“Pak! Bapak mau kemana?!” teriak Keira yang semakin kesal karena Keinan pergi meninggalkannya.“Itu gimana sih! Gua marah kok dia malah ninggalin gua aja! Jangan bilang kalau gua ditinggalin dan gua harus pulang sendirian! Ih, nyebelin!” teriak Keira kesal sendiri.Sedangkan di sisi lain, ada seorang perempuan sedang tersenyum puas menatap foto jepretannya. Ia sekarang sudah dapat bukti jika Keira ada hubungan spesial dengan Keinan. Dosen kampus yang paling dingin, tapi paling popular.Tin tin. Suara telakson mobil berbunyi dua kali mengagetkan Keira. “Astaufirullah!” ucap Keira kaget sambil memengangi dadanya.Keinan menurunkan kaca mobilnya. “Masuk!” ucap Keinan datar.Keira hanya mampu ngedumel di dalam hati dan memilih masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil, meraka hanya diam saja. Tidak ada pembicaraan sama sekali. Keinan hanya fokus menyetir mobil dan Keira yang memalingkan pandangannya ke samping melihat jalanan.Lalu, tiba-tiba suara dering telepon membuat Keira menoleh ke arah
Setelah peristiwa tadi pagi yang sudah membuat warga kampus itu heboh. Setelah selesai kelas mata kuliah pun. Keira sudah dihadang dengan anak-anak pentolannya dari fakultas psikologi. Meraka adalah kakak-kakak tingkat yang memang sudah mendeklarasikan Keinan sebagai idola hak paten milik mereka. Mereka juga lah yang membuat grup penggemar Keinan di kampus itu.“Ho, ada adik tingkat yang udah ngerasa hebat nih!” sindir kakak tingkat itu.Mereka berjumlah lima orang. Jelas, jika pun melawan Keira hanya akan berakhir dengan mempermalukan diri sendiri.“A-apa maksudh kakak?” tanya Keira gugup.Biar bagaimana pun Keira bisa saja kalau melawan Sarah dan antek-anteknya. Karena memang mereka seperti seorang rival sejak dulu SMP. Tapi melawan seorang kakak tingkat itu tidak pernah terbayangkan oleh Keira Hadikusumo.“Lo pura-pura nggak tahu?” “Ah, gua tahu. Lo pura-pura polos dan pengen nipu kita-kita lagi kan?” tanya Kakak tingkat itu.Mereka terus bersaut-sautan untuk menjelek-njelekkan Ke
Di sebuah rumah berlantai dua, terdapat dua orang yang sedang duduk berdua bercengkarama.“Lo yakin apa yang kita lakuin itu bener buat Keira?” tanya Lala kepada Winda.Saat ini Lala masih di rumah Winda karena Lala yang memang masih ingin membahas soal Keira. Entahlah, menurut Lala ini salah. Tidak seharusnya sahabat malah saling bertengkar seperti ini.“Gua nggak suka kebohongan, La,” ucap Winda serius kepada Lala.“Tapi emang lo yakin kalau itu Keira?” tanya Lala serius kepada Winda."Tentu saja gua yakin, gua ada di sana saat Pak Keinan dan Keira hadir di acara perikahan itu. Lo tahu Mas Yudha sepupu gua itu kan? Yang gua cerita kalau dia nikah minggu ini.”Keira mengangguk.“Iya, itu Keira sama Pak Keinan ada di sana. Gua bahkan bisa lihat seberapa dekatnya Pak Keinan ke Keira. Gua lihat pake mata kepala gua sendiri, La!” ucap Winda yakin.“Tapi terus kenapa kita harus marah ke Keira? Keira nggak salah apa-apa. Lo sendiri yang bilang ke Keira kalau emang itu masalah pribadi nggak
Keinan sekarang sedang menunggu Keira yang sudah mendapatkan penanganan pertama tadi. Keira mengalami dehidrasi parah dan juga maggnya kambuh. Keinan menatap Keira sendu. Keinan memegang tangan Keira yang terlihat rapuh itu. Sekarang Keinan benar-benar merasa bersalah. Dikecupnya tangan yang mungil itu. “Cepat sembuh,” bisik Keinan kepada Keira yang sebenarnya tidak bisa mendengarnya.Di tempat lain, Winda dan Lala sudah sampai di tempat biasa yang digunakan sebagai tongkrongan anak-anak nakal. Ya, di sebuah club malam yang sangat terkenal. Karena Winda yakin kakak-kakak tingkat itu pasti sedang berkumpul di sini.“Kita ngapain ke sini?” tanya Lala yang bingung.“Kamu nggak mau kan kalau sahabatmu itu sakit?” tanya Winda yang semakin membuat Lala bertanya-tanya.“Kita bungkam mereka dengan hal yang biasa kita lakukan,” ucap Winda dengan menggerakkan lehernya ke kanan dan ke kiri.“Tu-tunggu dulu lo nggak bermasuk buat ‘bersihin’ mereka kan?” tanya Lala panik.“Kenapa?” Winda menaikk
Setelah kepergian Winda dan Lala. Kini hanya Keinan dan Keira yang tinggal di ruangan persegi sempit itu. Mereka hanya saling diam canggung satu sama lain.Keinan mencuri-curi pandang ke arah Keira. Sedangkan Keira hanya cuek dan memilih memainkan game di handphone miliknya.“Ra,” panggil Keinan pelan.Keira hanya diam. Tidak menggubris panggilan Keinan sama sekali.“Ra,” panggil Keinan lagi.Keira masih diam dan asyik bermain game.“Ra, saya mau bicara,” ucap Keinan sambil melihat Keira dan menurunkan handphone milik Keira dengan pelan.Keira menatap Keinan dengan pandangannya yang datar. “Ra, kamu masih marah sama saya?” tanya Keinan pelan. Tidak lupa dengan sorot mata yang sendu dan redup.Keira menatap Keinan dalam diam. Lalu, Keira semakin mendekatkan wajahnya kepada wajah Keinan.“Menurut Bapak saya marah nggak?” tanya Keira pelan.“Saya minta maaf,” ucap Keinan menunduk.“Bapak pernah janji kan kalau Bapak nggak akan biarkan saya dibully sama mereka. Tapi Bapak bohong. Saya ja
Keinan hanya menghembuskan napasnya lelah dan tanpa sepatah kata pun dirinya menganggakat tubuh Keira dengan entengnya.“A-apa yang Bapak lakukan?” tanya Keira gugup.Keinan menatap Keira dalam diam yang justru semakin membuat jantung Keira berdetak jauh lebih cepat.Perlahan Keinan menurunkan Keira ke kursi roda itu. Menyamankan cara Keira duduk dan mendorong kursi roda itu pelan keluar dari ruang inap. Keira hanya mampu diam di kuris roda. Dirinya masih sedikit syok dengan tindakan spontanitas Keinan Sanjaya barusan.Seiring berputarnya kursi roda itu. Keira dapat melihat taman rumah sakit yang memang disediakan untuk beberapa pasien melepas kebosanannya berada di ruang inap. Taman itu kecil, tapi nampak asri nan indah. Beberapa bunga yang Keira tidak tahu apa namanya mulai bermekaran di taman itu. Beberapa tanaman dengan segala macam warna tersebar di taman itu. Tentu saja dengan tatanan yang sangat rapi. Sehingga dekorasi taman itu sangat memanjakan bagi siapa pun yang melihatnya.
Pagi datang membuat Keira megerjapkan matanya sipit untuk menyesuaikan cahaya yang memasuki pupil matanya. Dirinya langsung disuguhkan dengan wajah tampan Keinan yang nampak pulas di depannya. Keira bisa merasakan tangan besar Keinan yang masih melingkar apik di pinggangnya sampai saat ini.Lalu saat ingatan tadi malam berputar di dalam otaknya. Keira menutup wajahnya malu sendiri. Dirinya benar-benar bingung bagaimana bisa dirinya menjadi dominan dalam permainan tadi malam. Padahal dirinya baru saja pulang dari rumah sakit. Keinan sampai hampir kehilangan pengendalian dirinya karena Keira yang terus menggodanya.“Sudah bangun?” tanya Keinan dengan suaranya yang masih serak khas orang baru bangun tidur.Keira hanya mengangguk saja dengan masih menutupi wajahnya.Keinan yang melihat hal itu pun makin mengeratkan pelukannya sampai tubuh Keira menempel kembali dengan tubuhnya.“Ra, makasih,” ucap Keinan tiba-tiba.“Makasih untuk apa?” bingung Keira sambil mendongak menatap iris mata hita
“Gimana ceritanya sih Win, kok lo bisa langsung dijodohin begini?” tanya Lala yang sedang tengkurap di kasur king size milik Winda.Winda menyenderkan kepalanya ke leher kasur. Winda yang sedang setangah duduk itu pun terlihat menghembuskan napas lelah. “Gua nggak tahu,” keluh Winda.“Kok bisa lo nggak tahu? Ini bukan perjodohan karena bisnis kaya di novel-novel gitu kan?” tanya Keira.Winda menonyor kepala Keira dengan pelan. “Lo nikah sama tuh Dosen aja udah mirip cerita novel kalau lo lupa!”Keira hanya mampu menyengir bodoh saat ditonyor seperti itu oleh Winda.“Oh ya, btw gimana Ra terusan?” tanya Lala setengah-setengah.“Apanya?” tanya Keira bingung.“Itu, lo udah ML apa belum?” tanya Lala yang langsung mendapatkan timpukan bantal dari Winda.“ML apaan?” tanya Keira yang masih terlihat bingung dan tidak nyambung dengan omongan Lala.Winda menepuk jidatnya melihat Keira yang polos ini. “Ra, ML itu bisa dibilang malam pertama Ra!” ucap Winda rada geram dengan Keira.“Sejak kapan