Share

Bab 42. Bikini Day

Penulis: Mi Casa
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-20 15:58:40

"Enak." Argi mengangguk-angguk menikmati sajian lezat ayam betutu yang dipesannya. Ah, rasanya benar-benar mantap.

"Lo dikasi makan nasi kucing juga mau-mau aja, Gi." Sahut Dewa. Senyumannya terlihat semakin cerah, tampak tak menunjukkan bekas luka yang diterimanya tempo hari. Mungkin efek dari kegiatannya dengan Argi semalaman.

"Sini, cerita sama gue. Kita mabuk berdua sampe mampus. Luapin semua kesedihan lo, besok kita happy-happy, hilangin muka kusut lo itu, Dina sama Nala udah effort banget nurutin kemauan lo ke sini."

"Iya. Sedihnya dihabisin malam ini sambil mabuk, besok kita seneng-seneng bareng."

Di menit selanjutnya, Argi dan Dewa duduk berdua bersandarkan pinggiran ranjang. Dinding kaca yang menjadi penghalang, membuat keduanya mendapatkan view yang tampak indah dimalam hari. Agaknya, empat sekawan ini benar-benar paling suka dengan pemandangan alam.

Sesuai perintah Argi--Dewa mulai mengutarakan semua keluh kesah yang melanda hatinya, termasuk kebingungannya saat papanya mem
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 43. Call

    "Aaaaa-njeng!" Saking terkejutnya Nala hingga membuat ponsel dalam genggaman tangannya terlempar begitu saja saat ia mencoba bangkit dari posisi berbaringnya.Dina yang berbaring di samping pun ikut terkejut. "APA. Ada apa!" Kepalanya menoleh ke sana ke mari, mencari objek yang membuat temannya terkaget-kaget, namun ia tak menemukan apapun yang berpotensi mengagetkan. "kenapa? Kenapa teriak?"Nala yang berhasil meraih ponselnya dari hamparan pasir itupun lekas menunjukkan layar ponselnya yang menampakkan nama kontak Bastian. "Dia call.""Babhi! Gue udah kaget, jantung gue turun ke dengkul, gue kira apaan. Jancok!""Ya, maaf." Ditunjukkannya deretan gigi putih miliknya, agak tak enak hati melihat wajah kesal Dina. "gimana? Langsung angkat aja kali, ya?"Saat jari jempolnya hendak menggeser icon berwarna hijau pada layar ponselnya, pergerakannya terhenti oleh sentuhan tangan Dina pada pergelangan tangannya. Pandangan mata Nala pun beralih pada sahabatnya yang tengah menggeleng pelan. "J

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-20
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 44. Pantai dan Malam Terakhir

    Semesta malam ini seakan-akan memanjakan Nala. Semua yang Nala suka beradu menjadi satu pada malam terakhir di tanah Bali ini. Langit tampak begitu cerah dengan bulan sabit dan hamparan bintang yang bertabur di langit. Rungunya dimanjakan dengan suara drburan ombak yang kian datang dan pergi.Disinilah Nala saat ini, duduk di atas hamparan pasir pantai dengan pencahayaan remang-remang karena posisinya cukup jauh dari keramaian.Teman-temannya yang lain membentuk aliansi lain di ujung sana, sengaja memberinya kesempatan untuk berbicara dengan diri sendiri. Senyuman indah Nala terukir menghiasi wajah cantiknya, gigi putihnya yang tersusun rapi itupun terlihat sempurna."Tuhan, makasih banyak udah nyiptain pantai sama bintang. Cantik banget."Tangannya tergerak untuk meraba area lehernya, di mana ada sebuah kalung dengan liontin bintang dari Bastian. Semua yang berbau bintang selalu memiliki tempat tersendiri untuk Nala."Ini malam terakhir di sini, besok musti balik. Dinikmati aja sebel

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 45. Rintangan Pulang

    Jam lima pagi Nala baru berkemas, padahal kurang dari satu jam lagi rombongannya harua berangkat. Sengaja berangkat lebih pagi untuk menghindari macet, takut jika telat sampai ke bandara setelah mengalami insiden ban Taksi bocor kemarin.Salah memang, semalam ia dan Dina tak langsung tidur usai sampai di hotel, malahan keduanya memilih untuk minum-minum bir kembali sampai kembung. Bayangkan jika semalam keduanya memilih untuk minum alkohol, sudah dipastikan jam segini masih tepar di lantai atau sembarang tempat dengan posisi tak karuan.Tepat saat Nala selesai dengan mengemas barang-barang bawaannya, Dina keluar dari kamar mandi dengan handuk kimono membalut tubuhnya. Aroma wangi sampo dan sabun yang menguar membuat Nala bergegas meninggalkan kopernya, ia ingin segera mandi."Lo udah selesai kemas-kemasnya?" tanya Dina kala Nala masih berada di depannya, belum sempat melewati tubuhnya."Udah semuanya. Dewa sama Argi udah bangun belum, ya? Jangan-jangan masih molor."Waduh, bisa jadi j

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 46. Pembalut

    Menjelang maghrib Nala baru menginjakkan kaki di rumah, kakinya terasa lemas sekali, bahkan menarik kopernya pun seperti tanpa tenaga. Saking tidak fokusnya Nala sampai-sampai ia tak menyadari akan kehadiran seseorang yang menyoroti setiap langkah kakinya."Baru pulang?"Suara bariton yang beberapa hari ini tidak didengar Nala membuatnya menghentikan langkah kaki, menoleh ke arah sumber suara. Laki-laki itu menyandarkan lengan kirinya pada tembok. Sepertinya Bastian sudah berada di rumah sejak tadi, lihatlah sekarang dia hanya memakai celana pendek selutut dengan kaos oblong rumahan."Hmm." Pada akhirnya Nala hanya membalasnya dengan deheman. Kepalanya terasa penuh dan lelah tubuh karena perjalanan membuatnya tak berniat membuang energi lagi. Jelas-jelas ia terlihat baru pulang, kenapa masih bertanya, sih?Sedangkan Bastian yang sudah dilanda gelisah sejak mengetahui istrinya pergi berlibur tanpa izin darinya itupun tak puas dengan jawaban Nala. Buru-buru ia mencekal lengan itu kala N

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-21
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 47. Namanya Alettha/Teta

    "Om nggak lagi nyewa cewek buat dibawa nge-room, 'kan?"Pupil mata Bastian membesar kala mendengar tuduhan Nala barusan, harusnya semakin ke sini ia harus semakin terbiasa dengan Nala yang seperti ini. Diletakkannya nampan yang berisi dua mangkuk bubur ayam itu di atas nakas, sebelum Bastian mendudukkan bokongnya di pinggir ranjang.Takk"Akh!" Nala memekik kaget kala keningnya tiba-tiba disentil oleh Bastian. "sakit, Om!"Bukannya merasa bersalah atas ulahnya, Bastian justru terkekeh pelan. "Kamu ini kalau sama saya pikirannya jelek terus.""Wajar sih digituin, muka Om cocok," papar Nala. "udah! Sekarang jelasin semuanya dari awal sampai akhir." Nala merubah posisinya menjadi menghadap sepenuhnya pada Bastian."Waktu itu saya dihubungin sama temen saya, kaget banget. Jadi, langsung buru-buru ke Paris."Kening Nala berkerut mendengarnya. Kenapa ceritanya secepat kereta bawah tanah, sih? Kan nggak detail. "Wuss, stop!" Nala membungkam mulut Bastian dengan tangan kecilnya, bahkan telapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 48. Red Day

    Menjelang siang, merupakan waktu paling menyiksa untuk Nala. Pasalnya, pada periode datang bulan kali ini, tubuhnya terasa dihajar habis-habisan. Kakinya terasa pegal pada bagian betis, perutnya kram luar biasa, dan ditambah lagi tulang belakangnya terasa begitu linu. Komplit sudah penyiksaan ini."Nghh ... Hnggg. Ssttt." Perutnya diremas kuat, berharap rasa nyerinya akan segera berakhir. Keringatnya sudah membanjiri kening sampai area lehernya. Tubuhnya terus bergerak gelisah, sebab tak merasakan kenyamanan sedikitpun.Dengan tertatih-tatih, Nala turun dari ranjangnya, tubuhnya tak bisa berdiri tegap dan terus membungkuk, tulang belakangnya terasa semakin ngilu saja, sakit. Alhasil, Nala berusaha kuat untuk membalikkan tubuhnya, mencoba posisi kayang agar tulang belakangnya tak lagi terasa ngilu. Hampir sepuluh detik Nala bertahan dalam posisi ini, cukup memerlukan banyak usaha, ditambah dengan Nala yang sengaja menahan nafasnya supaya rasa sakit yang melanda tubuhnya teredam.Ceklek

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 49. Ketahuan (Ternyata Dia)

    Saat Nala memilih untuk sambung tidur part 2, Bastian pun terbangun karena merasa sesak saat bernafas, saat bangun ternyata hidungnya tertutup oleh dahi Nala. Dengan amat pelan Bastian mendorong pelan kepala Nala--akhirnya Nafasnya kembali lega."Nghhh--" Nala mengerutkan keningnya dengan mata mengerjab pelan. Perlahan lahan-lahan kedua mata cokelatnya itu terlihat, meskipun sangat kecil karena menyipit. "Om udah bangun?" Sebenarnya Nala tak benar-benar tertidur, susah karena sebelumnya telah terbangun. Ia pun merubah posisinya menjadi duduk."Kenapa bangun? Tidur lagi aja." Bastian hendak menarik pelan lengan Nala, namun perempuan itu justru menepisnya lembut. Alhasil, Bastian pun ikut merubah posisinya menjadi duduk.Tangan besar Bastian terulur untuk menyusup masuk ke celah-celah rambut Nala, mengusapnya pelan dan memberi pijitan lembut di sana. Rasanya nyaman sekali sampai-sampai membuat Nala memejamkan mayanya karena terlena. Dalam diamnya Nala dan pejaman matanya, tanpa sengaja

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-22
  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 50. Istri! Bukan Keponakan

    "Cantik banget, badjingan.""Loh? Bas, kenapa nggak langsung masuk aja?"Suara lembut menyapa rungu Nala, padahal sudah terlihat jelas dari raut wajahnya kalau perempuan itu terkejut, tapi kenapa nada bicaranya tidak ikutan naik?Dari penglihatan Nala, wanita itu pembawaannya anggun, berbeda dengan dirinya yang awur-awuran. Bahkan, dari cara berpakaiannya pun berbanding terbalik dengannya. Dress selutut dengan rambut panjang tergerai indah, senyumannya pun tampak manis saat Bastian menyodorkan makanan yang tadi di belinya."Makasih, ya, Bas. Tadi bingung banget, kenapa malah dibawain sup ayam, emangnya sejak kapan aku makan itu." Kekehan pelan diujung kalimatnya langsung ditutup dengan kepalan tangannya, seperti tak akan membiarkan mulutnya terbuka lebar. Pembawaannya terluhat sangat lembut, bahkan saat menyingkirkan sesuatu yang menempel di pundah Bastian.Eh! Kenapa malah terpesona dengan perempuan itu, sih. Tidak boleh! Nala langsung menggelengkan kepalanya, meskipun memang berbeda

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-23

Bab terbaru

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 105. Happy

    Tiga tahun kemudian"Mas, gendongg." Rengek Saluna, bocah yang hampir menginjak usia pendidikan pertama itu merengek pada sang kakak, tangannya terbentang luas meminta agar segera digendong.Bastian dan Nala yang sama-sama menuruni anak tangga dan melihat tingkah putrinya itu hanya menggelengkan kepala. Kedekatan antara Adimas dan Saluna sudah bisa diibaratkan seperti lem, saling menempel, meskipun lebih tepatnya Saluna yang selalu ingin ikut dengan kakaknya.Merogoh ponselnya dalam saku celana, Nala pun mengambil potret buah hatinya itu. Dimana Saluna yang masih merentangkan tangannya, sementara Adimas sengaja menggoda adiknya. "Adek, kan udah gede. Berat kalau digendong, kasihan Mas-nya.""Aaaa. Adek mau digendong Mas." Tak terima ditegur begitu saja, bocah kecil ini melipat kedua tangannya di depan dada, persis seperti orang yang tengah merajuk. "Mas," panggil Saluna pada Adimas dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca.Runtuh sudah pertahanan Adimas dalam misi mengganggu sang adi

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 104. Nggak Boleh Ngalah Terus

    Sesuai rencana, hari ini keluarga kecil Bastian dan Nala mengadakan liburan singkat. Dufan, adalah tempat yang dipilih keluarga kecil ini.Sepanjang perjalanan, Adimas kecil yang duduk di belakang lebih banyak diam, bahkan hanya sesekali saja menimpali pertanyaan yang Nala atau Bastian lontarkan, mungkin karena masih belum nyaman."Mas, nanti mau naik apa?" tanya Nala yang langsung menoleh ke belakang, terlihat antusias sekali mengajak bicara anak laki-lakinya ini.Si kecil yang tadinya fokus memandang ke arah luar jendela pun lekas menoleh ke arah Nala. "Terserah aja, Ma. Adek mau main apa?""Adek nanti naik yang puter-puter aja sama Mama. Nanti Mas main sama Papa, ya. Seneng-seneng, biasanya Mas kalau sama papa Garren naik apa?""Biasanya naik bumcars, Ma.""Oke. Nanti naik sama Papa." Sahut Bastian yang membuat percakapan ini berakhir.Sesampainya di lokasi tujuan, dengan sigap Bastian menggandeng tangan kecil Adimas disisi kanannya, sementara tangan kirinya dikenakan untuk menyang

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 103. Pendekatan

    Hari ini Bastian sudah kembali disibukkan dengan pekerjaannya. Bastian sengaja memberi jeda untuk Adimas beradaptasi di rumah ini terlebih dahulu beberapa hari sebelum membiarkan anak kecil itu kembali beraktivitas di sekolah.Dibandingkan kemarin, hari ini Adimas lebih banyak makan. Mungkin lebih merasa nyaman berada di sini perlahan-lahan, meskipun tak jarang juga bocah kecil ini ragu-ragu bersuara atau lebih memilih memendam diri.Seperti saat ini, saat Nala tengah sibuk mengecek Saluna. Adimas kecil yang berada di samping tampak seperti ingin mrnawarkan bantuan, tapi tak berani bersuara."Mas Dimas, boleh minta tolong, nggak?""Boleh." Langsung saja anak kecil itu membalasnya dengan penuh semangat.Tak dapat Nala menyembunyikan senyuman tipisnya, terlebih dahulu ia mengusap sayang puncak kepala anak laki-lakinya. "Tolong ambilin pempers adek di sana, Mas." Nala menunjuk pada pojok ruangan. Dengan cepat Adimas langsung beranjak dari posisi duduknya dan setengah berlari menuju area

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 102. Adimas

    "Ren, lo pasti bisa, Ren. Percaya sama gue." Bastian mencengkeram pelan punggung tangan Garren. Mayakinkan laki-laki itu jika semuanya akan baik-baik saja.""Huwaaa. Pa, Papa ayo besok main, Pa. Pengen main bola." Suara isakan tangis terselip dalam rengekan anak laki-laki berusia sekitar lima tahun itu. Matanya memerah dengan air mata yang terus membasahi pipi tembamnya, ingusnya bahkan sudah meleber ke area pipi. "ayo, Pa, bangun. Kita pulang, nggak suka di sini." Tangan kecil itu terus berusaha mengguncang tubuh besar yang tengah berbaring di depannya ini.Bangunan rumah sakit menjadi tempat di mana do'a tulus sering dilangitkan dengan sepenuh hati, bahkan lebih tulus dan dalam dari pada di rumah ibadah sekalipun.Nala sendiri tak dapat menahan bendungan air matanya melihat anak kecil bernama Adimas itu terus merengek. Menarik tangan papanya, seakan ingin cepat membawa laki-laki itu pergi dari tempat ini.Melihat bagaimana reaksi anak semata wayangnya membuat Garren tertawa pelan, t

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 101. Jalan Masing-Masing

    Sentuhan terakhir, Nala menambahkan bando manis untuk putri kecilnya. Disambut dengan gelak tawa dan tubuh mungil itu yang meronta-ronta, terlihat senang sekali."Nah, anak Mama udah cantik banget." Tak rela jika harus melewatkannya begitu saja, Nala langsung mencium wajah putrinya bertubi-tubi, gemas sekali rasanya. Tangannya langsung terulur untuk meraih kasar ponselnya di atas nakas, setiap momen harus diabadikan. Nala mengambil beberapa gambar mengemaskan Saluna, sebelum membawa gadis itu dalam gendongannya, mengajak foto bersama.Puas dengan banyak gambar yang berhasil diambilnya, Nala pun langsung meraih tas dan membawa putrinya pergi. Baru saja Dewa mengatakan sudah hampir sampai, Dina tak bisa menjemputnya karena berangkat bersama Argi. Terlalu mutar jauh jika menjemputnya terlebih dahulu.Timingnya pas sekali. Baru saja Nala selesai dengan menutup pintu, mobil putih itu berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan senyuman lebar, Nala yang menggendong Saluna menghadap depan itupu

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 100. Papa Bas dan Mama Nal

    "Mbrrr hik hik hik.""Loh! Kok nyembur." Nala pura-pura kaget, melihat putri kecilnya yang menyemburkan air susu dimulutnya. Bukannya takut, gadis mungil ini justru tertawa lebar menunjukkan gusi lucunya sembari bertepuk tangan. Mamanya terlihat menggemaskan di matanya."Abmrrrr."Nala meletkkan putri kecilnya di atas ranjang, tak lupa memberikan mainan gigit-gigitan padanya. Langsung saja Saluna memainkannya, menggigit-gigitnya. Tak terasa gadis kecil ini akan segera memasuki fase pertumbuhan gigi.Tak berselang lama Bastian pun datang dengan handuk kecil di kepalanya, menggosok-gosoknya agar rambut basahnya lekas mengering.Melihat buah hatinya berbaring riang di atas ranjang membuat Bastian langsung melompat menyusul putrinya, melemparkan asal handuk kecil yang tadi dikenakannya. Tanpa permisi laki-laki beranak satu itupun langsung mencium wajah putri kecilnya bertubi-tubi. "Ih anak papa lagi apa, emesnya. Emesnya anak Papa. Mwah mwah mwah.""Hek hek." Bibir Saluna langsung mengeru

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 99. Saluna Wilantara

    "Akhhh. Mas!" Pekik Nala yang merasakan sakit teramat, tangannya dengan ringan langsung menjambak surai tebal Bastian.Sakit, tapi Bastian sadar yang dirasakannya saat ini tak lebih sakit dari yang tengah dirasakan sang istri dalam memperjuangkan kelahiran buah hati yang diprediksi berjenis kelamin perempuan ini."Sayang, kamu pasti kuat. Sebentar lagi Adek bayi lahir, Sayang. Kita bisa lihat dia yang selama ini nendang-nendang terus." Berbagai kata penyemangat selalu Bastian lontarkan. Tangannya pun tak pernah lepas menggenggam tangan kecil istrinya."Oekkk ... oekkk ... Oekkk."Setelah penantian panjang mulai dari kontraksi, pembukaan, hingga proses lahiran yang begitu menyakitkan untuk Nala. Akhirnya suara tangisan menggelengar buah hatinya pun terdengar. Baik Bastian maupun Nala sendiri pada akhirnya bisa bernafas lega. Bukan hanya Nala saja yang bermandikan peluh, melainkan Bastian juga. Laki-laki ini tak kalah takutnya, dalam hatinya pun tak henti-hentinya merapalkan do'a untuk

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 98. Reuni 18+

    Kurang lebih dua tahun ini Bastian benar-benar berada di samping Nala selalu, ia tak lagi mengambil project, hanya mengandalkan hasil dari studio miliknya. Tak terlalu banyak memang, tapi masih lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhannya selama ini.Entah berapa banyak Bastian menahan diri dan sesak selama ini, kala Nala sama sekali tak memberinya kepastian. Bahkan beberapa kali Nala berniat mengakhiri hidup, itulah titik paling menyakitkan dihidup Bastian. Sehancur itulah mental Nala. Beruntung, sedikit demi sedikit mental Nala mulai kembali pulih, meskipun masih belum menjadi Nala sepenuhnya."Hati-hati, Sayang." Bastian menyodorkan secangkir cokelat hangat yang langsung diterima oleh Nala.Mendudukkan bokongnya di samping sang puan, keduanya sama-sama menikmati suasana malam hari ini. Angin berhembus cukup kuat hingga membuat rambut keduanya tergerak-gerak, mengikuti arah pandang Nala, Bastian menyandarkan tubuhny pada sandaran kursi."Bagus banget ya bintangnya, banyak. Kesukaan

  • Mendadak Dinikahi Om-Om   Bab 97. Psikolog

    "Sayang." Bastian menatap nanar perempuan yang kini tengah duduk di kursi panjang dengan pandangan kosong, tak tau apa yang tengah menjadi objek penglihatannya.Sakit? Tentu saja hati Bastian terasa dicabik-cabik melihat kondisi istrinya yang seperti itu. Saat ini Nala lebih terlihat seperti raga tanpa jiwa, entah kemana menghilangnya jiwa itu.Tepukan pelan pada bahunya langsung membuat Bastian menoleh ke samping, terkejut melihat seseorang di sampingnya, buru-buru tangannya tergerak untuk menghapus bulir air matanya. Kemudian terkekeh pelan, tak ingin suasana menjadi canggung."Nggak apa, masih banyak waktu. Mbak Nala pasti bisa sembuh, perlahan-lahan.""Apa istriku masih bisa sembuh?" tanyanya mengingat hingga saat ini Nala masih sering bungkam, enggan mengatakan aapapun. Bahkan, beberapa kali perempuan itu juga menangis dalam diam, memukul-mukul kepalanya sendiri. Terlalu berisik, katanya.Dengan mantap laki-laki disamping itupun menganggukkan kepalanya. "Tentu saja. Lagi pula ini

DMCA.com Protection Status