Besok adalah pesta pernikahan Syams dan Starla. Painem mengadakan Syukuran pernikahan karena ini pertama kalinya dia menerima sumbangan. Dulu ketika Syams dikhitan, dia tidak mengundang siapa pun. Sekarang dia mengundang semua warga desa karena ini adalah pertama dan terakhir kalinya Painem mantu.
Undangan sudah disebar beberapa hari yang lalu. Syams masih sibuk dengan burungnya yang sudah mulai bisa makan sendiri tanpa disuapi. Starla sendiri sibuk menghubungi teman-temannya supaya mau datang ke pernikahannya. Dia tidak mengundang banyak teman karena pernikahannya yang dadakan, digerebek pula.***Starla :“Pokoknya kalian wajib datang. Besok aku share lokasinya.”Imel :“Insya Allah. Btw kamu undang Raja, nggak? Mantan kamu yang lucknut itu.”Starla :“Nggak. Gila aja ngundang dia. Yang ada bakal hancur pesta pernikahanku.”Lunaa :Sedang mengetik ....Sania :Sedang mengetik ..Dia tidak mau Syams berpaling meski belum ada cinta di antara mereka. Starla ingin Syams menjadi miliknya seutuhnya. Dia tidak mau melihat Syams dekat dengan wanita lain. Dia berpikir cukup keras apakah mau menuruti Syams atau tidak. Dia tahu jika menolak suami adalah dosa, tetapi dia belum siap untuk melakukannya. Starla mencoba tenang meski debaran jantungnya sudah seperti tabuhan genderang yang mau perang. Mata Syams menatap bibir Starla kemudian mengecupnya. Itu adalah ciuman pertama Syams yang sangat singkat. Sebelumnya Syams tidak pernah mencium seorang gadis. Dia sangat lugu. Meski banyak wanita yang datang, tidak sekali pun Syams tertarik. Berbeda dengan Starla yang nyatanya adalah istri sahnya. “Gitu aja?” tanya Starla menggoda. Dia yakin jika suaminya belum pernah berciuman. Terlihat bagaimana amatirnya kecupan yang diberikan Syams. Starla sendiri sering melakukannya dengan Raja dulu, tetapi setiap kali Raja ingin yang lebih, dia menolak
Semua tamu berdatangan silih berganti hingga malam tiba. Mereka memberikan ucapan selamat kepada Painem dan kedua mempelai. Semua teman Syams hadir, bahkan ada yang terang-terangan menggoda Starla. “Istri kamu cantik banget, Syams. Dapat dari mana?” tanya Ahmad, teman kuliah Syams dari desa sebelah. Syams tidak lekas menjawab. Bukankah tidak lucu jika dia mengatakan kalau dapat di dekat kuburan dan digerebek di dalam mobil? “Dari kahyangan,” jawab Syams hingga membuat beberapa temannya tertawa. “Itu temannya istriku. Coba aja pepetin.” Syams menunjuk ke arah teman-teman Starla yang sedang menikmati sate ayam di meja prasmanan.Teman kuliah Syams terpana melihat tiga gadis memakai baju warna maroon. Mereka akhirnya turun dari pelaminan dan pergi ke meja prasmanan supaya bisa mendekati teman Starla. “Aku udah capek, Syams,” ujar Starla. “Habis ini kita tidur. Sejam lagi, deh.” Syams sama dengan istrinya yang
“Oke, kita salat dulu kalau gitu.” Syams mengedipkan sebelah matanya. “Salat apaan? Ini baru jam tiga pagi.” Starla kembali membungkus tubuhnya dengan selimut. Dia pura-pura masih ngantuk meski sebenarnya dia sudah tidak ingin tidur lagi. “Salat tahajud,” jawab Syams kemudian duduk dari tidurnya. “Ayo salat, Starla. Kamu bisa meminta doa apa pun supaya dikabulkan. Kamu juga harus meminta ampunan supaya dosamu diampuni.”Starla malas ribut dengan Syams, apalagi di pagi buta seperti ini. Akhirnya dia mengikuti Syams dan berwudu. Mereka salat Sunnah berdua tepat di sepertiga malam terakhir. Dalam keheningan, mereka mengucapkan doa masing-masing di dalam hati. Siapa sangka jika doa keduanya sama?Syams berbalik dan mendapati Starla masih menadahkan kedua tangannya. “Kamu minta apa sama Allah? Sampai aku selesai berdoa, kamu masih khusyu,” tanya Syams setelah Starla selesai. Istrinya kemudian mencium tangan kanan Syams. “Aku minta
“Mau jalan-jalan?” tanya Syams. “Ke mama?”“Keliling desa aja. Kamu nggak mau lihat mobil kamu? Aku udah pindahin ke bengkel. Udah dicuci juga.”Mendadak Starla terdiam. Dia tidak ingin melihat mobil itu lagi. Dia merasa jijik karena di mobil itu pernah dijadikan Raja sebagai tempat untuk melakukan pelecehan terhadapnya. “Tenang aja. Mobilnya sudah dicuci dan dibersihkan, Satrla.” Syams memegang kedua bahu Starla. “Aku nggak bisa, Syams. Ada kenangan buruk di mobil itu. Aku nggak mau lihat.”Syams pikir karena bensinnya habis sehingga Starla tidak pernah menjenguk mobilnya. Ternyata karena dia mengingat semua kenangan pahit itu. “Maafkan aku. Kita ke bukit aja, nanti kamu bisa lihat sunrise di sana.”Satrla menghapus air matanya kemudian berdiri menggandeng Syams. “Ayok!”Desa Telaga memang terletak di daerah pegunungan. Tidak jauh dari tempat Syams tinggal, ada sebuah bukit yang b
“Duh, dia ke mana, ya? Tadi pamitnya ke sini.” “Paling juga balik ke kota, Mak. Mana betah dia hidup susah.” Tiba-tiba seorang wanita datang dan bergabung dengan pembicaraan mereka. “Kamu nggak usah ngadi-adi, Fatimah. Menantuku nggak seperti itu. Berhari-hari dia mau bantu di warung dan nggak pernah mengeluh. Dia nggak kayak kamu. Dia itu gadis baik.” “Aku kurang baik apa sama Emak? Seharusnya Emak pilih aku buat jadi menantu. Apa bedanya dia sama aku? Dia juga korban perkosaan. Digerebek juga sama sepertiku waktu itu. Bedanya Syams mau bertanggung jawab, tetapi aku diceraikan suamiku.” Painem geleng-geleng kepala mendengar ucapan Fatimah. “Nah itu bedanya. Syams sama Starla sama-sama masih lajang, sedangkan kamu menikah dengan lelaki beristri. Emak nggak mau punya menantu janda. Yang ada nanti janda dapat menantu janda. Apa kata dunia?” “Seharusnya emak bangga kalau memiliki mantu janda kembang.” “Kembang bangkai?”
Selama beberapa hari selanjutnya, Starla sibuk merawat bunga. Di depan rumah Syams sudah seperti taman bunga. Ketika Syams sudah bekerja, Starla merawat tanamannya. Setelah itu dia membantu Emak di warung. Dia akan pulang jika merasa sudah tidak kuat dengan panasnya udara di dalam warung yang membuat tubuhnya mengeluarkan keringat hingga bercucuran.Saat dia pulang, dia merasa ada yang mengikutinya, tetapi setiap dia menoleh tidak ada siapa pun di belakangnya. Kejadian itu berlalu hingga satu bulan. Entah mengapa Starla merasa ada yang selalu mengawasinya. Hingga suatu saat ketika dia di rumah sendirian, Fatimah datang bersama anaknya. “Assalamu’alaikum, Mak!” Fatimah mengetuk pintu rumah Syams yang terbuka. Starla segera keluar mendengar ada yang mengetuk pintu. Dia tidak heran jika Fatimah yang datang. Entah mengapa janda itu sikapnya mulai berubah beberapa hari ini. Dia tidak pernah menggoda Syams dan selalu membawakan Starla tanaman yang hargan
Pagi ini cuaca begitu cerah. Starla menjemur pakaian yang sudah dicuci tadi pagi. Dia dibantu suaminya karena akhir-akhir ini Starla merasa cepat lelah. Mungkin karena kesibukannya di rumah juga di warung membuatnya cepat kelelahan. “Hari ini aku libur. Mau jalan-jalan?” tanya Syams. Sekarang dia hanya memiliki dua hari libur, yaitu Sabtu dan Minggu.Di kecamatan, Syams mengurus banyak proyek. Untuk saat ini dia mengurusi bagian administrasi penerimaan bantuan dari pemerintah untuk masyarakat dampak kenaikan BBM. Kenaikan itu disebabkan keuangan negara yang tak lagi kuat menanggung beban subsidi akibat harga minyak dunia yang terus melambung tinggi. Untuk mengantisipasi dampak kenaikan harga BBM, pemerintah pun memutuskan untuk menggelontorkan Bantuan Langsung Tunai. Namun sayang, bantuan tersebut tidak sesuai sasaran. Sekarang Syams tahu betapa bobroknya negara ini. “Aku malas jalan-jalan. Rasanya mau rebahan saja. Ngamar, yuk!” ajak Starla sambil bergelayut manja di lengan suaminy
“Kamu masih di sana?” tanyanya pada seseorang di telepon.“Tentu. Aku masih menunggu mereka sampai tertidur. Aku sudah lama menantikannya. Aku lelah berpura-pura menjadi baik.”Lelaki itu tersenyum tipis hingga membuat lesung pipinya tercetak jelas. “Awasi mereka. Kabari aku jika mereka sudah tidur.”“Tenang saja, Raja. Aku akan membantu menjemput ratumu kembali.”Mobil raja berhenti di warung Mbak Rin. Dari sana Raja bertemu dengan Fatimah. Dia seolah sedang bertamu di rumah Fatimah. Tidak ada yang curiga karena banyak sekali teman bisnis almarhum orang tuanya yang sering datang. Setelah itu Raja pergi mengantar Fatimah sampai perempatan supaya tidak ada yang curiga dan terkesan jalan kaki dari rumah. Kini Fatimah sedang menunggu obat tidur yang diberikan Raja bereaksi. Dia harus menunggu selama sepuluh menit sampai obat itu bekerja. Fatimah sampai digigit nyamuk dan semut karena bersembunyi di taman bunga milik Starla. Setelah dirasa cukup lama menunggu, Fatimah mendapatkan pesan
Posisi Syams dan Starla sedang berada di depan panggung. Semua orang yang hadir di acara itu tentu melihat bagaimana pertemuan mereka setelah lama tidak bersua. Dua orang yang menikah dan berpisah karena terpaksa akan keadaan, kini kembali bertemu. “Starla kangen sama Emak.” Starla beralih memeluk Painem kemudian saling menanyakan kabar. Mereka tidak mengikuti acara sampai selesai karena langsung pamitan pulang. Starla dengan senang hati mau pulang ke rumah suaminya. Dia sama seperti Syams, tidak berani menghubungi suaminya padahal setiap hari selalu stalking sosial medianya. Hari ini pun dia tidak akan datang jika bukan karena Eksa. “Kenalkan, ini Eksa. Sepupu sekaligus sopir pribadi.” Lelaki dengan perawakan tinggi itu mengulurkan tangan hendak menyalami Syams, tetapi diabaikan. Syams masih cemburu melihat istrinya dekat dengan lelaki lain. Starla menyenggol lengan suaminya supaya mau berjabat tangan dengan sepupunya. “Eksa!” ucap lelaki itu dengan nada sensual ketika bersalaman
Kehilangan adalah salah satu hal yang menyakitkan bagi beberapa orang, termasuk Syams dan Starla. Namun, dari sanalah mereka berproses menjadi dewasa. “Hari ini kafenya tutup, Syams?” tanya Emak. “Iya, Mak. Kita ‘kan mau ke nikahan Raja sama Fatimah,” ucap Syams sambil tersenyum. Dia sedang menyisir rambutnya, sesekali bergaya di depan kaca. Hampir satu tahun Syams merintis usaha kuliner di dekat telaga. Dia awalnya mendirikan sebuah warung makan sederhana. Ruko yang dia beli dari temannya, Udin. Awalnya memang hanya ruko kecil, tetapi lama kelamaan dia memiliki banyak pelanggan hingga mampu membuka cabang di beberapa titik lokasi. Sekarang dia memiliki sebuah kafe utama yang dijadikan sebagai kantor dan empat warung yang merupakan cabangnya. Syams selalu membuat dirinya sibuk supaya lepas dari rasa bersalah terhadap istrinya. Dia terpuruk beberapa saat setelah Starla pergi sampai akhirnya mendapatkan kabar dari mertuanya jika Starla melanjutkan kuliah. Istrinya juga sama sepertiny
Malam itu Syams tidak bisa tidur karena ucapan mertuanya. Bagaimana mungkin dia melepaskan Starla begitu saja? Banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tidak mungkin semudah itu dia merelakan kepergian Starla. Bahkan ketika keadaan istrinya belum kembali pulih. Syams sampai menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki. Dia memohon dan bersujud ketika orang tua Starla hendak membawa anaknya pergi. “Jangan bawa Starla pergi, Pa. Papa harus mendengarkan penjelasanku lebih dulu. Baru setelah itu Papa boleh pergi.”Antonio mengembuskan napas berat. Mereka berdua keluar dari ruang tengah. Antonio tidak mau Starla mendengar penjelasan Syams. Dia takut anaknya terluka lagi jika bersama suaminya. “Papa sudah mendengar semua ceritaku dan tidak ada yang kututupi sama sekali. Papa harus percaya jika semua yang terjadi ini hanya jebakan Raja dan Fatimah. Aku bahkan melihat pengakuan mereka di depan mata kepalaku sendiri.”“Maafkan Papa, Syams. Relakan
“Starla keguguran, Pa.”Hening. Syams tidak mendengar suara Antonio lagi. “Pa! Papa masih mendengarkanku?”Syams mulai panik karena tidak ada jawaban. Dia takut papa mertuanya jantungan dan meninggal di tempat seperti di film televisi. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Di rumah sakit mana?” tanya Antonio. “RSU, Pa, tapi ....” Belum sempat Syams melanjutkan ucapannya, telepon sudah dimatikan. Syams segera menghubungi tetangga supaya bisa menyampaikan kabar ini kepada Painem. Setelah itu dia masuk ke tempat di mana Starla dirawat. Dia mengambil tangan Starla dan mengecupnya perlahan. “Maafkan aku, Starla. Aku belum bisa membahagiakanmu. Aku berjanji setelah ini tidak akan ada air mata yang menetes di pipimu.” Starla bangun setelah 3 jam tertidur. Syams beberapa kali menangis melihat istrinya terbaring lemah di brankar. Dia bingung harus mengatakan apa jika istrinya sudah bangun. Usia kandungan
“Maafkan aku, Syams!”Hanya kata maaf yang mampu terucap dari bibirnya. Dia lekas pergi meninggalkan Syams karena tidak kuasa melihat lelaki pujaannya menangis. Hal yang paling membuat sakit adalah melihat orang yang dicintainya terluka, entah fisik maupun hatinya.Dia berjalan tanpa arah hingga sampailah di sebuah taman rumah sakit. Di sana ada beberapa orang yang sedang berbincang dengan keluarganya. Mungkin mereka sedang menunggu atau menjenguk keluarga yang sakit. Dia melihat sebuah bangku kosong di bawah pohon beringin. Langkahnya terhenti di sana kemudian dia duduk. Lama dia termenung, dia putuskan menghubungi Marlan dan mengajaknya pulang. Sepertinya dia sudah tidak dibutuhkan lagi di sini. Dia menunggu di parkiran dengan resah. Entah mengapa perasannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Dia ingin segera pulang menemui Lala. Namun, belum sampai Marlan datang, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat familiar di telinganya.“K
“Mau di kamar atau di sofa?” tanya Raja kemudian mendorong tubuh Fatimah hingga terduduk di sofa. “Aku sedang hamil. Aku tidak mau melakukannya denganmu.” “Kamu sudah melakukannya dengan Syams? Atau dengan siapa lagi? Aku tahu kamu janda gatel.” Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Raja. “Pantas saja Starla tidak mau denganmu. Dasar laki-laki brengsek!” Hendak pergi, tetapi Fatimah tidak bisa keluar karena Raja menahannya, pun pintunya terkunci. Akhirnya siang itu mereka melakukannya lagi. Sore hari Fatimah baru pulang dengan banyak memar di tubuhnya. Raja melakukannya dengan kasar tanpa perasaan. Hal itu semakin membuat hati Fatimah sakit. Raja menganggapnya seperti pelacur. Padahal Fatimah hanya melakukannya dengan Raja. Selama ini dia hanya menginginkan Syams, tetapi karena sudah terlanjur berbohong hamil, dia meminta Raja menghamilinya. Siapa sangka jika Raja berpikir bahwa dia tidur dengan banyak lelaki? “Ma
“Kalian enak banget makan berdua.” Fatimah yang tiba-tiba masuk menyilangkan kedua tangan di dada melihat Syams menyuapi Starla. Mereka masih asyik menyantap ikan bakar gosong. Starla dan Syams berhenti mendengarnya, tetapi tetap melanjutkan makan seolah-olah tidak ada orang lain selain mereka berdua. Brak!Fatimah menggebrak meja hingga keduanya berhenti.“Kamu apa-apaan, sih?” tanya Syams. “Aku mau meminta pertanggungjawabanmu, Syams. Aku hamil,” ucap Fatimah sambil memberikan tespek kepada Syams. “Ini bukan anakku. Kamu pasti main dengan lelaki lain.”“Dulu kamu bilang aku berdusta karena mengaku hamil. Sekarang sudah satu bulan, Syams. Usia kandunganku sudah empat minggu. Aku takut jika perutku semakin membesar, tetapi tidak ada yang menikahiku. Apa kata orang nanti?”Mata Starla memanas mendengarnya. “Kamu menghamilinya, Syams?”“Demi Allah, Starla. Kali ini kamu harus percaya. Dia
“Syams, aku ingin makan ikan bakar.”Syams menarik napas panjang. Setiap hari selalu ada-ada saja keinginan Starla semenjak hamil. “Ya udah, ayo ke warung pojok.”Starla menggeleng. “Kita ke telaga, yuk! Aku kepingin makan ikan bakar hasil pancingan kamu sendiri.” Sudah satu bulan lebih Starla pulang ke rumah Syams. Sekarang usia kandungannya memasuki minggu ke 11. Dia tidak pernah mengalami morning sickness, tetapi Syams lah yang menanggungnya. Starla sendiri malah ngebo (doyan makan).Memiliki suami pengangguran tidak menyurutkan kebahagiaan mereka. Syams masih memiliki tabungan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sampai melahirkan. Dia juga sudah membuat BPJS supaya biaya melahirkan nanti lebih murah. “Kalau mancing, keburu kamu kelaparan, Starla!” “Nanti aku bawa camilan yang banyak. Sambil nunggu kamu mancing, aku bisa piknik kayak di pantai.”“Mau piknik apa mancing, sih?” tanya Syams dengan kesal. Starla hanya terkekeh pelan.Starla sudah mempersiapkan sega
“Sayang, buka pintunya!” Syams menarik napas panjang. Jantungnya semakin berdebar karena pintu tak kunjung dibuka. Syams meraih gagang pintu dan hendak membukanya, tetapi tiba-tiba pintu di sebelahnya terbuka. Dia terkejut hingga memegangi dadanya. “Syams, kamu sudah datang?” tanya Adi, kakak iparnya. Dia sudah jantungan, tetapi malah orang lain yang ditemui. “Sudah, Mas. Starla di mana?” “Dia lagi jajan. Starla hamil dan lagi hobi jajan. Sepertinya kamu harus bekerja lebih keras untuk memenuhi ngidamnya. Papa sudah tidak tahan dengan segala keanehan Starla, makanya kamu diminta menjemputnya.Memang awalnya kami menyembunyikan kabar tentang pulangnya Starla. Dia yang meminta kami supaya tidak menghubungimu. Raja sudah tidak tahan dengan Starla yang selalu minta aneh-aneh hingga akhirnya dipulangkan ke rumah. Sekarang, kami yang kewalahan menghadapinya.” Adi mengucapkannya sambil terkekeh. Adik kandungnya itu rasanya sa