“Emak salah apa sampai kamu memperkosa anak orang? Kalau kamu mau kawin, bilang aja sama Emak. Meskipun kamu anak yatim, emak masih bisa melamarkan seorang gadis untukmu.”
“Ini fitnah, Mak. Syams tidak akan melakukan perbuatan sehina itu.”“Diam kamu! Emak sudah denger cerita dari Pakde. Kamu harus nikahi perempuan itu!”“Ya Allah, Mak! Mengapa Emak lebih percaya dengan orang lain daripada anakmu sendiri? Syams tidak akan melakukan perbuatan sehina itu.”Painem menjewer telinga Syams. “Pakde bilang banyak tanda merah di dada dan leher gadis itu, juga ada bercak darah di bagian roknya. Kamu mau mengelak, Syams?”“Aku dijebak, Mak!”“Mengakulah, Syams. Banyak warga yang melihat kejadian itu,” ujar Pak RTSyams melirik gadis yang masih menangis itu. Bajunya yang berwarna pink meninggalkan beberapa bercak darah yang terlihat masih segar di sana. Batin Syams semakin berteriak frustrasi.“Ya Allah, mengapa jadi begini? Aku bahkan lupa dengan kejadian tadi subuh. Sepertinya ada seseorang yang membiusku, tetapi aku juga tidak punya bukti. Aku di sini sebagai korban bukanlah tersangka.”Syams tidak bisa mengelak lagi. Semua fakta menunjukkan dialah yang bersalah di sini. Sekarang dia dipaksa harus menikah dengan seorang wanita yang tidak dia kenal sama sekali. Gadis yang sepertinya dari kota itu memiliki kulit seputih susu, rambut lurus sepinggul, mata sipit, dan hidungnya mancung. Benar-benar gadis yang sempurna, sayang sekali akhlaknya minus. Dengan tega dia memfitnah Syams.“Dan hanya kamu yang ada di mobil itu bersamanya. Kami melihatnya sendiri Syams ada di mobil bersama gadis itu. Mobilnya sempat bergoyang-goyang sebelum mereka akhirnya keluar.”Para warga yang hadir di sana mengiyakan ucapan Pakdenya Syams.“Namamu siapa, Nduk?” tanya Painem kepada perempuan yang dia pikir menjadi korban anaknya.Gadis itu mendongak menatap Painem. “Starla.”“Nama yang indah. Bisakah kamu hubungi keluargamu? Syams harus menikahimu sekarang juga,” pinta Painem.Gadis itu mendadak diam. Dia bingung harus berkata apa karena dia melarikan diri dari rumah. Namun, siapa sangka dia dibegal dan hampir dilecehkan. Beruntung Syams datang hingga begal itu segera kabur dan hanya membawa barang berharganya. Lalu sekarang dia diminta menghubungi keluarganya, bukankah itu hal yang sangat konyol? Ayahnya pasti akan menertawakan kebodohannya.“Ponselku dicuri. Aku tidak tahu ini di daerah mana. Hanya mobil yang tersisa dan harga diriku yang sudah hancur.” Starla semakin terisak mengingat kebodohannya. Dia yakin ayahnya tidak akan peduli dengannya.“Kamu masih ingat nomor telepon ayahmu? Bicaralah padanya.” Painem memberikan sebuah ponsel kepada Starla.“Mak, itu ponselku. Paket datanya mau habis!” teriak Syam. Dia terkejut karena emaknya bisa tahu password-nya.Starla menerima ponsel pintar dengan layar 5 inchi itu kemudian segera menghubungi ayahnya. Dengan sekali panggilan, telepon diangkat. Namun, semua orang di sana terkejut karena ayahnya Starla langsung memaki-maki anaknya.“Di mana kamu sekarang? Bikin malu keluarga saja!” Suara ayah Starla membuat Syams bergidik ngeri.‘Bagaimana bisa aku mempunyai mertua galak seperti itu?’ batin Syams.“Ini namanya desa apa, Bu?” tanya Starla pada Painem.“Desa Telaga, Kabupaten Pati,” jawab ibunya Syams.Setelah menyebutkan nama desa ini, ayah Starla akan segera menyusul anaknya. Warga harus bubar dulu karena jarak yang ditempuh cukup jauh. Dua jam lagi keluarga Starla baru akan datang. Syams masih bisa pulang dulu menjenguk bayi lovebird kesayangannya. Semoga saja mereka belum meninggal.“Tolong share lokasi tempat ini!” pinta Starla pada Syams.“Emang kamu nggak bisa?” tanya Syams dan langsung dijawab dengan gelengan oleh Starla. “Dasar kampungan!”“Ponselmu terlalu jadul, aku tidak bisa menggunakannya.”Mendengar ucapan Starla, telinga Syams memerah. Dia lupa jika gadis di depannya itu terlihat seperti orang kaya. Syams hanyalah pengangguran di desa ini. Meskipun lulusan sarjana, dia tidak lantas mendapatkan pekerjaan. Sekarang dia bingung jika harus menikah. Bagaimana dia memberikan nafkah untuk anak dan istrinya nanti? Dia sendiri masih numpang dengan emaknya.Painem, janda tua satu anak itu berjualan di sebuah pasar tradisional. Dia memiliki warung kecil yang menjual makanan jadi. Dari situlah dia bisa menghidupi Syams meski tidak mendapatkan warisan dari suaminya. Syams sendiri beruntung bisa sampai lulus kuliah karena beasiswa meskipun pada kenyataannya sekarang dia menjadi pengangguran.“Ya sudah, Bu Painem bisa pulang dulu untuk mempersiapkan semuanya. Saya akan menghubungi Kyai Mukhlis untuk menikahkan mereka,” ujar Pak RT.“Saya di sini saja, Pak. Kasihan Starla kalau ditinggal. Sepertinya dia masih trauma.” Painem terlihat senang karena sebentar lagi mempunyai seorang menantu. Apalagi selama ini dia sudah menantikannya.Syams, lelaki berusia 25 tahun itu sudah diminta menikah oleh ibunya, tetapi dia selalu menolak dengan dalih tidak memiliki pekerjaan. Dia sudah mencoba melamar ke berbagai kantor dan instansi, tetapi selalu ditolak karena tidak memiliki orang dalam.“Syams, sebaiknya kamu pulang dan siapkan mahar untuk calon istrimu!” Perintah Pakde Sutar.Syams mendesah meski berkali-kali dia mengelak, tidak satu pun orang yang percaya padanya. Dia sebenarnya juga mau menikah, tetapi kenapa caranya harus seperti ini? Perlahan dia mendekati Starla. “Kamu mau mahar apa?”“Karena kamu miskin, aku nggak akan minta banyak.”“Belum apa-apa kamu sudah menghinaku. Meski miskin, aku juga punya tabungan. Jangan pernah melihat orang dari luar saja!”“Kalau gitu aku minta hape baru.”“Nanti aku belikan hape second di konter depan masjid kalau sudah jadi istriku.” Syam berlalu kemudian meninggalkan ibu dan calon istrinya.Baru sampai pintu, Starla memanggil Syams kembali. “Belikan aku hape merek apel krowak.”“Kamu mau memerasku? Tidakkah kamu ketahui jika sebaik-baik wanita adalah yang paling mudah maharnya?”Syams adalah lulusan sarjana pendidikan agama Islam. Dia cukup paham mengenai agama meski tidak seberapa. Dia terpaksa mengambil jurusan itu karena hanya ada tiga jurusan di kampusnya. Belum ada kampus negeri di kotanya, tetapi dia tetap melanjutkan kuliah untuk bekal hidup di masa depan.Starla menggeleng. Dia memang tidak tahu apa-dia. “Ya sudah, terserah mau dikasih mahar apa. Asal bisa diuangkan. Hidup itu butuh duit, Mas. Ganteng doang nggak bikin kenyang!”Setelah mendengar permintaan calon istrinya, Syams langsung pulang ke rumah. Dia langsung pergi ke kandang yang terletak di samping rumahnya. Sebuah kandang kotak menjadi tujuan utamanya. Empat bayi lovebird berteriak seolah memanggil namanya. Beruntung mereka tidak mati. Dia langsung memberi mereka makan juga binatang peliharaan yang lainnya.Syams lekas mandi dan berganti pakaian kemudian menyiapkan mahar untuk Starla. Dia sudah mempertimbangkan dengan matang apa yang akan diberikan untuk gadis itu.“Dia pasti akan terkejut mendapatkan mahar dariku.” Syams tersenyum menyeringai.Setidaknya mahar yang akan diberikan Syams kepada calon istrinya memiliki nilai berharga. Hanya ini barang berharga yang dia miliki selain harga diri.Syams kembali dengan pakaian yang lebih rapi. Dia sudah tidak mengenakan sarung, takut melorot. Dia masuk ke rumah Pak Sukir sambil bersiul dan membawa sebuah kotak yang dia tutupi dengan kain berwarna hitam.Tidak berselang lama, sebuah mobil sedan berhenti di pelataran rumah Pak RT. Dua orang laki-laki dan seorang perempuan paruh baya turun dari mobil. Mereka segera masuk rumah dan segera menghampiri Starla.“Dasar anak kurang ajar!” Ayah Starla menampar putrinya hingga terhuyung. Beruntung Painem membantunya.“Pak! Jangan kasar dengan seorang anak. Ibu mana pun tidak akan rela jika ayah kandungnya memukul anaknya. Jika Bapak sudah tidak mau menerimanya, dengan senang hati anakku akan menikahinya,” bela Painem.“Memangnya anakmu mampu memberikan mas kawin apa untuk putriku?”Tangan Syams mengepal mendengar pertanyaan calon mertuanya itu. Dia membawa kotak itu ke depan calon mertuanya kemudian membuka kain penutupnya. Mata semua orang terbelalak melihat isinya.“Kamu bercanda? Bagaimana bisa kamu memberikan mahar seperti itu kepada anak dari pejabat sepertiku?” Ayah Starla terlihat sedikit emosi melihat Syams membawa baby murai. Antonio Wicaksono, salah seorang anggota dewan yang terkenal di provinsi ini, ternyata adalah ayahnya Starla. Semua orang terkejut melihat kedatangannya. Ternyata dia memiliki anak perempuan yang selama ini disembunyikan. Kepada publik, dia hanya memperkenalkan Adipramana sebagai anaknya yang sukses menjadi Dokter di sebuah rumah sakit ternama di Semarang.“Jika memang sudah tidak menginginkan Starla menjadi bagian dari keluarga kalian, coret saja namanya dari kartu keluarga. Aku akan membuatkannya yang baru bersama namaku,” jawab Syams enteng. Mereka tidak tahu jika burung milik Syams itu meski masih bayi, harganya sudah jutaan rupiah. Syams baru membelinya beberapa hari yang lalu dan berniat untuk membuat peternakan burung. Dia sudah lelah mencari pekerjaan karena tidak ada yang cocok dengan ijazahnya. Sekali pun
“Bukannya tadi pagi sudah? Nggak sabaran banget kamu, Syam.” Painem sekarang memiliki hobi baru, menggoda Syams sangat menyenangkan. Dia suka sekali melihat wajah Syams memerah.“Syams, Mak. Pakai ‘es’ ya!”“Syamsul.” Starla terkekeh geli. Dia pikir nama Syams itu keren, tetapi setelah tahu nama lengkapnya, dia tak kuat lagi menahan tawa. Painem memberikan sepiring nasi kepada Syams. “Suapi istrimu. Jangan biarkan dia kelaparan! Mulai sekarang kamu memiliki kewajiban memberi makan anak orang, bukan hanya anak burung yang dielus-elus setiap hari.”“Tidak usah diperjelas, Mak!” Syams segera menutup pintu kamar dan mendorong emaknya keluar. Starla terkekeh geli. Syams ikut tersenyum melihat tingkah istrinya. Dia baru sadar jika Starla sebenarnya manis dan cantik. “Mau makan sendiri atau aku suapi?” tanya Syams. “Aku bisa makan sendiri,” jawab Starla kemudian mengambil alih piring dari tangan suaminya. Syams duduk di sebelah Starla dan melihat betapa lahap istrinya ketika makan. Star
Suara seorang perempuan tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka.Syams kemudian mendorong tubuh Lastri supaya menjauh. Meski bagaimana pun, dia sudah menikah dan tidak ingin ada yang salah paham. “Kamu sudah bangun?” tanya Syams. “Sudah, tetapi aku masih ngantuk. Ayo kita ke kamar lagi. Lanjut ronde kedua,” ucap Starla sambil memberikan cium jauh kepada Syams. Lastri terlihat kesal melihat Syams mendekati Starla. Kulit putih Starla yang meninggalkan jejak kemerahan semakin membuat Lastri jengkel. Dia mengepalkan tangan dan berkali-kali menarik napas dalam-dalam, dadanya naik turun seolah kehilangan oksigen di sekitarnya.“Terpaksa tapi banyak cupang! Dasar munafik kamu, Syams.” Lastri mengentak-entakkan kakinya kesal kemudian pergi dari rumah Syams. Syams sekarang sudah berdiri di depan Starla. Sebenarnya dia takut melihat istrinya, takut tergoda. Namun, bukankah mereka sudah halal? “Ngapain lihat-lihat?” tanya Starla ketus. “Lihat istri sendiri kan halal. Apa aku lihat Lastri aj
Tubuh Syams basah kuyup akibat perbuatan istrinya. Kepalanya masuk ke dalam ember hingga membuat hidung dan telinganya kemasukan air. Telinganya berdengung. “Starla! Awas kamu, ya!” Syams sudah hendak memaki istrinya, tetapi dia malah terpaku melihat Starla yang hanya memakai handuk. Rasanya dia ingin menerkam Starla sekarang juga. Gadis itu memang polos atau sengaja memancing Syams? “Mak! Tolongin Starla.” Starla bersembunyi di balik punggung ibu mertuanya. Dia sepertinya takut melihat wajah Syams yang memerah. Entah memerah karena melihat istrinya yang aduhai atau karena marah. “Kamu mandi sekalian, Syams. Nanti ajak Starla jalan-jalan keliling kampung. Biar semua orang tahu kalau kamu sudah menikah. Dengan begitu, Emak tidak perlu memperingatkan mereka supaya berhenti mengejarmu lagi.”Selama ini Syams memang memiliki banyak penggemar sampai Emak bingung harus memilih yang mana. Pun malas dengan pertanyaan orang yang menanyakan 'kapan mantu?' Sesuai saran emaknya, Starla diajak
“Jadi, kamu tadi nggak salat Zuhur dan Asar?” Dengan pola Starla menggeleng. “Aku Islam, kok. Kamu tenang aja walaupun hanya di KTP.” Jawaban Starla rasanya ingin membuat Syams pingsan. Bagaimana mungkin dia bisa menikahi gadis seperti itu? Starla dari kecil memang tidak pernah melaksanakan kewajibannya sebagai muslim. Apalagi kedua orang tuanya selalu sibuk. Dia menjadi anak yang sangat bandel sehingga papa dan mamanya lelah menghadapinya. Dia berbeda dengan sang kakak yang selalu taat beribadah. Kakanya lulusan pesantren, sedangkan dia baru sehari di pesantren sudah kabur. Orang tuanya sudah sampai frustrasi memiliki anak sepertinya. Hal terakhir yang membuat orang tuanya sangat murka yaitu ketika dia kabur bersama pacarnya saat hendak dijodohkan. “Sekarang kamu ambil wudu, aku akan ajarin kamu salat.” “Aku nggak mau!” “Aku akan memaksa. Kamu sudah menjadi tanggung jawabku. Kamu mau aku tinggal di neraka?” “Jahat banget sama istrinya. Aku bilangin sama emak, nih!” Starla sud
“Ngapain kamu di sini?” tanya Starla sambil menarik selimutnya. “Aku ini suami kamu. Baru tadi pagi kita menikah. Apakah kamu lupa?” tanya Syams. Starla duduk dan menarik selimut supaya menutupi tubuhnya. Dia masih memakai daster milik Painem. “Jangan mendekat. Aku nggak bisa layanin kamu malam ini.” “Eh!” Syams terkejut mendengar perkataan Starla. Dia tidak berniat meminta jatah sebenarnya, tetapi sepertinya istrinya menganggap Syams adalah lelaki yang menginginkannya. Muncullah ide jahil dalam otak Syams. “Bukankah tadi siang kamu yang nantangin? Aku tagih malam ini.” Syams mengucapkannya sambil menahan tawa. Terlihat sekali ketakutan di wajah Starla. Namun, hal itu malah membuat Syams semakin ingin menggoda istrinya. Dia yang awalnya ketakutan, kini malah berbalik. Segalak-galaknya Starla, pasti mempunyai sisi lemah dan lembut. Pada dasarnya wanita itu makhluk yang paling rapuh karena dia diciptakan dari tulang rusuk, bukan tulang punggung. “Tadi siang aku bercanda, Syams. Ema
Syams terbangun kala mendengar azan Subuh. Dia bergegas untuk pergi ke masjid. Namun, pergerakannya terhenti kala melihat tangan Starla memeluk tubuhnya. Semalam mereka sempat berdebat sebelum tidur hingga akhirnya memutuskan untuk damai dan tidur di kasur yang sama. “Oke, aku nggak akan tidur sama emak kamu, tetapi aku butuh guling. Aku nggak bisa tidur kalau nggak meluk guling.”“Dasar bocah! Maaf aku enggak punya guling.” Syams berkata jujur. Dia memang tidak memiliki guling di kamarnya. “Ya sudah, aku mau ke kamar Emak aja.”“Di sana juga nggak ada guling, Starla. Kami tidak memiliki guling, syukur masih bisa tidur di atas kasur. Banyak orang yang hanya tidur beralaskan tikar.”Sangking kesalnya, Syams menaikkan suaranya hingga membuat Starla menangis. Ah, rasanya dia ingin menjedotkan kepalanya di tembok. Entah berapa umur istrinya hingga terlihat kekanakan dan masih sangat cengeng.“Kamu boleh jadikan aku guling. Tapi jangan grepe-grepe. Hanya dipeluk, oke?”Starla mengangguk
“Jangan ngomong begitu, Mak. Setiap ucapan itu jadi doa. Memangnya emak nggak ingin anaknya sukses gitu?” Mendengar ucapan anaknya, Painem menjewer telinga Syams. “Tanpa kamu minta, emak selalu mendoakanmu, Syams.” “Ampun, Mak! Syams udah beristri. Jangan jewer telinga Syams terus. Malu dong kalau dilihat orang.” “Kamu juga ngeselin, Syams.” Mereka sudah sampai di pasar desa yang tidak jauh dari tempat mereka tinggal. Di pasar itu memang pedagangnya tidak sebanyak di pasar pusat pada umumnya. Namun, berbagai kebutuhan bahan pokok untuk kehidupan sehari-hari sudah cukup lengkap di sana. Painem juga berjualan di pasar itu semenjak Syams masih kecil. Hanya dari situlah mata pencaharian mereka selama ini. “Nggak buka warung, Mak?” tanya Mita yang baru saja membuka tokonya. “Libur, Mbak Mita. Besan saya mau datang. Jadi mau beli daging sama sayuran.” “Sendiri, Mak?” tanya Mita. “Sama Syams. Dia kayaknya di warung.” Mendengar jawaban Painem, Mita hanya ber oh ria kemudian masuk ke k
Posisi Syams dan Starla sedang berada di depan panggung. Semua orang yang hadir di acara itu tentu melihat bagaimana pertemuan mereka setelah lama tidak bersua. Dua orang yang menikah dan berpisah karena terpaksa akan keadaan, kini kembali bertemu. “Starla kangen sama Emak.” Starla beralih memeluk Painem kemudian saling menanyakan kabar. Mereka tidak mengikuti acara sampai selesai karena langsung pamitan pulang. Starla dengan senang hati mau pulang ke rumah suaminya. Dia sama seperti Syams, tidak berani menghubungi suaminya padahal setiap hari selalu stalking sosial medianya. Hari ini pun dia tidak akan datang jika bukan karena Eksa. “Kenalkan, ini Eksa. Sepupu sekaligus sopir pribadi.” Lelaki dengan perawakan tinggi itu mengulurkan tangan hendak menyalami Syams, tetapi diabaikan. Syams masih cemburu melihat istrinya dekat dengan lelaki lain. Starla menyenggol lengan suaminya supaya mau berjabat tangan dengan sepupunya. “Eksa!” ucap lelaki itu dengan nada sensual ketika bersalaman
Kehilangan adalah salah satu hal yang menyakitkan bagi beberapa orang, termasuk Syams dan Starla. Namun, dari sanalah mereka berproses menjadi dewasa. “Hari ini kafenya tutup, Syams?” tanya Emak. “Iya, Mak. Kita ‘kan mau ke nikahan Raja sama Fatimah,” ucap Syams sambil tersenyum. Dia sedang menyisir rambutnya, sesekali bergaya di depan kaca. Hampir satu tahun Syams merintis usaha kuliner di dekat telaga. Dia awalnya mendirikan sebuah warung makan sederhana. Ruko yang dia beli dari temannya, Udin. Awalnya memang hanya ruko kecil, tetapi lama kelamaan dia memiliki banyak pelanggan hingga mampu membuka cabang di beberapa titik lokasi. Sekarang dia memiliki sebuah kafe utama yang dijadikan sebagai kantor dan empat warung yang merupakan cabangnya. Syams selalu membuat dirinya sibuk supaya lepas dari rasa bersalah terhadap istrinya. Dia terpuruk beberapa saat setelah Starla pergi sampai akhirnya mendapatkan kabar dari mertuanya jika Starla melanjutkan kuliah. Istrinya juga sama sepertiny
Malam itu Syams tidak bisa tidur karena ucapan mertuanya. Bagaimana mungkin dia melepaskan Starla begitu saja? Banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tidak mungkin semudah itu dia merelakan kepergian Starla. Bahkan ketika keadaan istrinya belum kembali pulih. Syams sampai menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki. Dia memohon dan bersujud ketika orang tua Starla hendak membawa anaknya pergi. “Jangan bawa Starla pergi, Pa. Papa harus mendengarkan penjelasanku lebih dulu. Baru setelah itu Papa boleh pergi.”Antonio mengembuskan napas berat. Mereka berdua keluar dari ruang tengah. Antonio tidak mau Starla mendengar penjelasan Syams. Dia takut anaknya terluka lagi jika bersama suaminya. “Papa sudah mendengar semua ceritaku dan tidak ada yang kututupi sama sekali. Papa harus percaya jika semua yang terjadi ini hanya jebakan Raja dan Fatimah. Aku bahkan melihat pengakuan mereka di depan mata kepalaku sendiri.”“Maafkan Papa, Syams. Relakan
“Starla keguguran, Pa.”Hening. Syams tidak mendengar suara Antonio lagi. “Pa! Papa masih mendengarkanku?”Syams mulai panik karena tidak ada jawaban. Dia takut papa mertuanya jantungan dan meninggal di tempat seperti di film televisi. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Di rumah sakit mana?” tanya Antonio. “RSU, Pa, tapi ....” Belum sempat Syams melanjutkan ucapannya, telepon sudah dimatikan. Syams segera menghubungi tetangga supaya bisa menyampaikan kabar ini kepada Painem. Setelah itu dia masuk ke tempat di mana Starla dirawat. Dia mengambil tangan Starla dan mengecupnya perlahan. “Maafkan aku, Starla. Aku belum bisa membahagiakanmu. Aku berjanji setelah ini tidak akan ada air mata yang menetes di pipimu.” Starla bangun setelah 3 jam tertidur. Syams beberapa kali menangis melihat istrinya terbaring lemah di brankar. Dia bingung harus mengatakan apa jika istrinya sudah bangun. Usia kandungan
“Maafkan aku, Syams!”Hanya kata maaf yang mampu terucap dari bibirnya. Dia lekas pergi meninggalkan Syams karena tidak kuasa melihat lelaki pujaannya menangis. Hal yang paling membuat sakit adalah melihat orang yang dicintainya terluka, entah fisik maupun hatinya.Dia berjalan tanpa arah hingga sampailah di sebuah taman rumah sakit. Di sana ada beberapa orang yang sedang berbincang dengan keluarganya. Mungkin mereka sedang menunggu atau menjenguk keluarga yang sakit. Dia melihat sebuah bangku kosong di bawah pohon beringin. Langkahnya terhenti di sana kemudian dia duduk. Lama dia termenung, dia putuskan menghubungi Marlan dan mengajaknya pulang. Sepertinya dia sudah tidak dibutuhkan lagi di sini. Dia menunggu di parkiran dengan resah. Entah mengapa perasannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Dia ingin segera pulang menemui Lala. Namun, belum sampai Marlan datang, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat familiar di telinganya.“K
“Mau di kamar atau di sofa?” tanya Raja kemudian mendorong tubuh Fatimah hingga terduduk di sofa. “Aku sedang hamil. Aku tidak mau melakukannya denganmu.” “Kamu sudah melakukannya dengan Syams? Atau dengan siapa lagi? Aku tahu kamu janda gatel.” Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Raja. “Pantas saja Starla tidak mau denganmu. Dasar laki-laki brengsek!” Hendak pergi, tetapi Fatimah tidak bisa keluar karena Raja menahannya, pun pintunya terkunci. Akhirnya siang itu mereka melakukannya lagi. Sore hari Fatimah baru pulang dengan banyak memar di tubuhnya. Raja melakukannya dengan kasar tanpa perasaan. Hal itu semakin membuat hati Fatimah sakit. Raja menganggapnya seperti pelacur. Padahal Fatimah hanya melakukannya dengan Raja. Selama ini dia hanya menginginkan Syams, tetapi karena sudah terlanjur berbohong hamil, dia meminta Raja menghamilinya. Siapa sangka jika Raja berpikir bahwa dia tidur dengan banyak lelaki? “Ma
“Kalian enak banget makan berdua.” Fatimah yang tiba-tiba masuk menyilangkan kedua tangan di dada melihat Syams menyuapi Starla. Mereka masih asyik menyantap ikan bakar gosong. Starla dan Syams berhenti mendengarnya, tetapi tetap melanjutkan makan seolah-olah tidak ada orang lain selain mereka berdua. Brak!Fatimah menggebrak meja hingga keduanya berhenti.“Kamu apa-apaan, sih?” tanya Syams. “Aku mau meminta pertanggungjawabanmu, Syams. Aku hamil,” ucap Fatimah sambil memberikan tespek kepada Syams. “Ini bukan anakku. Kamu pasti main dengan lelaki lain.”“Dulu kamu bilang aku berdusta karena mengaku hamil. Sekarang sudah satu bulan, Syams. Usia kandunganku sudah empat minggu. Aku takut jika perutku semakin membesar, tetapi tidak ada yang menikahiku. Apa kata orang nanti?”Mata Starla memanas mendengarnya. “Kamu menghamilinya, Syams?”“Demi Allah, Starla. Kali ini kamu harus percaya. Dia
“Syams, aku ingin makan ikan bakar.”Syams menarik napas panjang. Setiap hari selalu ada-ada saja keinginan Starla semenjak hamil. “Ya udah, ayo ke warung pojok.”Starla menggeleng. “Kita ke telaga, yuk! Aku kepingin makan ikan bakar hasil pancingan kamu sendiri.” Sudah satu bulan lebih Starla pulang ke rumah Syams. Sekarang usia kandungannya memasuki minggu ke 11. Dia tidak pernah mengalami morning sickness, tetapi Syams lah yang menanggungnya. Starla sendiri malah ngebo (doyan makan).Memiliki suami pengangguran tidak menyurutkan kebahagiaan mereka. Syams masih memiliki tabungan yang bisa digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari sampai melahirkan. Dia juga sudah membuat BPJS supaya biaya melahirkan nanti lebih murah. “Kalau mancing, keburu kamu kelaparan, Starla!” “Nanti aku bawa camilan yang banyak. Sambil nunggu kamu mancing, aku bisa piknik kayak di pantai.”“Mau piknik apa mancing, sih?” tanya Syams dengan kesal. Starla hanya terkekeh pelan.Starla sudah mempersiapkan sega
“Sayang, buka pintunya!” Syams menarik napas panjang. Jantungnya semakin berdebar karena pintu tak kunjung dibuka. Syams meraih gagang pintu dan hendak membukanya, tetapi tiba-tiba pintu di sebelahnya terbuka. Dia terkejut hingga memegangi dadanya. “Syams, kamu sudah datang?” tanya Adi, kakak iparnya. Dia sudah jantungan, tetapi malah orang lain yang ditemui. “Sudah, Mas. Starla di mana?” “Dia lagi jajan. Starla hamil dan lagi hobi jajan. Sepertinya kamu harus bekerja lebih keras untuk memenuhi ngidamnya. Papa sudah tidak tahan dengan segala keanehan Starla, makanya kamu diminta menjemputnya.Memang awalnya kami menyembunyikan kabar tentang pulangnya Starla. Dia yang meminta kami supaya tidak menghubungimu. Raja sudah tidak tahan dengan Starla yang selalu minta aneh-aneh hingga akhirnya dipulangkan ke rumah. Sekarang, kami yang kewalahan menghadapinya.” Adi mengucapkannya sambil terkekeh. Adik kandungnya itu rasanya sa