Setelah kepergian Winda dan Lala. Kini hanya Keinan dan Keira yang tinggal di ruangan persegi sempit itu. Mereka hanya saling diam canggung satu sama lain.Keinan mencuri-curi pandang ke arah Keira. Sedangkan Keira hanya cuek dan memilih memainkan game di handphone miliknya.“Ra,” panggil Keinan pelan.Keira hanya diam. Tidak menggubris panggilan Keinan sama sekali.“Ra,” panggil Keinan lagi.Keira masih diam dan asyik bermain game.“Ra, saya mau bicara,” ucap Keinan sambil melihat Keira dan menurunkan handphone milik Keira dengan pelan.Keira menatap Keinan dengan pandangannya yang datar. “Ra, kamu masih marah sama saya?” tanya Keinan pelan. Tidak lupa dengan sorot mata yang sendu dan redup.Keira menatap Keinan dalam diam. Lalu, Keira semakin mendekatkan wajahnya kepada wajah Keinan.“Menurut Bapak saya marah nggak?” tanya Keira pelan.“Saya minta maaf,” ucap Keinan menunduk.“Bapak pernah janji kan kalau Bapak nggak akan biarkan saya dibully sama mereka. Tapi Bapak bohong. Saya ja
Keinan hanya menghembuskan napasnya lelah dan tanpa sepatah kata pun dirinya menganggakat tubuh Keira dengan entengnya.“A-apa yang Bapak lakukan?” tanya Keira gugup.Keinan menatap Keira dalam diam yang justru semakin membuat jantung Keira berdetak jauh lebih cepat.Perlahan Keinan menurunkan Keira ke kursi roda itu. Menyamankan cara Keira duduk dan mendorong kursi roda itu pelan keluar dari ruang inap. Keira hanya mampu diam di kuris roda. Dirinya masih sedikit syok dengan tindakan spontanitas Keinan Sanjaya barusan.Seiring berputarnya kursi roda itu. Keira dapat melihat taman rumah sakit yang memang disediakan untuk beberapa pasien melepas kebosanannya berada di ruang inap. Taman itu kecil, tapi nampak asri nan indah. Beberapa bunga yang Keira tidak tahu apa namanya mulai bermekaran di taman itu. Beberapa tanaman dengan segala macam warna tersebar di taman itu. Tentu saja dengan tatanan yang sangat rapi. Sehingga dekorasi taman itu sangat memanjakan bagi siapa pun yang melihatnya.
Pagi datang membuat Keira megerjapkan matanya sipit untuk menyesuaikan cahaya yang memasuki pupil matanya. Dirinya langsung disuguhkan dengan wajah tampan Keinan yang nampak pulas di depannya. Keira bisa merasakan tangan besar Keinan yang masih melingkar apik di pinggangnya sampai saat ini.Lalu saat ingatan tadi malam berputar di dalam otaknya. Keira menutup wajahnya malu sendiri. Dirinya benar-benar bingung bagaimana bisa dirinya menjadi dominan dalam permainan tadi malam. Padahal dirinya baru saja pulang dari rumah sakit. Keinan sampai hampir kehilangan pengendalian dirinya karena Keira yang terus menggodanya.“Sudah bangun?” tanya Keinan dengan suaranya yang masih serak khas orang baru bangun tidur.Keira hanya mengangguk saja dengan masih menutupi wajahnya.Keinan yang melihat hal itu pun makin mengeratkan pelukannya sampai tubuh Keira menempel kembali dengan tubuhnya.“Ra, makasih,” ucap Keinan tiba-tiba.“Makasih untuk apa?” bingung Keira sambil mendongak menatap iris mata hita
“Gimana ceritanya sih Win, kok lo bisa langsung dijodohin begini?” tanya Lala yang sedang tengkurap di kasur king size milik Winda.Winda menyenderkan kepalanya ke leher kasur. Winda yang sedang setangah duduk itu pun terlihat menghembuskan napas lelah. “Gua nggak tahu,” keluh Winda.“Kok bisa lo nggak tahu? Ini bukan perjodohan karena bisnis kaya di novel-novel gitu kan?” tanya Keira.Winda menonyor kepala Keira dengan pelan. “Lo nikah sama tuh Dosen aja udah mirip cerita novel kalau lo lupa!”Keira hanya mampu menyengir bodoh saat ditonyor seperti itu oleh Winda.“Oh ya, btw gimana Ra terusan?” tanya Lala setengah-setengah.“Apanya?” tanya Keira bingung.“Itu, lo udah ML apa belum?” tanya Lala yang langsung mendapatkan timpukan bantal dari Winda.“ML apaan?” tanya Keira yang masih terlihat bingung dan tidak nyambung dengan omongan Lala.Winda menepuk jidatnya melihat Keira yang polos ini. “Ra, ML itu bisa dibilang malam pertama Ra!” ucap Winda rada geram dengan Keira.“Sejak kapan
Tibalah juga malam di mana Winda dijodohkan dengan anak rekan bisnis Ayahnya. Malam itu di sebuah gedung yang sangat mewah diadakan sebuah acara perjodohan yang tak kalah mewahnya. Para tamu yang hadir di sana nampak menggunakan busana yang sangat mewah. Tentunya dengan segala pernak-pernik sebagai pelengkap dalam acara itu.Begitu juga dengan Keinan dan Keira yang kali ini menggunakan pakaian yang bisa dibilang termasuk ke dalam brand terkenal. Bukan brand luar negeri memang, tapi sebuah brand lokal yang sudah diakui di mata dunia. Hari itu Keira berdandan simple tapi sangat elegan. Dengan rambut lurusnya yang ia biarkan tergerai, tapi hanya disampirkan ke satu sisi saja. Benar-benar membuat kesan Keira dewasa keluar dengan alaminya. Tidak ada kesan Keira yang masih kekanak-kanakan atau bahkan terlihat nakal dan tomboy seperti biasanya. Keira benar-benar dandan dengan totalitas malam ini. Begitu juga dengan Keinan. Keinan kali ini tampil dengan jas hitamnya yang sangat menawan diken
Keinan memojokkan Keira ke dinding di depan pintu tanpa melepas pangutannya. Bahkan, pangutannya semakin liar dengan tangan Keinan yang sudah tidak lagi terkendali. Menggerayangi bagian tubuh Keira dengan seksual.“Mas,” panggil Keira lirih dengan deru napas yang tidak teratur.Keinan mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Keira dan menghirup aroma khas tubuh Keira yang sangat ia sukai.“Kamu kenapa akhir-akhir ini jadi kaya gini?” tanya Keira.“Kaya gini gimana?” tanya Keira masih dengan usilnya mempermainkan telinga Keira.“Kamu semakin panas Mas,” ucap Keira membingkai wajah Keinan agar Keinan tidak melakukan hal yang lebih.Keinan menatap Keira dalam diam. Dalam sorot mata itu. Keira dapat melihat, ada sesuatu yang telah terbangun dari tubuh Keinan. Dan Keira tahu, jika itu tidak akan bisa dihentikan.“Kamu cantik Keira. Saya tidak bisa menahannya,” ucap lirih Keinan dengan nada rendahnya.Lalu, berakhirlah pasangan suami istri itu memadu kasih di bilik milik mereka berdua.***“Mas,
“Halo Pak!” jawab Keira atas panggilan telepon dari Keinan.“Datang ke ruangan saya sekarang!” ucap Keinan singkat, padat, dan jelas serta langsung mematikan telepon itu.Keira memandang telepon genggamnya dengan pandagan yang sedikit kesal.‘Ck, bisa-bisanya! Mentang-mentang dosen jadi seenaknya sendiri!’ dumel Keira dalam hati sambil membereskan beberapa peralatannya yang masih berserakan.Saat ini Keira memang masih mengerjakan tugas kuliah bersama dengan teman-temannya di sebuah café yang lumayan dekat dengan kampus.“Mau kemana, Ra?” tanya seorang cewek yang satu kelompok dengannya.“Ini udah selesai kan? Gua mau izin dulu nih!” ucap Keira dengan raut yang tidak enak.“Oh yaudah, nggak papa. Cabut aja!” ucap seorang cowok yang nampak sedang mengerjakan sesuatu di laptop tanpa mengalihkan perhatiannya.“Sorry ya gaes, gua pamit dulu!” Keira langsung bangkit pergi dan langsung menuju ke kampus secepat yang ia bisa. Hari ini ia kembali membawa motor matic kesayangannya yang berwarn
“Sayang!” teriak Keinan yang baru saja memasuki rumah.Namun, tidak mendapatkan sebuah jawaban sama sekali. ‘Kemana Keira?’Keinan berjalan menelusuri rumahnya untuk mencari istri kecilnya itu. Ia berkeliling dari ruang tamu, kamarnya, toilet, dan sekarang terakhir ia langsung ke taman samping rumah. Namun, tetap tidak ada.‘Apakah Keira ada di dapur?’ pikir Keinan menerka yang sebenarnya tidak yakin.Tidak mungkin dalam benaknya kalau Keira ada di dapur. Tapi, tetap saja Keinan melangkahkan kakinya ke arah dapur. Dan benar saja, dapur itu kosong tidak nampak tanda-tanda kehidupan di sana.“Apakah dia belum pulang?” monolog Keinan sendiri.Ia langsung mencari teleponnya dan menelopan kontak Keira yang ia namai sebagai ‘istri kecil’. Sekali telepon tidak dianggap, dua kali masih tidak diangkat. Sampai Keinan menelepon sebanyak lima kali tetap saja tidak diangkat. Tentu saja hal itu membuatnya kesal dan malah melempar teleponnya ke kasur kamarnya. Baru setelahnya ia mandi dan berharap