Elena berjalan perlahan memasuki kamar Drake. Matanya beredar ke seluruh ruangan. Pada dasarnya, semua hampir sama seperti kamarnya. Hanya saja, di sini terlihat kesan maskulin yang dominan. Dengan warna hitam dan putih. “Duduklah.” Drake mempersilakan Elena duduk sofa panjang. Wanita itu duduk dengan tangan gemetaran, tak luput dari pengamatan Drkae. Elena menarik napas panjang beberapa kali. “Ada apa, Elena?” Tatapan Drake melembut saat melihat ekspresi kaku Elena. Hilang sudah semua kemarahan dan tatapan tajamnya beberapa menit lalu. Ia menggenggam tangan Elena yang masih gemetar hebat. “Aku tidak bisa masuk ke kamar sendirian. Bagaimana kalau ada penyusup ke kamarku lagi?” “Sstt, tidak ada, itu tidak akan terjadi di hotelku.” Drake membawa Elena ke pelukannya. Wanita itu masih mengepalkan tangan. Drake bahkan masih bisa merasakan tubuh Elena yang gemetar ketakutan. “Tak perlu takut, Elena. Tidak ada penyusup di sini.” Elena kembali menarik napas panjang beberapa kali, se
Napas Elena masih memburu, ia mencoba mengatur napasnya. Drake memeluknya erat. Menenggelamkan kepala Elena ke dadanya. “Tarik napas panjang, Elena.” Sesaat kemudian, napasnya mulai teratur. Elena mulai rileks dan mengusap lembut dada Drake dengan jarinya. Keduanya terdiam, menikmati momen masing-masing. “Hari itu, seperti yang Grace dan Max tahu, aku merasa buruk karena akan menghadapi perceraian kita.” “Kenapa? Menyesali telah menikah denganku?” “Bukan, menyesal karena kita akan bercerai.” “Itu sudah sesuai perjanjian kita.” “Aku tahu, tapi, itu menyesakkan.” “Jadi, sekarang, kau menganggapku apa?” “Udaraku. Jadi, jangan pergi.” Elena diam saja. Ia masih tak mengerti kenapa Drake seperti bukan pria yang selama ini dikenalnya. Apa dengan tidur dengannya membuat semua perubahan ini? Kadang, sangat sulit menjangkau perasaan pria yang dipeluknya ini. “Menikahlah denganku, Elena.” Elena langsung bangkit dari posisinya. Menahan selimut dengan tangan kanannya. Ia menatap Dra
Carl membawakan tas jinjing Kate hingga sampai di hotel. Keduanya langsung menuju kamar Drake, sesuai petunjuk Elena. Sampai di depan kamar, Carl mengetuk pintu. Tak lama kemudian, Drake membukanya. “Ini kartu aksesnya. Bagaimana dengan mobilmu?” “Sudah diderek dan dibawa ke bengkel, Tuan Drake.” “Maaf, kamar kita penuh, jadi, kalian pakai kamar Elena saja tak masalah, kan?” “Ya, Tuan, tak masalah. Lebih dekat dengan kamar Tuan dan Nona lebih baik aku bisa mengawasi.” “Benar. Kalian istirahatlah, pesan makanan semau kalian, aku akan mengurusnya.” “Terima kasih, Tuan Drake.” “Kate.” Drake menyapa Kate yang berdiri di belakang Carl. “Drake.” Kate membalas sapaan dengan senyuman. Tak ada suara Elena sama sekali. “Apa Elena sudah tidur?” “Ya, dia lelah. Besok kalian harus bersiap sejak pagi.” “Ya.” Drake menutup pintunya, Carl dan Kate segera masuk ke kamar Elena. Kate langsung merebahkan diri di sofa panjang, sementara Carl mengecek ke seluruh sudut. Setelah yakin aman, ia
Mata Drake terpana, menikmati wajah tidur Elena yang samar-samar terkena sinar matahari. Menyusup dari celah jendela, sinar matahari membuat wajah Elena tampak berkilap sesekali. Wanita itu tampak mulai terganggu dengan cahaya itu. “Elena, bangunlah.” “Hmmm.” “Katamu mau bersiap lebih awal. Nanti kau kesiangan.” “Iya, sebentar lagi,” jawab Elena selirih gumaman. Punggung tangan Drake mengusap pipi Elena. Wanita itu mulai sedikit membuka matanya. “Sudah jam 6. Katamu ingin bangun setengah enam.” “Apa?” Elena langsung terduduk dari posisinya. Matanya bergerak ke arah jam dinding. Seketika, ia menembuskan napas dengan kesal. “Aku kesiangan setengah jam.” Elena segera turun dari ranjang. Meninggalkan Drake yang tertawa seraya bersantai. “Jangan buru – buru begitu, nanti kau jatuh.” Tak mengindahkan peringatan Drake, Elena langsung masuk ke kamar mandi. Setengah jam berlalu, ia keluar kamar mandi. Drake sedang sibuk dengan tabletnya. “Drake, cepat mandi dan bersiap.” “Tunggu
Elena kembali menyendok ice creamnya. Berharap dengan begitu hawa panas yang dirasakannya akan mereda. Saat kembali menatap Drake menikmati ice creamnya, Elena menahan napas. Ketika Drake menelan ice creamnya, ia bisa melihat ketika ice cream itu turun ke tenggorokan melalui leher Drake. Ia melihat lidah Drake yang seolah menari di atas sendok ice cream itu, menjilati hingga bersih dari ice cream. “Ada apa, Elena?” Drake menatapnya dengan kening berkerut. Ia segera memalingkan wajah ke arah lain sambil memakan ice creamnya yang tak membantunya sama sekali. Hingga ia tak sanggup menghabiskan ice creamnya lagi. Elena segera berjalan ke arah lain. Ia tahu Drake mengikutinya. Saat melintasi Grace, wanita itu memanggilnya. “Elena, sini.” Elena dan Drake menghampiri Grace, Max, tamu lainnya dan ... Luke. “Apa kau sudah bertemu dengan Luke?” Luke menyapa Elena dengan sopan, mencium punggung tangannya. Drake berdiri di samping Elena, di sisi dekat dinding. “Sudah, kami sudah salin
Kate membuka matanya dengan berat. Pandangannya berkeliling ke sekitar kamar. Ia melihat sofa yang kosong, lalu kembali menatap ke arahnya sendiri. Terakhir kali, ia di sofa seraya menyusun jadwal Elena dan mengerjakan beberapa hal sebentar. Kenapa sekarang bisa ada di ranjang? Carl baru keluar dari kamar mandi. Melihat Kate yang menatapnya dengan bingung. “Aku baru saja akan membangunkanmu.” “Carl, kapan aku pindah ke sini? Sepertinya aku sedang di sofa tadi malam.” “Iya, lagi-lagi kau ketiduran di sofa. Langsung kupindahkan saja ke situ, aku mau tidur di sofa.” “Oh, pantas saja sejak kemarin kurasa berpindah tempat sendiri.” “Kau selalu tertidur di sofa usai mengerjakan sesuatu.” “Aku memang mudah ketiduran.” “Apa kita langsung kembali hari ini?” “Waktu di pesta semalam, Elena memberitahuku ingin jalan-jalan sebentar di sekitar sini, lalu malamnya baru pulang ke rumah. Elena memintaku menemaninya.” Seraya menjelaskan pada Carl, Kate mencoba menelepon Elena. Dua kali tanp
Elena merasa termakan oleh omongannya sendiri. Ia menjamin Drake tak ada yang berubah dengan kebersamaan mereka dua hari terakhir. “Baiklah. Tapi, aku harus mengambil beberapa barang.” Drake membukakan pintu, lalu ikut masuk ke kamar Elena. Menunggu dengan sabar saat Elena mengambil beberapa barang. “Besok, biar staf yang memindahkan barangmu ke kamarku. Sekarang bawa saja yang kau perlukan.” Keduanya lalu pergi ke kamar Drake. Setelah bergantian mandi, Drake yang baru selesai, melihat Elena sudah merebahkan diri di ranjang. Drake ikut bergabung. Wanita itu seketika menoleh. “Aku sangat lelah, Drake. Apa kau ....” Kalimat Elena terhenti. Drake langsung memahaminya. “Aku tidak akan melakukan apa pun, tenanglah. Sudah kubilang tak akan memaksamu, aku mengerti situasi dan perasaanmu. Jadi, tidurlah dengan nyaman.” Senyum hangat Elena terukir seketika. Ia merelakskan tubuhnya, selagi Drake memeluknya. “Aku ingin bicara sebentar tentang permohonanku.” “Tentang?” “Memintamu ber
“Kate, aku pulang dulu, ya.” “Ya, hati-hati.” “Kau jangan pulang malam-malam, ya.” “Siap.” Diantar Carl pulang ke mansion, Elena berencana memasak mi seafood untuk Drake sepulang kerja. Pria itu akan pulang agak larut hari ini. “Carl, kau pulang saja. Drake sudah dalam perjalanan pulang.” “Saya akan menunggu sampai Tuan Drake tiba.” “Baiklah. Makanannya baru siap. Kau mau ikut makan malam?” “Tidak, Nona. Saya ada janji makan malam setelah ini.” “Baiklah.” Tak sampai lima belas menit kemudian, Drake sampai. Carl segera pamit undur diri. Ia berjalan ke area parkir untuk mengambil mobilnya sendiri. Saat sudah di dalam mobil, Carl mengambil ponselnya. “Halo, Carl.” “Kau masih di kantor, Kate?” “Ya, sebentar lagi selesai. Ada apa?” “Aku ke sana sekarang.” Kate masih berkutat dengan laptopnya. Ia pikir semua akan selesai dengan cepat. Ternyata ada satu pekerjaan yang hampir terlupakan. Terdengar langkah kaki mendekat. Ia bisa melihat senyum Carl saat berjalan ke arahnya. “