima tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa terlihat gugup, melonggarkan sedikit bagian dasinya yang terasa sesak.

"Kau pikir aku tidak punya selera!" kembali menatap si wanita terlihat puas meledeknya, "wanita sepertimu. Mana mungkin tipeku, kurus, kecil seperti ini, tidak ada hal yang bisa dilihat darimu!" balas Ducan kesal.

Sedangkan wanita itu terlihat kesal mendengar perkataannya. Meskipun ada benarnya namun proporsi badan Hanisa tidak sepenuhnya benar yang diucapkan Ducan.

Ia memang terlihat kecil dan kurus, tapi itu sudah termasuk proporsi tubuh ideal untuk para wanita di sana.

Hanya saja Ducan memang sedikit menjahilinya hanya karena sakit hati terhadap si wanita yang terlihat puas menggodanya, "Sekarang kau hanya punya dua pilihan itu, jika tidak memilihnya berarti kau hanya mau dipenjara," tegasnya.

Melihat wanita di depannya tampak frustasi tak sanggup membayarnya ia pun berusaha menenangkannya dengan memberi waktu.

"Baiklah aku akan memberimu waktu untuk berfikir. Dua hari, jika selama itu kau tidak memutuskan sesuatu berarti kau hanya ingin dipenjara," katannya.

"Berarti kau sama saja dengan Juragan itu," batinnya yang sedikit kesal sambil mengerutkan bibirnya.

"Oh ya, kau juga jangan lupa untuk membayar utangmu padaku karena telah membayar utangmu pada pria tua itu, jadi semua jumlah utangmu padaku adalah 300 miliar," meninggalkan Wanita itu tak lupa mengeluarkan senyum liciknya.

Sedangkan yang punya utang hanya bisa pasrah, mau menuntut juga itu kan FAKTA!

*

"Ini sangat menyebalkan meskipun hutangku lunas pada Juragan Hengki tapi tetap saja," Hanisa yang mengingat kejadian 8 jam tadi, tak lupa menyeruput secangkir kopi yang telah digenggamnya sambil bersantai di kursi goyang itu.

"Membuatku kepikiran. Meskipun tidak menikahi Juragan Hengki tapi tetap saja, aku harus menikahi Pria menyebalkan itu," putus asanya menarik dalam-dalam napas.

"Si pria pelunas hutang, pembawa beban itu," kesalnya, "Ahhh, menikah atau di penjara?" gerutunya lagi.

Si Ibu yang tidak sengaja mendengar ucapan itu, kemudian mendatanginya, "Hanisa. Kamu mau menikah dengan siapa? Siapa Pria menyebalkan itu? Dan penjara?" penasaran si Ibu.

"Ibu," Terkejut sontak ia berdiri mengetahui ibunya mendengar ucapannya.

"Jawab ibu Hanisa, ibu sudah mendengar semua yang kamu katakan, apa itu benar?" Bingung Hanisa, harus menjawab apa agar ibunya tidak khawatir dengan apa yang harus ia sampaikan.

Namun si Ibu yang tahu putrinya itu selalu berusaha memikirkan perasaannya, langsung memeluknya.

"Maafkan Ibu nak, ibu tidak bisa membahagiakan kamu. Karena ibu, kamu harus menanggung semuanya," tangis si Ibu yang mulai pecah.

"Ibu, yang seharusnya minta maaf itu adalah Hanisa. Karena aku, Ibu memiliki hutang pada Juragan Hengki," Mengusap lembut punggung si Ibu, "namun sampai sekarang, aku masih belum bisa memberikan apa yang ibu mau," air mata yang tak henti menghujani pipi mulusnya.

"Mulai sekarang, kita harus melewati semuanya bersama," ucap si Ibu memandangi pipinya yang banjir itu dan mengusapnya, begitupun sebaliknya.

"Tapi ceritakan pada Ibu, apakah benar kamu akan menikah? Menikah dengan siapa? Bukankah utang kita sudah lunas, mengapa kamu harus menikah?" tanya si ibu penasaran.

"Maafkan Hanisa, buk, sebenarnya pria yang telah membayar utang kita itu, tidak sepenuhnya mau menolong kita," ucapnya.

"Mengapa?"

"Kemarin waktu Hanisa pergi mencari pekerjaan, Hanisa datang ke toko mereka, Bu, dan Hani sempat menyentuh barang yang ada di situ, tapi saat Hani hendak pergi, Hani dituduh mencuri."

"Tapi kok bisa, nak?"

"Hanisa juga nggak tahu, bu, tapi saat tas Hanisa diperiksa, benda itu memang ada di tas Hanisa. Kami sempat memeriksa CCTV-nya tapi rusak dan saat ini masih proses perbaikan, tapi benda itu malah rusak, dan sekarang dia malah minta pertanggungjawaban."

"Pertanggungjawaban apa, nak?"

"Hanisa harus menikahinya atau Hanisa dipenjara."

"Maafkan ibu, nak. Ibu menyesal menyeret kamu dalam masalah ini. Kalau seandainya ibu tahu akan seperti ini, ibu tidak akan meminjam uang itu," air mata yang lagi-lagi membasahi pipinya, "Ibu janji, tidak akan merepotkan kamu lagi, sayang."

"Ibu, Hanisa anak ibu, putri satu-satunya, jadi sudah kewajibanku membantu ibu, baik susah atau senang," mengusap air mata si ibu dan kembali berpelukan.

*

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Fitting Baju

    "Aku setuju untuk menikah denganmu," ucap Hanisa setelah memikirkan keputusannya selama dua hari, lalu datang ke kantor Ducan."Apa kau sudah memikirkannya dengan baik?" tanya Ducan sambil menatap Hanisa.Menganggukkan kepalanya, "Aku sudah memikirkannya. Mungkin lebih baik aku menderita daripada harus melihat Ibu ku tersakiti," ucap Hanisa."Bagus," kata Ducan sambil melempar sebuah map panjang berwarna hitam, "kita akan menikah besok.""HAH!" terkejutnya karena tidak menyangka akan secepat itu, "Kupikir akan ada pengenalan dulu," batinnya sambil menatap Ducan dengan heran."Kenapa kau menatapku? Tidak jadi mau menikah?" tegas Ducan."Ee... Tidak, aku siap," jawabnya sambil berusaha menegaskan dirinya, "Galak!" gumamnya kecil sambil melirik Ducan."Ayo.""Kemana?" tanyanya penasaran, karena tiba-tiba saja si pria yang terlihat fokus pada ponsel genggamnya, kini membuatnya tersentak dengan ajakan itu."Ke fitting baju," jawab Ducan sambil mengalihkan perhatiannya pada Hanisa, yang ter

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-28
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Menikah

    Keesokan harinya, seperti yang telah diberitahukan oleh Ducan, bahwa kini keduanya akan menikah pada tanggal dan waktu yang sudah ditetapkan oleh Ducan, dengan tamu dan semua urusan pernikahan yang telah dipercayakannya kepada Ajudan terbaik yang selama ini bersamanya, yaitu Tony."Selamat pagi, hadirin yang terkasih. Kita berkumpul di hadapan Tuhan dan di hadapan satu sama lain untuk menyaksikan ikatan suci antara Ducan Alexan dan Hanisa Mila," ucap seorang pendeta yang kini menjadi saksi pernikahan mereka beserta keluarga terdekat saja."Ducan Alexan, apakah engkau bersedia mengambil Hanisa Mila jadi istrimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka dan duka, dalam kesehatan dan sakit, selama keduamu hidup?""Ya, saya bersedia.""Hanisa Mila, apakah engkau bersedia mengambil Ducan Alexan menjadi suamimu, untuk mencintai dan menghormatinya, dalam suka dan duka, dalam kesehatan dan sakit, selama keduamu hidup?" kata pendeta lagi."Ya, saya bersedia.""Dengan persetujuan kalian be

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-28
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Itu sudah kewajibanku untuk menafkahimu dan ibumu sebagai suami."

    Setelah menghabiskan waktu di rumah seharian, wanita yang sibuk dengan ponselnya tiba-tiba ponsel itu berdering.*Bipzzz*"Hallo," mengangkat telepon itu tanpa tahu yang menelpon."Hallo, Hanisa. Kamu apa kabar, sayang?" ucap si wanita dalam telepon yang tak lain adalah ibunya, Harumi."Ibuk," senangnya meskipun baru sehari ia meninggalkan rumah tapi rasa rindu terhadap ibunya sudah sangat dalam, "ibu apa kabarnya?" senyum yang menghiasi wajahnya."Ibu baik, kamu gimana sekarang? Lagi ngapain?""Aku baik, Bu. Aku juga lagi nggak ngapa-ngapain makanya rada bosan," ucapnya. "Ibu di mana sekarang?""Ibu lagi di rumah, lagi beres-beres.""Beres-beres, tapi kok kedengarannya rame?" penasarannya."Oh iya, ibu lupa kasih tahu kamu kalau sekarang ibu sudah pindah. Ducan meminta ibu untuk tinggal di rumah yang dia belikan," ucap si ibu. "Sebelumnya ibu juga sudah menolak tapi dia memaksa sekretarisnya untuk membawa ibu.""Paksa? Ibu diseret?" lagi-lagi penasarannya."Bukan, sebenarnya sehabis

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-02-29
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Apa, jangan-jangan?? Kau yang menyukaiku."

    "Ini memang salahku, seharusnya aku tidak mengatakan itu," frustasinya.Di sisi lain, pria yang saat ini dalam kondisi mood yang tidak baik terus marah-marah pada semua karyawannya.Sampai sekretaris yang melihat itu merasa tidak biasa dengan tingkah si tuan. Meskipun tuannya itu adalah seorang pemarah, arogan, dan kasar.Tapi si tuan bahkan tidak pernah bertindak seperti itu sebelumnya, meski dalam masalah sekalipun."Permisi, tuan. Apakah ada hal yang bisa saya bantu?" ucap Tony. "Apa yang terjadi? Tampaknya Anda dalam masalah besar," tanyanya lagi."Tidak apa-apa, kau bisa melanjutkan pekerjaanmu," ucapnya tanpa melihat sekretaris dan hanya fokus pada laptop di depannya dengan serius."Baiklah, tuan. Tapi jika Anda dalam masalah dan ingin bercerita, saya selalu siap mendengarkan," ucapnya lagi lalu meninggalkan ruangan setelah melirik tuannya yang terlihat kesal.Di sisi lain, saat Hanisa yang frustasi memikirkan ucapannya dengan mencari solusi, Duncan yang tak henti kesal terus me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-02
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Pesona Seorang Ducan

    "Aku minta maaf," ucap wanita itu lagi melirik si pria, "apa kau masih marah padaku?""Kenapa aku harus marah padamu? Bukankah kita menikah karena syaratku,""Tapi aku menamparmu?" ucapnya mengernyit mengingat kejadian lalu."Karena itu. Jangan lakukan itu lagi, aku paling benci disentuh terutama tikus sepertimu," ucapnya.Kemudian melangkahkan kakinya, menuju kamar mandi berniat membersihkan diri.Sedangkan yang mendengar, merasa sedikit kesal mendengar kata tikus yang selalu diucapkan pria menyebalkan itu.Tapi mau bagaimana lagi, marah juga kan baru minta maaf. Ia pun tidak ingin mengambil pusing lalu mengambil laptop yang tak jauh darinya.Namun, setelah beberapa menit ia memainkan sang laptop. Tiba-tiba wanita itu tertegun melihat sosok pria di depannya.Keluar dari kamar mandi dengan pesonanya yang lagi-lagi menjerat wanita itu.Bagaimana tidak, rambut yang basah, matanya yang tajam, hidung yang mancung. Dibasahi oleh tetesan rambut itu.Bahkan garis rahang yang tajam itu, semaki

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-02
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Diterima Kerja

    "Aaa," teriaknya, "diterima kerja, diterima kerja," ucap wanita itu lagi yang tak lain adalah Hanisa.Saking senangnya wanita itu bahkan berdiri dari posisinya lalu menari-nari diruangan itu, yang mana adalah kamar mereka.Tok tok *(suara ketukan pintu)*"Diterima kerja, diterima kerja," ucap wanita itu lagi tidak mendengar ketukan pelan pintu itu.Tok, tok *(ketukan pintu itu lagi sedikit keras namun masih dihiraukan)*"Diterima kerja, diterima kerja," ucapnya lagi, sakin senangnya wanita itu tak melihat kini pria yang menurutnya menyebalkan ada di ambang pintu yang ternyata terbuka.Namun wanita itu tidak mengetahui kehadirannya, sedikit membuatnya jengkel.Apa dia tidak malu, menari-nari di ruangan pintu yang terbuka, bagaimana jika ada yang melihatnya?Mungkin seperti itulah kurang lebih yang ada di pikiran Ducan terhadap wanita yang kini menari-nari didepannya.Tanpa tahu kehadirannya."Diterima kerja, diterima kerja," katanya lagi sambil menari-nari.PRAkkkKesal pria itu, memuk

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-03
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Bekerja

    "Terima kasih, Pak. Saya tidak akan mengecewakan Anda," senyumnya.Setelah wanita itu keluar dari ruangan si pria, yang menjadi bosnya.Akhirnya, wanita itu dituntun seorang wanita di depannya menuju ruangan yang akan ditempatinya."Sampai. Sekarang ini adalah ruanganmu. Selamat bergabung di perusahaan ini, Hanisa. Good luck," kata wanita itu. "Perkenalkan, namaku Rachel. Aku bekerja di perusahaan ini sudah 5 tahun. Jika kamu butuh sesuatu, kamu bisa bertanya padaku," ucap wanita itu lagi."Terima kasih, Rachel. Senang bertemu denganmu," senyumnya."Hufff. Aku sangat gugup. Tidak menyangka akhirnya aku bisa mendapat posisi dan pekerjaan ini," ucap Hanisa setelah wanita yang bernama Rachel tadi meninggalkan ruangannya.Hingga waktu terus berjalan, akhirnya wanita itu telah menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tidak sadar bahwa hari semakin larut.Saking gilanya bekerja. Wanita itu dengan segera meninggalkan ruangannya.Yang kini berharap sebuah taksi untuk dinaikinya. Namun menging

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-04
  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Ciuman Pertama

    "Aaa...," teriak wanita itu sambil berlari menuju si pria.Set....Tap!"Apa yang kau lakukan?" ucap pria itu heran.Namun bukan saja heran, tapi juga jantungan, bagaimana tidak. Wanita yang tadi ditatapnya dari jarak yang jauh.Kini berada tepat di pangkuannya, menatap lurus mata itu, yang setengah mati ketakutan."Turun dari tubuhku!" tegas pria itu."Tidak!""Aku bilang turun!""Tidak. Umuuuu," rengeknya manja, bahkan pria itu tidak sanggup menahan pipinya yang hampir memerah, melihat tingkah gemas si wanita.Ia pun dengan terpaksa mengikuti kemauan wanita itu."Sekarang katakan padaku, ada apa?" tanyanya sedikit lembut, menatap wajah wanita yang tampak takut.Sedangkan ia hampir mati degdegan, melihat posisi tubuh mereka yang intim."Ada kecoa," ucapnya sedikit takut melirik yang dirasa ada kecowanya.Seketika yang menatap merasa aneh, sejak kapan ada kecoa di rumah sebesar ini pikirannya, padahal setiap detail sudut rumahnya selalu diperhatikan sang pelayan.Tapi tidak ingin meng

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-03-04

บทล่าสุด

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Mulai Mencintainya?.

    Di ruangan yang tertutup tanpa cahaya, seorang pria berjambang tipis terbaring dengan pakaian serba hitam tanpa alas. Pria itu tampak terluka setelah mendapatkan pukulan dari beberapa penjaga yang ada di gedung itu. Gedung yang berdiri sendiri di tengah hutan yang lebat. “Sial, kurang ajar kau, Ducan,” umpatnya setelah dihajar habis-habisan oleh anak buah Ducan, yang tak lain adalah Hendri, orang yang kemarin disekapnya. “Aku sudah katakan, Hendri, jangan menolakku. Aku paling benci ditolak. Kau tahu kan, istrimu saat ini ada bersamaku beserta putramu.” “Jadi, jika kau masih ingin melihat mereka, maka lakukan saja apa yang aku katakan,” ucap Ducan penuh penegasan. “Ck, dari dulu kau memang brengsek. Kau selalu menggunakan kelemahan seseorang setiap kali membutuhkan sesuatu dari orang itu.” “Aku tahu itu,” jawab Ducan dengan enteng. “Sekarang katakan, apa kau mau mengikuti perintahku? Atau… kau mau melihat mayat anak dan istrimu?” tanya Ducan lagi. Pria itu tidak menjawab

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Pelukan Erat Hanisa Pada Ducan

    Waktu terus berjalan, jam menunjuk pukul 07.30 pagi. Hanisa terbangun dari tidurnya, setelah ia memicingkan matanya agar dapat melihat dengan jelas, mengingat semalam ia menangis karena teror yang membuatnya terpukul.Ducan masih saja terlelap dengan pakaian kerja, kemeja putihnya. Hanisa menatap lekat-lekat wajah pria yang telah menjadi suaminya itu. Ia tak menyangka bahwa semalaman ini ia tertidur di pelukan Ducan dan memeluknya begitu erat, sampai tidak ada jarak di antara mereka.Sehingga Hanisa bisa dengan jelas menatap wajah pria itu. Wajahnya yang tampan dan berkarisma benar-benar membuat Hanisa gila. Betapa tampannya.Meski dalam tidur saja ia bisa terlihat sangat tampan dengan rambut teracak dan wajah sayu yang tampan. Pria itu tidak sempat mengganti pakaiannya karena ia tidak ingin meninggalkan Hanisa dan membuat wanitanya terbangun karena pergerakan yang Ducan lakukan. Karena itu, Ducan tidak menggantinya hingga matahari terbit."Dia, dia yang menemaniku sepanjang malam ini

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Alisa Mila

    "Ducan," peluk Hanisa sebelum pria itu bisa membenarkan posisinya, menangis di pelukan Ducan sambil tersedu-sedu. "Tolong jangan pergi. Aku takut. Ini pertama kalinya ada yang mengirimkan sesuatu seperti itu padaku. Aku takut," tangisnya yang tak henti. Ducan yang melihat itu seketika merasakan ada sesuatu yang terkoyak di dalam dirinya. Entah mengapa, tetapi yang pasti, di dalam lubuk hati Ducan yang paling dalam, ada suara keras dalam hatinya yang tak bisa ia ungkapkan, bahwa ia sama sekali tidak ingin melihat sesuatu terjadi pada Hanisa, meskipun itu hanyalah hal kecil. Ducan hanya bisa terdiam membiarkan Hanisa memeluk erat dirinya. Ia tidak bisa berkata-kata melihat kondisi Hanisa yang sangat terpukul karena teror itu, dan hanya bisa pasrah. Kemudian, ia mengelus lembut puncak kepala Hanisa. "Aku tidak akan pergi, tenanglah. Aku di sini bersamamu. Jangan khawatir," ucap Ducan menenangkan Hanisa. Hanisa sedang tidak berpikir apa-apa. Ia hanya terus berdiam di dalam pelukan Du

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Teror Kepada Hanisa.

    "Ada apa, Tuan? Apakah Anda percaya akan ucapan orang sialan itu?" ucap Tony setelah melihat reaksi wajah Ducan yang berbeda. "Tidak, bukan itu, Tony. Aku hanya merasa bahwa apa yang orang itu katakan tidak sepenuhnya benar, tapi juga tidak sepenuhnya salah." "Maksud Tuan?" tanya Tony penasaran setelah mendengar ucapan tuannya yang penuh teka-teki. "Aku hanya merasa kalau orang ini ada kaitannya dengan kejadian di masa lalu, tapi aku tidak tahu apa itu. Awalnya, aku kira orang ini hanyalah orang biasa yang disuruh untuk menerorku saja." "Tapi setelah ia mengucapkan beberapa kata yang membuatku tak percaya, sekarang aku yakin dia bukanlah orang biasa." "Selama ini kita sudah salah menilainya," ucap Ducan lagi. "Iya, Tuan, Anda benar. Selama ini kita salah mengenalnya. Awalnya, saya juga mengira begitu, tapi setelah mendengar semua ucapannya, sekarang saya juga yakin." "Ini, Tuan, coba lihat ini. Beberapa hari ini saya telah menyelidiki tentang Hendri ini," ucap Tony lagi s

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Kematian Sang Ibu

    "Bagaimana dengan ini?" ucap Ducan, menyuruh anak buahnya untuk membawa seseorang ke hadapan mereka."Apa kau masih mementingkan bosmu itu?" Ducan menunjuk pada wanita yang agaknya berusia 25 tahun, yang tak lain adalah istri pria itu."Dasar bajingan kau, Ducan!" umpatnya meludah, dengan bibir yang masih berdarah. Namun, hal itu bukanlah masalah bagi Ducan. Ia malah tersenyum licik dengan penuh kemenangan; orang yang selama ini berusaha membunuhnya telah kalah telak dan tak bisa melarikan diri lagi.Tapi itu bukan berarti ia akan terjamin keselamatannya. Selama musuh dari musuh ke musuhnya masih hidup dan mengganggu ketenangan keluarganya, ia akan tetap waspada dan tidak buta diri akan hal ini."Sekarang katakan, siapa orang yang menyuruhmu?" ucap Ducan dengan nada sedikit tidak sabar, melihat orang di depannya tampak ragu-ragu untuk menjawab."Cepat katakan, atau..." ancamnya sambil menyodorkan pistol ke kepala wanita yang sedang pingsan akibat bius yang Ducan berikan."Iya. Baik, b

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Bagus lah kalau begitu, sayang."

    "Mau ke kamar mandi," jawabnya berbicara dengan mulut yang tidak terlalu lebar, yang diangguki Ducan, percaya.Ducan kemudian memperhatikan Hanisa berjalan sampai memasuki kamar mandi, tampak perhatikannya.Hingga sampai di depan pintu kamar mandi, Hanisa pun dengan cepat menutup pintunya.Dan..."Aaaa...," teriak Hanisa, menutup mulutnya agar tidak terlalu sakit dan terdengar oleh Ducan. Dia melompat-lompat kecil tak percaya, kalau tadi ia baru saja membayangkan hal yang tidak-tidak bersama Ducan, yang hampir saja ketahuan karena kecerobohannya."Bodoh! Bodoh kau, Hanisa. Kenapa kau bisa-bisanya membayangkan hal-hal yang seperti itu bersama dia? Kenapa?" gerutunya kesal."Apa tadi dia tahu kalau aku sedang memikirkannya?" serunya menatap diri dalam cermin. "Hufff... ini benar-benar membuatku gila. Apa yang harus kukatakan padanya? Dan... apa yang dia pikirkan tentangku saat ini?""Apa dia tahu? Tidak. Aku rasa dia tidak akan tahu apa yang aku pikirkan tadi," ucapnya meyakinkan diri,

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Malam ini, aku ingin kau tidur di kamarku."

    "A... aku? Aku... aku tidak apa-apa," ucapnya terbata-bata, terlihat canggung melihat Ducan yang tadi jauh di sana kini sudah berada tepat di depannya. "Kau yakin?" ucap Ducan memperhatikan dengan pasti. "Umm," dehemnya, menganggukkan kepalanya untuk meyakinkan Ducan. "Ya sudah, kalau begitu. Ayo," ucap Ducan kemudian mengajak Hanisa menuju lift lantai kamar mereka. Hingga tak lama, kedua orang itu pun kini sampai di lantai kamar mereka. Sampai saat ini, Hanisa masih saja tak berkutik untuk mengeluarkan suaranya karena merasa canggung kepada pria yang dipeluknya, mengingat kejadian saat di gedung tadi. Ia kemudian hanya bisa keluar, menuju kamarnya tanpa sepatah kata pun. "Hanisa," seru Ducan lagi hingga membuat Hanisa tersentak dari pikirannya. "Iya," jawabnya sambil menoleh pada Ducan yang membuatnya harus mendongak karena perbedaan tinggi badan mereka, yang masih berada tepat di depan pintu lift itu. "Malam ini, aku ingin kau tidur di kamarku," serunya yang membuat Hanisa t

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    "Bagus, siksa dia dan tanya, siapa sebenarnya orang yang berada di balik semua ini."

    "Kau!" Bugh! Pria itu tersulut emosi, kemudian menampar wajah Hanisa hingga pipi wanita itu memerah. Bahkan, karena kerasnya pukulan itu, sapu tangan yang diikatkan ke mulutnya terlepas. "Jangan coba-coba memancing emosiku jika tidak ingin aku memukulmu lebih keras lagi." "Mengerti?" ucapnya lagi, memberikan peringatan. Namun Hanisa masih mengabaikannya, padahal kini sudut bibirnya terluka. Namun, diabaikannya karena rasa sakit yang dialaminya tidak sebanding dengan keinginannya untuk bebas dari sekapan pria itu. "Lepaskan aku! Lepaskan!" teriaknya. "Sebenarnya, kau mau apa dariku?" tanya Hanisa, menuntut penjelasan. "Aku? Mau apa?" ucapnya. "Aku mau kau. Aku mau hidup dan matimu," ucapnya lagi dengan nada yang begitu menyeramkan menurut Hanisa. "Maksudmu?" tanyanya bingung dengan wajah ketakutan sebab pria itu kini menatap dirinya, seakan ingin melakukan sesuatu pada wanita itu. Kemudian, pria itu mengeluarkan benda tajam dari dalam pakaiannya dan mendekat. "Mau apa kau? Ha?"

  • Mendadak Dinikahi Sang CEO    Penculikan Hanisa.

    "Kau?" ucap wanita itu ketika ia melihat seorang pria berdiri di hadapannya tertunduk dengan topi berwarna hitam. "Siapa?" ucap wanita itu lagi ketika ia melihat sesosok pria yang ia pikir Ducan ternyata bukanlah Ducan. Kemudian pria itu pun menegakkan kepalanya sehingga si wanita bisa melihat dengan jelas wajah pria itu. "Sedang mencari siapa ya?" ucapnya lagi yang sedikit agak takut karena tampang pria yang di depannya agak sedikit mencurigakan. "Saya mencari kamu," ucap pria tak dikenal itu dengan nada sedikit berat dan menakutkan yang membuat si wanita agak sedikit takut, namun ia masih berusaha tenang. "Maaf, tapi sepertinya Anda salah orang," ucap wanita itu lagi, karena menurutnya selama ia di Prancis, ia tidak pernah sekalipun berhubungan dengan pria manapun selain dengan Ducan dan sekretaris pria itu. Kemudian karena takut dan merasa orang ini ingin berbuat jahat padanya, wanita itu pun dengan cepat langsung ingin menutup pintunya. Namun gagal karena pria itu dengan cepa

DMCA.com Protection Status