Leona membaca berita di koran harian yang masih terus berlanjut tentang hubungannya dengan Abhygael. Walau para investor tidak terpengaruh dengan berita itu tapi tetap saja membuatnya mengerutkan dahi. Para investor berpikir soal keuntungan dan tak ingin masuk lebih dalam terkait hubungan mereka. Berita tersebut menjelaskan tepatnya kapan episode hubungan Rara dan Abhygael terjadi, dari berpura-pura bertemu secara tidak sengaja di Singapura sampai berlanjut Abhygael memberi kepercayaan kepadanya untuk menjadi direktur. Diantara begitu banyak berita menggelikan yang membanjiri sepanjang beberapa hari ini, yang paling memukulnya adalah berita hari ini. Jelas sekali bahwa artikel ini adalah karangan bebas. Wartawan yang menulisnya pasti seorang penghayal kelas berat. Abhygael memanfaatkan keluguan Leona untuk pencintraan, ketika semua impiannya terwujud maka dia akan melemparkan isteri buruk rupanya di jalanan seperti melemparkan seonggok sampah pada tempatnya. Sial, Leona tak bisa mem
Kedatangan Abhygael dan direktur Rara menarik perhatian para karyawan di gedung yang sangat luas itu, diantara mereka saling berbisik, ada yang kagum namun ada pula yang mencemooh. Yang mencemooh pastilah kaki tangan paman Julit dan Aditia. "Pasangan yang sangat serasi, ayo kita taruhan," ucap salah seorang karyawan. "Taruhan apa ?" tanya salah seorang diantara mereka. "Kita lihat, tuan Abhygael akan meninggalkan isteri buruk rupanya atau memilih wanita itu." "Sudah pasti dia akan memilih wanita itu, ah ini sih tak bisa dijadikan taruhan." "Huh, sekalian beralih jadi selebriti saja, mereka itu tidak layak jadi pengusaha dan wanita itu terlihat mata duitan." Mereka berdua tidak bereaksi mendengar ucapan itu dan hanya melemparkan senyum terbaik yang mereka miliki siang ini. Aditia melihat kerumunan karyawan dari layar monitor cctv, ternyata para karyawan itu berkumpul karena melihat dua pasangan menarik berjalan beriringan memasuki lift menuju ke ruangannya. Dari layar monitor Ad
Abhygael dan Leona keluar dari gedung bertingkat itu dengan tatapan penuh tanya dan rasa kagum dari beberapa karyawan. Mereka menuju parkiran dan pelan-pelan keluar sambil menyapa hangat satpam yang dulu pernah direkomendasikannya menjadi pengawal pribadinya itu.Aditia menahan geram menatap mobil dari balik jendela ruangannya sampai mobil itu menghilang dari pandangannya.Dia sedang menimbang-nimbang langkah selanjutnya yang perlu dilakukan. Sekarang bertambah lagi orang yang harus disingkirkannya. Awalnya dia berniat ingin memikat gadis cantik itu, tapi ternyata dia terlihat lebih berbahaya dari Leona.Dia meraih ponselnya dan menghubungi kakak iparnya yang buruk rupa itu."Hallo, apa aku bisa ke rumahmu hari ini ?"Leona yang sedang dalam perjalanan bersama Abhygael menyalakan speaker agar suaminya turut mendengar pembicaraannya dengan Aditia."Boleh saja, tapi sekarang aku sedang belanja di pasar. Datang saja nanti malam, karena aku masih harus memasak makanan kesukaan Abhygael.""
"Ingat janjimu!" Hanya kata kata singkat ini yang bisa dilakukan Leona untuk meredam gairah suaminya."Janji yang mana, bukankah kau barusan membuat pernyataan pada wartawan kalau kita sedang menjalani proses untuk mendapatkan anak" Abhygael pura-pura amnesia, sesuatu di bawah sana membuat celananya semakin ketat."Ingat tujuh hari kau sudah berjanji tidak akan menyentuhku," Leona mengingatkannya.Abhygael menghela nafas berat, dia menghitung dengan jarinya, Jum'at, Sabtu, Minggu, senin, selasa, ah...dua hari lagi.Leona tertawa melihat tingkah suaminya yang menghitung hari dengan menggerakkan jari tangannya."Kau menyiksaku, apa kau bisa menidurkan senjata yang sudah mengacung ini ?" Abhygael membuka resleting celananya dengan paksa, dia mengeluarkan sesuatu dari balik celananya.Wajah Leona merona merah, suaminya ini sangat mesum membuatnya jengah. Tapi bukan Leona namanya jika tidak bisa mengatasinya."Minta Selena yang menidurkannya."Mendengar nama itu, membuat gairah Abhygael hil
Abhygael segera menghubungi Regan untuk menemuinya malam ini. Dia sudah mempersiapkan kata-kata yang tepat agar sahabatnya itu tak merasa dibohongi.Regan malam itu hendak menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk, maklum perusahaan barunya ini kebanjiran proyek, dia semakin mengagumi direkturnya walau sebenarnya dia tidak begitu suka melihat kedekatan direkturnya dengan Abhygael.Walau buruk rupa namun dia sangat menghormati Leona, jika bukan kegigihan wanita itu, Abhygael mungkin sudah jatuh miskin.Regan akhirnya mengurungkan niatnya untuk bekerja lembur di kantor dan memilih untuk menemui Abhygael di rumahnya.Rumah megah yang didatanginya terlihat sunyi, lalu bibi Surti datang menghampirinya."Den Regan ditunggu tuan di kamarnya."Regan sempat tertegun, dulu dia bebas masuk kapan saja ke kamar Abhygael ketika sahabatnya itu masih tinggal di rumah neneknya, tapi kini sejak menikah dia harus menjaga privasi Abhygael.Sambil menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, Regan bergegas k
Regan pagi ini terpaksa harus mengambil alih tugas direktur, kecelakaan kecil itu tak mengharuskan direkturnya berkantor tanpa seizin suami.Regan senyum senyum sendiri, pantas saja sahabatnya itu lengket bagaikan prangko, namun setidaknya dia lega, karena skandal yang dia takutkan itu tak akan pernah terjadi. Laki-laki bodoh mana yang mau meninggalkan isteri cantik dan cerdas seperti Leona. Andai itu ada maka laki-laki itu bisa dikatakan bodoh.Jika teringat bahwa mereka mengibulinya, dia sempat kesal juga, bisa-bisanya mereka menyembunyikan hal sepenting itu. Tapi tak apalah, ada benarnya juga.Sedang tekun mempelajari dokumen, tiba-tiba telepon berdering."Hallo..." Tak ada suara di seberang sana, Regan terus menunggu, namun teleponnya ditutup kembali.Dia lalu menekan interkom dan menghubungi resepsionis."Bagaimana mungkin kau menyambungkan telepon tapi tak ada suaranya ?""Ma....maaf tuan, mereka minta disambungkan ke ruang direktur. Katanya penting.""Kau tidak bertanya siapa,
Email yang dikirimkan tuan Benyamin berisi nomor kontak ibu Mutia, dari deretan angka nomor bisa dipastikan yang bersangkutan sedang berada di wilayah sulawesi."Abhy, catat nomor ini," panggil Leona saat melihat suaminya menyandarkan punggungnya di ranjang.Dengan enggan, suaminya itu berdiri menghampirinya. Hasratnya yang tak tersalurkan membuatnya tak bersemangat. Melihat Abhygael yang ogah-ogahan, akhirnya Leona sendiri yang meraih ponsel dan mengetikkan nomor itu disana."Sekarang bukan waktunya sayang, ayo hubungi ibumu," Leona lantas berdiri dan memcium suaminya sekilas. Dia tahu suaminya sedang mendongkol karena ulahnya.Tok...tok...tok..! Ketukan dipintu kamar mengagetkan keduanya.Leona segera membuka pintu tanpa melihat suaminya yang berjalan mengikutinya."Tuan Aditia sedang berada diruang keluarga nyonya," Terlihat salah seorang maid sudah berdiri di depan pintu.Leona mendongak, menatap suaminya meminta persetujuan. Abhygael mengangguk."Baiklah saya akan turun."Leona m
Tubuh Leona terasa pegal setelah semalam suaminya tak mengijinkannya untuk istirahat semenitpun, Setelah menggempur isterinya habis-habisan barulah Abhygael tertidur. Kesempatan itu digunakan Leona untuk membersihkan diri dan berniat tidur, namun baru saja matanya terpejam suaminya memulai lagi sampai mereka mencapai pelepasan demi pelepasan tiada henti. "Aku lelah Abhy, apa kau minum obat kuat ?" tanya Leona dengan nafas tersengal-sengal, untunglah dia memiliki stamina yang kuat sehingga mampu mengimbangi keperkasaan suaminya. "Tidak sayang, untukmu aku tak perlu minum obat atau apapun itu, melihatmu mendesah menambah kekuatanku." "Kalau begitu aku tak akan mendesah lagi," sungut Leona lalu membelakangi suaminya. "Benarkah ?" Hembusan nafas Abhygael di tengkuknya membuatnya merinding. "Ijinkan aku tidur satu jam saja, lalu kita bersiap-siap ke kantor. Bukankah hari ini kita menunggu telepon ibumu ?" Mendengar itu, akhirnya Abhygael mengalah, padahal dia merasa stok hormonnya mas
Kehadiran Leona yang kembali sebagai direktur perusahaan disambut dengan gembira oleh para karyawan. Direktur cantik dan mempesona serta cerdas ini sangat di rindukan. Semua karyawan berdiri berjejer di sepanjang jalan, satpam dan cleaning service tak ketinggalan."Kau di sambut bagaikan seorang ratu, aku jadi cemburu," bisik Abhygael."Jangan terlalu berlebihan," Leona mencubit pinggang suaminya."Selamat pagi ibu direktur, selamat pagi presdir," sapa para karyawan."Selamat pagi," jawab Leona sambil tersenyum dengan hangat.Tak terlukiskan kebahagiaan para karyawan saat menyambut direktur kesayangan mereka. Direktur yang dikenal ramah dan suka membantu itu kini hadir seakan memberi semangat baru bagi para karyawan.Leona naik lift menuju ruangannya di susul Abhygael."Kali ini aku tak akan membiarkanmu di dekati para pria," ucap Abhygael serius."Apa maksudmu? Bukankah seharusnya kau yang perlu di khawatirkan di dekati para gadis?" protes Leona, dia tak terima dengan perkataan suamin
Diandra tak menyangka jika Leona kini sudah kembali ke rumah Abhygael. Dengan penuh percaya diri dia membawakan mainan dan makanan untuk Abil.Bibi Sultia tak tahu harus berkata apa saat Diandra menekan bel di sudut pintu rumah. Abhygael dan Leona sedang mandi di kolam renang bersama kedua anaknya."Maaf non, tuan dan nyonya sedang berada di kolam renang," ucap bibi Sultia saat membukakan pintu rumah."Nyonya?" tanya Diandra dengan kening berkerut."Iya non, kemarin tuan Abhygael menjemput isterinya untuk kembali ke rumah ini," jawab bibi Sultia dengan sopan.Diandra tak tahu harus bilang apa, namun dia ingin memastikan apakah Abhygael mencintai isterinya atau tidak."Biar saya menunggu di teras saja bi," kata Diandra.Tanpa di persilahkan, Diandra duduk di teras rumah. Bibi Sultia segera masuk ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dia tak memberi tahu majikannya tentang kehadiran Diandra. Saat kedua majikannya masuk ke dalam rumah barulah dia mengatakan jika Diandra sedang duduk di tera
Banyak mobil yang terparkir di halaman rumah tuan Hendrinata. Namun tuan Putera tetap berusaha mencari parkiran yang kosong di halaman."Sepertinya banyak tamu yang datang pagi-pagi," kata Mutia saat melihat kondisi pagi ini.Mutia melirik jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi. Setelah Putera memarkir mobilnya di sudut halaman yang masih kosong, mereka lalu turun dan mengucapkan salam saat sudah tiba di pintu."Kakak Abil, sini sayang lihat adiknya," Priska berdiri menyongsong Abil. Semua ikut berdiri, rupanya Aditia beserta keluarga ikut berkunjung pagi ini, seakan sudah ada yang memberi tahu mereka jika Abhygael akan datang menjemput Leona.Mungkin karena melihat orang banyak, Abil bersembunyi di belakang ayahnya. Tangannya yang mungil mendekap erat kaki Abhygael sehingga dia tak bisa melangkah dan hanya berdiri saja sambil sebelah tangannya mendekap Abil dari belakang.Leona keluar dari kamar sambil menggendong bayi Arisha. Dia tertegun melihat Abhygael namun tatkala di
Leona membiarkan bayi Arisha dalam gendongan Abhygael, dia sibuk melayani tamu yag sudah mulai berpamitan pulang. Sesekali dia mencuri pandang ke arah Abhygael yang ternyata memandangnya juga.Diandra menghampiri Abhygael yang menggendong Arisha."Jika diperhatikan ternyata wajahnya mirip sekali denganmu," ucap Diandra."Bagaimana gak mirip, dia adalah ayahnya," sebuah suara membuat Diandra terdiam.Tau-tau Dian sudah berdiri di samping Abhygael dan mengambil Arisha."Maaf bayinya mengantuk," kata Dian sambil meraih Arisha dari gendongan Abhygael.Abhygael enggan melepaskan anaknya, namun melihat tatapan tajam Leona dari pelaminan akhirnya dia menyerahkannya juga."Cium ayah sayang," Dian mendekatkan wajah Arisha dan Abhygael pun menciumnya dengan haru."Benarkah itu anakmu?" tanya Diandra saat Dian sudah melangkah jauh dari meja VIP.Abhygael mengangguk, dia lalu berdiri dan menghampiri Leona. Dia harus mengakhiri kesalah pahaman ini. Dia bahkan tak menghiraukan Diandra yang memanggil
Oemar mengabari Abhygael jika dia akan datang ke Indonesia karena adiknya akan menikah. Kabar ini bukannya membuat Abhygael bahagia, dia semakin sedih karena Leona akan kembali dari kota T. Sudah bisa di pastikan jika Wildan akan menikah dengan Leona. Tapi dia tak akan membiarkan hal itu terjadi, Leona merupakan istri sahnya. Terpikir oleh Abhygael untuk mendiskusikan hal itu dengan kedua orang tuanya namun dia tak ingin melukai perasaan kedua orang yang di sayanginya.Regan menerima undangan pernikahan Wildan, dia tersenyum. Kini dia bisa lega karena Abhygael akan bertemu Leona. Namun dia tidak tahu jika Abhygael melemparkan undangan itu ke tong sampah tanpa melihatnya sama sekali. Dengan bersenandung ria, Regan datang ke rumah Abhygael. Dia berencana ingin menceritakan kebenaran pada sahabatnya itu."Abhy, aku ingin menceritakan sesuatu padamu," kata Regan dengan penuh percaya diri."Sudahlah, aku sudah tau semuanya," kata Abhygael tanpa menoleh sedikitpun."Benarkah? Jika begitu ki
Diandra tak hilang harapan untuk terus berusaha mendekati Abhygael, berbagai cara dia lakukan. Dari sekedar bertamu sampai membawakan makanan untuk Abil.Abil yang sangat merindukan ibunya merasa gembira melihat Diandra. Balita mungil yang tak mengerti apa-apa sangat gembira ketika Diandra membawakannya mainan lalu bermain bersamanya.Semula Abhygael sangat marah melihat Diandra dengan tidak tahu malunya mendekatinya melalui Abil. Namun sekeras-kerasnya hatinya akhirnya luluh juga melihat ketulusan Diandra yang memperlakukan Abil bagaikan puteranya sendiri. "Wanita ini benar-benar tidak tahu malu!" gerutu Abhygael di dalam hati.Akhirnya entah berawal dari mana mereka kini mulai dekat. Kemana-mana mereka sering bersama, namun Abhygael tak pernah mengatakan apapun pada Diandra. Obrolan mereka hanya seputar persoalan bisnis dan tumbuh kembangnya Abil.Saat itu mereka berdua sedang duduk di sebuah cafe. Tak jauh dari mereka duduk pula pasangan Rafael dan Adelia. Saat ini Adelia sedang ha
Awalnya Abhygael enggan menghadiri acara selamatan yang diadakan sahabat ibunya di hotel berbintang lima itu. Namun kedatangan ibunya tadi pagi memintanya untuk ikut menghadirinya sebagai bentuk penghargaan terhadap sahabat. "Ibu Anita itu sahabat mama, tolong pikirkan kembali, mama tak ingin menyinggung perasaan mereka," begitu kata ibunya.Akhirnya malam ini Abhygael ke acara selamatan itu di temani Regan, dia datang tidak memakai pakaian formal seperti biasanya. Dia dan Regan memakai kemeja kotak-kotak yang senada dengan celana yang mereka kenakan."Lihatlah gadis itu, sepertinya dia terus menatapmu," bisik Regan."Dia gadis yang punya hajatan ini, tidak usah perduli kan. Toh kita sudah menghadiri acaranya," jawab Abhygael acuh tak acuh.Putera datang bersama Mutia, mereka menyalami pasangan pejabat itu dan anaknya.'Kenalkan ini Diandra, dia baru pulang dari Amerika," Ibu Anita memperkenalkan anaknya."Oh, anakmu cantik sekali," puji Mutia.Diandra tersipu malu mendengar pujian sa
Sudah seminggu Abhygael uring-uringan, ada-ada saja hal yang membuatnya marah. Laporan yang disodorkan tanpa titik dan koma saja dia berang. Regan bahkan sempat jengkel dengan tingkah Abhygael akhir-akhir ini."Aku tak ingin ada kesalahan lagi," kata Abhygael dengan tegas."Siap bos!" jawab Regan dengan rahang mengeras menahan marah, sudah beberapa kali dia harus memperbaiki dokumen."Satu lagi, jangan izinkan siapapun masuk ke ruangan ini tanpa seizinku," ucap Abhygael tanpa menoleh sedikitpun pada Regan. Dia benar-benar memposisikan diri sebagai atasan.Regan benar-benar heran dengan bosnya, keningnya berkerut, lalu dia menggeleng-gelengkan kepalanya."Bukankah selama ini memang seperti itu bos," sanggah Regan.Abhygael mengabaikan sanggahan Regan, memang benar apa yang dikatakannya namun Abhygael merasa akan ada seseorang yang datang namun dia tak tahu siapa. Mungkin ini hanya perasaannya saja.Selama ini dia selalu bermimpi di datangi seorang gadis cantik, dia sangat ketakutan. Dia
Cuaca pagi ini sangat cerah, pesawat Garuda mendarat dengan sempurna sesuai jadwal. Dian sudah menunggu ibu Renata sekitar setengah jam yang lalu.Tak berapa lama, ibu Renata muncul di pintu kedatangan sambil menenteng sebuah kopor."Selamat datang di kota T bu," sapa Dian lalu meraih koper dari tangan ibu Renata."Apa kau sendiri saja? Siapa yang menemani Leona?" tanya ibu Renata sambil melihat ke kiri dan kanan."Aku dan sopir grab bu, Leona di temani Wildan dan Arini," jawab Dian lalu menuju ke parkiran di susul ibu Renata.Hanya butuh waktu dua puluh menit untuk tiba lebih cepat di Rumah Sakit. Jalan di kota ini tak semacet kota Jakarta. Di kiri kanan jalan terdapat rumah-rumah penduduk dan beberapa sekolah dan rumah ibadah, juga pantai yang indah. Sopir grab mengemudikan mobilnya dengan perlahan sehingga ibu Renata masih bisa melihat pemandangan laut yang begitu tenang Begitu tiba di Rumah Sakit, Dian segera menuntun ibu Renata menuju ke ruangan VIP. Leona sedang duduk di atas ka