Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
"... Pagi ini kita awali dengan berita seorang Leonatta sang aktor muda yang tengah digandrungi para gadis remaja, yang kembali menuai pujian karena aksinya yang memilih pindah sekolah demi menyusul calon kekasihnya. Mari kita lihat beberapa komentar..."Klik! Seketika layar kaca berukuran besar itu gelap.Bola mata dengan manik mata hitam legam itu memandang datar. Dia sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah. Hoddie putih terlihat melingkupi tubuhnya.Dia berjalan ke arah dapur yang hanya tersekat oleh lemari dengan celah-celah yang diisi berbagai miniatur juga beberapa buku koleksinya. Dia menarik gagang kulkas, kemudian tangannya bergerak mengambil satu buah apel hijau favoritnya.Lova terlihat duduk dikursi meja makan yang berbentuk bundar, memakannya setengah lalu setelahnya memilih bangkit. Tidak lupa tangannya terulur mengambil tas putih yang tergeletak disebuah sofa yang juga berwarna senada.Sesampainya di garasi—yang hanya muat dua buah motor saja, Lova bergegas mengikat r
BUBUR AYAM RASA CINTATANPA DUSTASelogan yang terdapat pada gerobak bubur ayam langganannya sudah tampak.Lova pun menepikan motornya. Dia beranjak ke arah gerobak bubur dengan tenda sederhana yang sudah menjadi langganannya sejak dua tahun yang lalu, tepatnya dari dirinya memasuki jenjang Sekolah Menengah Kejuruan. "Pagi Neng Lope," sapa Mang Ujang yang memang cukup akrab dengan Lova selaku pelanggan pertama yang berujung menjadi pelanggan setia."Pagi Mang," sapa Lova ramah. Jika ada seseorang yang diperlakukannya dengan layak maka dia adalah malaikat berwujud manusia. Contohnya Mang Ujang. Pak tua baik hati yang murah senyum."Nih bubur ayam tanpa kacang plus daun bawang kesukaannya Neng Lope." Mang Ujang menghidangkan bubur yang menurutnya memiliki cita rasa super nikmat."Makasih, Mang.""Iya sama-sama." Mang Ujang terlihat menyiapkan dagangannya kembali. Jam masih menunjukan pukul 05:45, wajar jika Mang Ujang masih belum sepenuhnya siap.Lova makan dengan hati-hati. Bibir mungi
Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
Warung Bude yang ternyata tutup membuat Lova dan Zara mau tidak mau melangkah ke arah kantin. Tempat yang tak kalah strategis dengan fasilitas sekolah lainnya. Sebenarnya, menu yang dihidangkan di kantin tak kalah nikmat dengan seporsi nasi uduk, tapi suasana yang sering kali bising membuat Lova tak nyaman. Lova terlalu fokus pada ponsel ditangannya, yang membuat dia tak sempat menyahuti ocehan Zara yang sudah ke mana-mana. Lova memilih membirakan, selama Zara tak mengganggu aktifitasnya Lova tak masalah. Namun, Zara yang ceroboh selalu saja memberikan masalah padanya, seperti sekarang. Akibat Zara yang menginjak ikat tali sepatunya membuat Lova harus limbung dan mengorbankan tubuh yang dijaganya mati-matian untuk menghantam lantai. "Ah sial! Tubuh berharga gue!" desis Lova sama sekali tidak peduli dengan ponsel mahalnya yang sudah terpental. Zara yang berniat menolong sahabatnya itu mendadak membeku kala sadar bahwa bukan hanya dia dan Lova yang berada di sana, sosok yang sempat ja
Punya banyak uang serta memiliki wajah yang menawan merupakan impian seluruh umat di muka bumi. Seakan jika kamu punya ke duanya maka dunia ada dalam genggaman. Dan ke duanya itu merupakan senjata yang saat ini dimiliki oleh seorang Leonatta Argantara. Leo, si tampan yang namanya tengah dielu-elukan dikhalayak. Aktor muda yang mampu memikat banyak perempuan karena pesonanya yang sulit terelakan. Tentu saja, wajah serta kemampuan aktingnya sangat berbanding lurus. Selain tampan, Leo juga punya karakter yang ceria, ramah dan menyenangkan. Bak laki-laki dalam dongeng. Sempurna....Leo menuruni undakan tangga, hidungnya bisa mencium bau masakan yang berhasil membuat bibirnya tersenyum kecil."Pagi wanita tercantik-nya Leo." Sapaan lembut itu keluar dari bibir yang bervolume sewarna buah tomat. Lengan jenjangnya merengkuh wanita itu penuh kasih sayang. Satu kecupan dia daratkan di pipi bersih wanita itu.Wanita dengan apron yang masih tersemat itu terlihat tersenyum tulus. Dia, Bunda Lia,
BUBUR AYAM RASA CINTATANPA DUSTASelogan yang terdapat pada gerobak bubur ayam langganannya sudah tampak.Lova pun menepikan motornya. Dia beranjak ke arah gerobak bubur dengan tenda sederhana yang sudah menjadi langganannya sejak dua tahun yang lalu, tepatnya dari dirinya memasuki jenjang Sekolah Menengah Kejuruan. "Pagi Neng Lope," sapa Mang Ujang yang memang cukup akrab dengan Lova selaku pelanggan pertama yang berujung menjadi pelanggan setia."Pagi Mang," sapa Lova ramah. Jika ada seseorang yang diperlakukannya dengan layak maka dia adalah malaikat berwujud manusia. Contohnya Mang Ujang. Pak tua baik hati yang murah senyum."Nih bubur ayam tanpa kacang plus daun bawang kesukaannya Neng Lope." Mang Ujang menghidangkan bubur yang menurutnya memiliki cita rasa super nikmat."Makasih, Mang.""Iya sama-sama." Mang Ujang terlihat menyiapkan dagangannya kembali. Jam masih menunjukan pukul 05:45, wajar jika Mang Ujang masih belum sepenuhnya siap.Lova makan dengan hati-hati. Bibir mungi
"... Pagi ini kita awali dengan berita seorang Leonatta sang aktor muda yang tengah digandrungi para gadis remaja, yang kembali menuai pujian karena aksinya yang memilih pindah sekolah demi menyusul calon kekasihnya. Mari kita lihat beberapa komentar..."Klik! Seketika layar kaca berukuran besar itu gelap.Bola mata dengan manik mata hitam legam itu memandang datar. Dia sudah terlihat rapi dengan seragam sekolah. Hoddie putih terlihat melingkupi tubuhnya.Dia berjalan ke arah dapur yang hanya tersekat oleh lemari dengan celah-celah yang diisi berbagai miniatur juga beberapa buku koleksinya. Dia menarik gagang kulkas, kemudian tangannya bergerak mengambil satu buah apel hijau favoritnya.Lova terlihat duduk dikursi meja makan yang berbentuk bundar, memakannya setengah lalu setelahnya memilih bangkit. Tidak lupa tangannya terulur mengambil tas putih yang tergeletak disebuah sofa yang juga berwarna senada.Sesampainya di garasi—yang hanya muat dua buah motor saja, Lova bergegas mengikat r