Starla akhirnya membuka pintu dan membantu Syams menyeret kopernya. Kamar Syams menjadi sempit karena koper Starla sangat besar. Mereka meletakkannya di atas kasur kemudian mulai memilah dan memilih baju yang akan dipakai Starla di sini.
Dua koper berisikan pakaian Starla sedangkan satunya lagi barang pribadi Starla. Mereka membuka dua koper itu kemudian akan memilih baju yang pantas dikenakan Starla. Satu koper disisihkan untuk menyimpan baju Starla yang tidak terpakai.Starla memilih baju yang menurutnya bagus, tetapi semua pilihannya ditolak oleh Syams. “Jangan pakai pakaian terbuka di sini. Ini desa, Starla. Mungkin jika kamu mengenakannya di kota, hal itu terlihat wajar. Di sini kamu harus lebih sopan.”“Bajuku ini udah sopan, Syams. Ini ada lengannya. Panjangnya juga di bawah lutut.” Starla merebut beberapa baju yang hendak disimpan Syams dalam koper satunya.“Kenapa nggak sekalian aja kamu suruh aku pakai gamis?”Syam“Raja?” Starla gelagapan mendapati Raja yang tiba-tiba menghampirinya. Setelah apa yang lelaki itu lakukan, berani-beraninya dia muncul di hadapan Starla. Rasanya Starla ingin mencakar wajah Raja supaya dia malu untuk sekadar bertemu orang. “Sayang, ngapain kamu di sini?” “Sayang? Cih!” Starla berdecak kesal. Dia beringsut mundur dan bersembunyi di belakang Syams.Di sebuah gazebo berukuran 2x2 meter itu, Starla dan Syams awalnya duduk bersebelahan. Kini Starla berlindung di belakang Syams. Dia takut jika Raja melakukan hal yang tidak-tidak. Masih terbayang jelas dalam ingatan Starla saat lelaki itu mencumbunya dalam keadaan setengah sadar ketika mabuk.“Siapa kamu?” tanya Syams yang menghadang Raja ketika hendak menyentuh Starla. Entah mengapa Syams merasa tidak rela ada lelaki yang memanggil istrinya dengan kata ‘sayang’. Starla sudah menjadi istrinya, hanya dia yang boleh memanggilnya ‘sayang’. Namun, lagi-lagi Syams menggeleng. Dia bukan suami yang sesungguhnya bagi gadis itu.
Raja menjadi hiburan bagi pengunjung yang ada di telaga cinta ini. Urat malunya putus karena sudah kalah adu jotos dengan Syams pun jatuh ke dalam pemandian kerbau. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Syams ingin tertawa, tetapi takut dosa. Raja tak henti-hentinya mengucap sumpah serapah kepada Syams. Bahkan berbagai jenis nama hewan di kebun binatang dia keluarkan semua dari mulut kotornya. Syams tidak habis pikir bagaimana bisa Starla pernah pacaran dengan orang lucknut seperti itu. Starla ikut menyusul suaminya. Dia menggandeng lengan Syams seolah menegaskan kepada Raja jika mereka memang sudah menikah. “Kita pergi, Syams. Aku semakin muak melihatnya.” “Tunggu!” Syams baru mengingat sesuatu. “Bukankah kamu sedang datang bulan?” tanya Syams kepada istrinya yang langsung dijawab dengan anggukan. Syams tersenyum menyeringai. “Kamu tahu Raja? Meskipun kamu sudah menebar benih di rahim istriku, aku yakin benihmu tidak berbuah. Sekarang Starla datang bulan. Kecebongmu pasti lemah karena
“Aku bahagia karena masih ada yang mau menerimaku apa adanya.”Syams tersenyum, tetapi tidak menanggapi lagi perkataan istrinya. Starla terlalu polos dan jujur. Mungkin karena istrinya masih muda dan belum mengenal dunia luar meski kelihatannya Starla sedikit liar. “Mundur dikit, deh. Perutku sakit, Starla!”“Kenapa, sih? Dipeluk istri sendiri, kok, heboh banget. Gimana mau malam pertama? Heran, deh!”“Ini mendesak, Starla! Cepet mundur. Aku udah nggak tahan.” Karena Starla tidak mengindahkan peringatan suaminya, Syams mengangkat sebelah pantatnya hingga keluar sebuah angin disertai bunyi yang nyaring. “Kampret! Kamu kentut, Syams?” tanya Starla sambil menutup hidungnya. Bau angin yang dikeluarkan suaminya sangat busuk.Syams hanya terkekeh meski berkali-kali Starla mencubit punggungnya. Lebih baik seperti itu daripada dipeluk, dia takut khilaf jika sampai rumah. Sedangkan yang ingin dijadikan pelampiasa
“Kamu habis ena-ena sama siapa sampai digerebek?”“Ena-ena apaan? Aku dijebak, pas bangun udah ada cowok di mobilku. Mana cupang di leher Ama dada banyak banget. Sialan emang si Raja. Gara-gara dia aku jadi nikah muda.”“Tunggu-tunggu! Jadi, yang main sama kamu itu si Raja, tapi yang nikahin orang lain?”Starla hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Luna. Sahabat Starla tak henti-hentinya tertawa hingga terlihat sampai air matanya keluar. “Asli aku pengen ngakak!”“Udah, buruan masukin grup! Aku kesepian. Suamiku lebih sayang burungnya ketimbang aku.”“Astaga! Vulgar banget sahabatku ngomongnya. Jadi gimana, burungnya gede nggak?”“Anjiiir! Mana aku tahu. Dasar ngeres, kamu.” Sekali lagi Luna tertawa hingga memegangi perut. Namun, Luna tiba-tiba terdiam dan melongo menatap ke arah kamera. “Ya ampun, roti sobeknya ada enam!” “Roti sobek?” tanya Starla bingung.“Di belakangmu,” jawab L
“Kim Taehyung?”“Syamsul,” jawab Syams terkekeh. “Maaf, ya! Aku tidak menemanimu makan tadi. Sekarang kamu harus makan.” Syams menyuapi Starla dengan tangannya hingga membuat Starla menitikkan air mata. Baru kali ini dia diperlakukan dengan sangat baik oleh lelaki. Hari-hari Syams menjadi lebih berwarna semenjak menikah dengan Starla. Selalu ada-ada saja ulah istrinya setiap hari. Starla juga sudah banyak belajar semenjak menikah. Sekarang dia sudah bisa menghidupkan kompor sendiri. Dia juga sudah bisa memasak karena membantu berjualan Emak di warung. Seperti saat ini, dia sedang membantu menggoreng tempe di warung. Warung Emak juga semakin ramai semenjak kehadiran Starla. Banyak pelanggan yang datang meski hanya membeli es teh demi melihat betapa cantiknya menantu Painem. “Mbak, bungkusin nasi tiga, sama sayur sekalian.” Seorang bapak-bapak memesan nasi bungkus kepada Starla. Starla sebanarnya malas meladeni pem
“Mbak!” Lelaki itu menggoyangkan tangan ke kanan dan kiri di depan wajah Starla. “Ah iya, sebentar!” Starla memasukkan ponselnya ke dalam saku celemek yang dia pakai. Starla segera mengambil sebuah plastik dan melayani pembelinya. Sesekali dia mencuri pandang dengan lelaki tampan di depannya itu. Selama ini dia pikir Syams satu-satunya kumbang desa, ternyata ada yang lebih tampan. Memang rumput tetangga lebih hijau. Begitulah kira-kira. “Ini, Mas.” Starla memberikan sayur tersebut kepada lelaki di depannya sambil tersenyum. Dia seperti menemukan air di padang pasir. “Eh, ada Mas Agung. Tumben ke warung, nggak dimasakin sama istrinya?” tanya Painem. Starla terkejut mendapati kenyataan jika lelaki di depannya ternyata telah beristri. Untung saja dia tidak jadi kenalan. Bisa jatuh harga dirinya jika menyukai suami orang. Apalagi dia sudah memiliki Syams yang tidak kalah ganteng. “Istri saya baru melahirkan, Mak. Jadi, saya beli aja sayurnya. Kebetulan lauknya sudah ada, tinggal gor
Fatimah keluar dari ruang ganti mengenakan dres selutut tanpa lengan yang cukup terbuka hingga membuat dadanya sedikit terlihat. Starla merebut bayi dari gendongan Syams kemudian memberikannya kepada Fatimah. “Jangan pernah dekati suamiku lagi!”Setelah mengatakan itu, Starla menarik Syams keluar. Tidak lupa baju yang dibawa Syams dia kembalikan ke Mbak Mita. Fatimah tersenyum melihat Starla datang. Dia yakin jika sebentar lagi akan terjadi perang di rumah Syams. Mereka akan berpisah dan dia bisa menikah dengan Syams. Fatimah tidak sabar menunggu waktu itu tiba. “Berhenti, Starla! Dengerin penjelasanku.”“Aku mau pulang, Syams!”“Oke. Kita pulang sekarang.”Syams segera menghidupkan motor kemudian pulang. Tidak membutuhkan waktu lama karena jarak rumah dan pasar cukup dekat. Tiga menit kemudian mereka sampai rumah. Starla masuk lebih dahulu karena dia memegang kunci rumah. “Aku capek, Syams.”
Besok adalah pesta pernikahan Syams dan Starla. Painem mengadakan Syukuran pernikahan karena ini pertama kalinya dia menerima sumbangan. Dulu ketika Syams dikhitan, dia tidak mengundang siapa pun. Sekarang dia mengundang semua warga desa karena ini adalah pertama dan terakhir kalinya Painem mantu. Undangan sudah disebar beberapa hari yang lalu. Syams masih sibuk dengan burungnya yang sudah mulai bisa makan sendiri tanpa disuapi. Starla sendiri sibuk menghubungi teman-temannya supaya mau datang ke pernikahannya. Dia tidak mengundang banyak teman karena pernikahannya yang dadakan, digerebek pula. ***Starla :“Pokoknya kalian wajib datang. Besok aku share lokasinya.”Imel :“Insya Allah. Btw kamu undang Raja, nggak? Mantan kamu yang lucknut itu.”Starla :“Nggak. Gila aja ngundang dia. Yang ada bakal hancur pesta pernikahanku.”Lunaa : Sedang mengetik ....Sania :Sedang mengetik ..
Posisi Syams dan Starla sedang berada di depan panggung. Semua orang yang hadir di acara itu tentu melihat bagaimana pertemuan mereka setelah lama tidak bersua. Dua orang yang menikah dan berpisah karena terpaksa akan keadaan, kini kembali bertemu. “Starla kangen sama Emak.” Starla beralih memeluk Painem kemudian saling menanyakan kabar. Mereka tidak mengikuti acara sampai selesai karena langsung pamitan pulang. Starla dengan senang hati mau pulang ke rumah suaminya. Dia sama seperti Syams, tidak berani menghubungi suaminya padahal setiap hari selalu stalking sosial medianya. Hari ini pun dia tidak akan datang jika bukan karena Eksa. “Kenalkan, ini Eksa. Sepupu sekaligus sopir pribadi.” Lelaki dengan perawakan tinggi itu mengulurkan tangan hendak menyalami Syams, tetapi diabaikan. Syams masih cemburu melihat istrinya dekat dengan lelaki lain. Starla menyenggol lengan suaminya supaya mau berjabat tangan dengan sepupunya. “Eksa!” ucap lelaki itu dengan nada sensual ketika bersalaman
Kehilangan adalah salah satu hal yang menyakitkan bagi beberapa orang, termasuk Syams dan Starla. Namun, dari sanalah mereka berproses menjadi dewasa. “Hari ini kafenya tutup, Syams?” tanya Emak. “Iya, Mak. Kita ‘kan mau ke nikahan Raja sama Fatimah,” ucap Syams sambil tersenyum. Dia sedang menyisir rambutnya, sesekali bergaya di depan kaca. Hampir satu tahun Syams merintis usaha kuliner di dekat telaga. Dia awalnya mendirikan sebuah warung makan sederhana. Ruko yang dia beli dari temannya, Udin. Awalnya memang hanya ruko kecil, tetapi lama kelamaan dia memiliki banyak pelanggan hingga mampu membuka cabang di beberapa titik lokasi. Sekarang dia memiliki sebuah kafe utama yang dijadikan sebagai kantor dan empat warung yang merupakan cabangnya. Syams selalu membuat dirinya sibuk supaya lepas dari rasa bersalah terhadap istrinya. Dia terpuruk beberapa saat setelah Starla pergi sampai akhirnya mendapatkan kabar dari mertuanya jika Starla melanjutkan kuliah. Istrinya juga sama sepertiny
Malam itu Syams tidak bisa tidur karena ucapan mertuanya. Bagaimana mungkin dia melepaskan Starla begitu saja? Banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tidak mungkin semudah itu dia merelakan kepergian Starla. Bahkan ketika keadaan istrinya belum kembali pulih. Syams sampai menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki. Dia memohon dan bersujud ketika orang tua Starla hendak membawa anaknya pergi. “Jangan bawa Starla pergi, Pa. Papa harus mendengarkan penjelasanku lebih dulu. Baru setelah itu Papa boleh pergi.”Antonio mengembuskan napas berat. Mereka berdua keluar dari ruang tengah. Antonio tidak mau Starla mendengar penjelasan Syams. Dia takut anaknya terluka lagi jika bersama suaminya. “Papa sudah mendengar semua ceritaku dan tidak ada yang kututupi sama sekali. Papa harus percaya jika semua yang terjadi ini hanya jebakan Raja dan Fatimah. Aku bahkan melihat pengakuan mereka di depan mata kepalaku sendiri.”“Maafkan Papa, Syams. Relakan
“Starla keguguran, Pa.”Hening. Syams tidak mendengar suara Antonio lagi. “Pa! Papa masih mendengarkanku?”Syams mulai panik karena tidak ada jawaban. Dia takut papa mertuanya jantungan dan meninggal di tempat seperti di film televisi. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Di rumah sakit mana?” tanya Antonio. “RSU, Pa, tapi ....” Belum sempat Syams melanjutkan ucapannya, telepon sudah dimatikan. Syams segera menghubungi tetangga supaya bisa menyampaikan kabar ini kepada Painem. Setelah itu dia masuk ke tempat di mana Starla dirawat. Dia mengambil tangan Starla dan mengecupnya perlahan. “Maafkan aku, Starla. Aku belum bisa membahagiakanmu. Aku berjanji setelah ini tidak akan ada air mata yang menetes di pipimu.” Starla bangun setelah 3 jam tertidur. Syams beberapa kali menangis melihat istrinya terbaring lemah di brankar. Dia bingung harus mengatakan apa jika istrinya sudah bangun. Usia kandungan
“Maafkan aku, Syams!”Hanya kata maaf yang mampu terucap dari bibirnya. Dia lekas pergi meninggalkan Syams karena tidak kuasa melihat lelaki pujaannya menangis. Hal yang paling membuat sakit adalah melihat orang yang dicintainya terluka, entah fisik maupun hatinya.Dia berjalan tanpa arah hingga sampailah di sebuah taman rumah sakit. Di sana ada beberapa orang yang sedang berbincang dengan keluarganya. Mungkin mereka sedang menunggu atau menjenguk keluarga yang sakit. Dia melihat sebuah bangku kosong di bawah pohon beringin. Langkahnya terhenti di sana kemudian dia duduk. Lama dia termenung, dia putuskan menghubungi Marlan dan mengajaknya pulang. Sepertinya dia sudah tidak dibutuhkan lagi di sini. Dia menunggu di parkiran dengan resah. Entah mengapa perasannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Dia ingin segera pulang menemui Lala. Namun, belum sampai Marlan datang, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat familiar di telinganya.“K
“Mau di kamar atau di sofa?” tanya Raja kemudian mendorong tubuh Fatimah hingga terduduk di sofa. “Aku sedang hamil. Aku tidak mau melakukannya denganmu.” “Kamu sudah melakukannya dengan Syams? Atau dengan siapa lagi? Aku tahu kamu janda gatel.” Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Raja. “Pantas saja Starla tidak mau denganmu. Dasar laki-laki brengsek!” Hendak pergi, tetapi Fatimah tidak bisa keluar karena Raja menahannya, pun pintunya terkunci. Akhirnya siang itu mereka melakukannya lagi. Sore hari Fatimah baru pulang dengan banyak memar di tubuhnya. Raja melakukannya dengan kasar tanpa perasaan. Hal itu semakin membuat hati Fatimah sakit. Raja menganggapnya seperti pelacur. Padahal Fatimah hanya melakukannya dengan Raja. Selama ini dia hanya menginginkan Syams, tetapi karena sudah terlanjur berbohong hamil, dia meminta Raja menghamilinya. Siapa sangka jika Raja berpikir bahwa dia tidur dengan banyak lelaki? “Ma
“Kalian enak banget makan berdua.” Fatimah yang tiba-tiba masuk menyilangkan kedua tangan di dada melihat Syams menyuapi Starla. Mereka masih asyik menyantap ikan bakar gosong. Starla dan Syams berhenti mendengarnya, tetapi tetap melanjutkan makan seolah-olah tidak ada orang lain selain mereka berdua. Brak!Fatimah menggebrak meja hingga keduanya berhenti.“Kamu apa-apaan, sih?” tanya Syams. “Aku mau meminta pertanggungjawabanmu, Syams. Aku hamil,” ucap Fatimah sambil memberikan tespek kepada Syams. “Ini bukan anakku. Kamu pasti main dengan lelaki lain.”“Dulu kamu bilang aku berdusta karena mengaku hamil. Sekarang sudah satu bulan, Syams. Usia kandunganku sudah empat minggu. Aku takut jika perutku semakin membesar, tetapi tidak ada yang menikahiku. Apa kata orang nanti?”Mata Starla memanas mendengarnya. “Kamu menghamilinya, Syams?”“Demi Allah, Starla. Kali ini kamu harus percaya. Dia
“Syams, aku ingin makan ikan bakar.”Syams menarik napas panjang. Setiap hari selalu ada-ada saja keinginan Starla semenjak hamil. “Ya udah, ayo ke warung pojok.”Starla menggeleng. “Kita ke telaga, yuk! Aku kepingin makan ikan bakar hasil pancingan kamu sendiri.” Sudah satu bulan lebih Starla pulang ke rumah Syams. Sekarang usia kandungannya memasuki minggu ke 11. Dia tidak pernah mengalami morning sickness, tetapi Syams lah yang menanggungnya. Starla sendiri malah ngebo (doyan makan).Memiliki suami pengangguran tidak menyurutkan kebahagiaan mereka. Syams masih memiliki tabungan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sampai melahirkan. Dia juga sudah membuat BPJS supaya biaya melahirkan nanti lebih murah. “Kalau mancing, keburu kamu kelaparan, Starla!” “Nanti aku bawa camilan yang banyak. Sambil nunggu kamu mancing, aku bisa piknik kayak di pantai.”“Mau piknik apa mancing, sih?” tanya Syams dengan kesal. Starla hanya terkekeh pelan.Starla sudah mempersiapkan sega
“Sayang, buka pintunya!” Syams menarik napas panjang. Jantungnya semakin berdebar karena pintu tak kunjung dibuka. Syams meraih gagang pintu dan hendak membukanya, tetapi tiba-tiba pintu di sebelahnya terbuka. Dia terkejut hingga memegangi dadanya. “Syams, kamu sudah datang?” tanya Adi, kakak iparnya. Dia sudah jantungan, tetapi malah orang lain yang ditemui. “Sudah, Mas. Starla di mana?” “Dia lagi jajan. Starla hamil dan lagi hobi jajan. Sepertinya kamu harus bekerja lebih keras untuk memenuhi ngidamnya. Papa sudah tidak tahan dengan segala keanehan Starla, makanya kamu diminta menjemputnya.Memang awalnya kami menyembunyikan kabar tentang pulangnya Starla. Dia yang meminta kami supaya tidak menghubungimu. Raja sudah tidak tahan dengan Starla yang selalu minta aneh-aneh hingga akhirnya dipulangkan ke rumah. Sekarang, kami yang kewalahan menghadapinya.” Adi mengucapkannya sambil terkekeh. Adik kandungnya itu rasanya sa