Share

bab 62. Miss Lyla

Penulis: Yanti Soeparmo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 16:17:26

Pemilik Pink Flower Bridal and Salon adalah seorang wanita muda, cantik, dan tinggi semampai. Bernama Lyla Lisnasari, usianya 25 tahun. Saat datang ke Mapolrestabes Bandung, dia tampak bingung, tertekan, dan sedih.

“Apakah bridal dan salon itu milik Anda, atau milik seseorang dan Anda cuma mengelolanya saja?” tanya penyidik utama untuk kasus pembunuhan di bridal, yaitu Iptu. Ekky Wahyudi.

“Tentu saja milik saya sepenuhnya!” jawab Lyla. “Saya dapat warisan dari kerabat saya. Ada seorang bibi saya yang wafat dalam kondisi tidak punya anak, dan suaminya juga sudah lama meninggal. Beliau meninggalkan wasiat supaya hartanya dibagi-bagikan kepada beberapa orang keponakannya. Warisan bagian saya, lalu saya jadikan modal usaha.”

Lyla lanjut bertutur, “Mula-mula saya buka salon kecil. Saya punya banyak pelanggan yang mempercayai saya. Mereka memberi banyak order sebagai MUA, dan memberi saran untuk pengembangan usaha perangkat pernikahan dan wedding organizer. Saya pinjam uang pada beberapa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mencintai Seorang Climber   bab 63.

    Kemungkinan seperti yang dipaparkan oleh Lyla memang ada, dan wajar, pikir Inspektur Ekky. Namun, sebagai reserse, dia tidak mau kalah bicara oleh orang yang sedang diinterogasinya.“Anda memperlihatkan sikap yang tidak suka kepada Pak Jacob, padahal beliau itu tetangga Anda yang tokonya paling dekat dengan lokasi usaha Anda.”“Justru Pak Jacob yang sepertinya tidak suka sama saya! Mungkin karena dia gagal dapat komisi, temannya kan, batal mengontrak lokasi itu, karena pemiliknya lebih memilih saya untuk menyewa tempatnya.”Ekky manggut-manggut, lalu melihat catatannya. “Kami sudah menanyai beberapa orang, tentang aktivitas Anda pada hari Rabu. Anda datang ke bridal itu pada pukul 10:00. Lalu pergi dari bridal, pada pukul 16:00, betul begitu?”“Ya.”“Setelah pukul 16:00 itu, Anda ada dimana?”“Saya pulang ke apartemen saya.”“Anak buah saya sudah mengecek ke apartemen tempat Anda tinggal. Sebetulnya Anda tinggal sendirian, kan? Ternyata sudah seminggu ini, orang tua Anda datang, dan m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Mencintai Seorang Climber   bab 64. Urusan Transkrip Nilai

    “Assalamualaikum, Ukhti Maryam, senang bertemu denganmu lagi.” Maryam menjawab salam dari Hanif yang berdiri di teras kantor Fakultas Kependidikan, tempat Maryam baru saja mengambil berkas transkrip nilainya. “Senang ya, begitu lulus, Ukhti bisa langsung mendapat pekerjaan, di tempat yang cocok buat Ukhti, sehingga bisa tetap berbusana muslimah dengan benar.” “Ya, alhamdulillah, ada teman yang memberi info soal lowongan kerja di butik itu.” jawab Maryam. Teman yang dia maksud tentu saja Marco. Namun, dalam pikiran Hanif, teman yang dimaksud oleh Maryam itu adalah seorang muslimah, rekan Maryam di kampus, atau mungkin di pengajian. Karena butik identik dengan wanita, yang ngasi info pasti seorang wanita. Maryam bicara lagi, “Saya mau ke tempat kerja. Tadi pagi minta izinnya cuma untuk beberapa jam saja. Permisi ya Akhi Hanif.” “Kantormu di butik Jalan Dago itu, kan? Saya juga mau ke Jalan Dago, ada klien yang harus saya temui di sana. Mau bareng, Ukhti? Saya naik mobil nggak send

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Mencintai Seorang Climber   bab 65. Lamaran Untuk Maryam

    “Maryam….”“Ya?” Maryam menoleh ke arah Marco, setelah beberapa langkah berjalan.“Sini, aku harus ngomong sesuatu….”Maryam kembali menghampiri Marco yang masih berdiri di teras homebase.“Ehm… gimana cara ngomongnya ya?” Marco berpikir sebentar. “Pokoknya begini Maryam, kalau besok lusa ada kejadian yang berkaitan denganku … yang mungkin bakal membuat kamu bingung, sedih, kecewa… aku mohon, kamu harus tetap percaya padaku, tidak meragukan aku sedikitpun, ya?”“Ada kejadian apa sih, Bang?” Tiba-tiba Maryam merasa ada firasat buruk.“Apapun itu, kuharap kamu tidak terpengaruh, dan tetap percaya padaku.”“Bagaimana aku bisa mengantisipasi apa yang bakal terjadi, kalau kamu nggak mau bilang, ada masalah apa sebenarnya?”“Saat ini aku belum bisa bilang apa-apa Maryam….”“Jadi gimana dong?” Maryam makin bingung.“Kamu harus tetap percaya padaku, dan tidak berubah pikiran dengan rencana kita, itu saja yang aku minta.”Maryam cuma bisa mengangguk-angguk, tapi tidak mengerti. Lalu dia pamit

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Mencintai Seorang Climber   bab 66. Ada Wanita Lain

    Maryam kaget saat membuka pintu kamar kosnya yang barusan diketuk. Hanif berdiri di teras kamarnya. “Akhi, saya sudah membaca suratmu. Saya betul-betul minta maaf….” “Saya sudah tahu, dari Latifa. Tidak perlu merasa bersalah, Ukhti. Saya datang ke sini cuma ingin membuktikan sebuah dugaan. Kamu akan menikah dengan Marco, kan?” “Kenapa Akhi menduga begitu?” “Kamu bilang sudah dilamar oleh seseorang, adikku pikir itu cuma dalihmu untuk menolak saya. Tapi saya percaya dengan ucapanmu, dan saya tidak bisa memperkirakan laki-laki lain, kecuali Marco, dia kan, yang selama ini selalu mendekati kamu?” Akhirnya Maryam mengangguk. “Kapan kalian akan menikah?” “Insya Allah bulan depan. Tapi berita ini jangan dulu disebarkan pada orang lain.” “Takut batal?” Hanif menatap Maryam. “Kamu merasa sudah mantap, Ukhti? Apapun yang terjadi, kamu akan tetap menikah dengan dia?” “Insya Allah.” Hanif mengambil beberapa lembar kertas dari dalam plastik yang sejak tadi dijinjingnya. “Saya berlangg

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Mencintai Seorang Climber   bab 67. Tidak Mau Bertemu

    Hanif secara sengaja memperlihatkan berita online yang sedang dibacanya, pada Marco. Berita tentang Lyla dan kasus pembunuhan di bridal, tidak akan membesar, andai status Marco bukan putra Ardianto Wiratama, seorang pengusaha dan politikus yang siap ikut Pilkada. Dalam berita itu bahkan ditampilkan bukan cuma foto, melainkan rekaman video saat Marco berjalan ke luar dari kantor polisi, dan Lyla mengekor di belakangnya. Lantas keduanya menaiki mobil milik Marco.Hanif bicara, “Aku sudah bolak-balik melihat video ini, tapi wajah ini memang mirip denganmu, Marco. Apakah pria di video ini memang kamu?” Marco belum menjawab.Hanif bicara lagi, “Menjelang menikah memang terkadang banyak godaan, aku juga mengalaminya.” Hanif tersenyum. “Tapi kalau sampai selingkuh dengan wanita lain, itu sih, bukan godaan lagi! Itu pengkhianatan, dan pelecehan terhadap komitmen untuk menikah!”“Masa bodoh kalau lo percaya sama berita sampah itu! Sekarang berikan copy transkrip nilai punya Maryam, kare

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Mencintai Seorang Climber   bab 68. Masih Mengejar Maryam

    Setelah Furqon mengeluarkan semua beban di perutnya, dia lantas menyeduh teh manis panas, lalu duduk di ruangan kerja Hanif sambil membawa cangkirnya.“Sudah ente berikan, copy transkrip nilai punya Maryam kepada Marco?” tanya Furqon.“Memangnya harus?” Hanif tersenyum. “Masih ada di mapku, nanti sore aku mau mengunjungi Maryam.”“Ente mau berta'aruf dengan Maryam? Nif, aku kasi saran, cari cewek lain saja, cari muslimah lain. Yang lebih cantik dari Maryam juga banyak!”“Yang lebih cantik dari Maryam banyak ya, di mana?”Furqon menyeringai. Di mata para ikhwan kampus, Maryam adalah akhwat yang nyaris sempurna. Maryam itu cantik, berkulit kuning langsat, tinggi semampai, cerdas, shalihah, pintar masak pula, benar-benar calon istri idaman dari banyak ikhwan. Sayangnya ada kendala berat yang membuat banyak ikhwan mundur. Kendala itu bernama Marco.“Kalau ada ikhwan yang mau berta’aruf dengan Maryam, langsung saja teman-teman Maryam bilang, mending cari akhwat yang lain aja deh, daripada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Mencintai Seorang Climber   bab 69. Menghindari Marco

    Polisi penyidik kasus pembunuhan, Inspektur Ekky Wahyudi masih berdiskusi dengan Kasat. Reskrim yang jadi atasannya di Satuan Reserse Kriminal. Kasat. Reskrim berujar, “Jadi kesimpulannya, Marco dan Lyla datang ke hotel itu dengan mengendarai mobil masing-masing, dan check in di kamar yang berbeda? Kencan macam apa itu?” Ekky menjawab, “Di hadapan polisi, Marco cuma mengatakan bahwa pada hari Rabu malam itu dia bersama Lyla di Hotel Paradise on The Hill. Berikut bukti-bukti tertulis atas keberadaan Lyla di hotel itu. Suite room itu sudah dipesan oleh Lyla sehari sebelum kedatangannya. Lyla juga melakukan reservasi untuk sarana spa. Ada catatan transaksi dengan kartu kredit atas nama Lyla, di kafe dan spa, yang lokasinya juga masih di hotel itu. Transaksinya berlangsung pada Rabu malam, antara pukul 21:35 – 23:05.” “Jadi Lyla pergi ke spa pada malam hari?” “Pada siang hari para eksekutif muda sibuk bekerja. Pada malam hari barulah mereka bisa melakukan perawatan tubuh, sambil sekal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Mencintai Seorang Climber   bab 70. Jangan Menghindar Terus

    Wati menjelaskan, “Dulu aku Store Manager di outlet kita yang di Jalan Riau. Nah, aku terkadang bertemu Lyla kalau ada rapat antar para pengelola tempat usaha di Jalan Riau. Yaaah, pokoknya aku memang mengenal semua pengelola tempat usaha di Jalan Riau, tapi nggak terlalu akrab.”“Kok, pagi-pagi dia datang ke rumah Mbak Wati?” Maryam penasaran.“Lyla cuma minta saran untuk mengatasi kenyinyiran Pak Jacob, yang punya kafe dan toko kue. Kita pernah makan lumpia dan minum cendol di kafe Pak Jacob.”“Oh… iya. Apakah Pak Jacob itu nyinyir?”“Memang nyinyir. Urusan parkir, sampah, suara musik yang terlalu keras… pokoknya segala macam dijadikan bahan perdebatan oleh Pak Jacob. Aku nggak pernah terlalu bermasalah dengan pria tua itu, butik kita letaknya agak jauh dari kafenya Pak Jacob. Tapi bridalnya Lyla tepat berada di sebelah kafe Pak Jacob, jadi … begitulah, selalu ada keributan kecil dengan tetangga dekat.”Maryam terdiam, merasa ingin terus bertanya tentang Lyla, namun lidahnya tak san

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Mencintai Seorang Climber   bab 117. Jangan Mimpi!

    Setelah terdiam sejenak untuk mengumpulkan keberanian, akhirnya Maryam berkata lirih sambil tertunduk. “Bang Marco, aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu.”“Apa? Aku nggak dengar?”“Bang, aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu.” ucap Maryam dengan suara lebih keras.Marco malah tertawa-tawa, lalu dia berdiri, dan berkata, “Tidak!” Lantas dia balik badan, dan berjalan menjauh.Maryam terhenyak, lalu tanpa sadar mengejar. “Bang, mau ke mana?”Marco berbalik, menatap Maryam dengan sorot matanya yang tajam. “Maryam, ngapain kamu mengejar-ngejar aku? Kamu sudah nggak punya harga diri ya?”“Apa maksudmu menyuruh aku bicara seperti barusan?”“Just kidding!” Marco tersenyum. “Kamu pikir aku masih mau menikah dengamu? Jangan mimpi! Ngaca dulu sana!”Maryam terpana, masih belum paham, dia berdiri sambil menatap punggung Marco yang semakin menjauh dan akhirnya hilang di tikungan gang. Maryam baru sadar, saat ada pedagang mi bakso yang memintanya supaya minggir. Setelah gerobak bakso i

  • Mencintai Seorang Climber   bab 116. Katakan Cinta Padaku

    Tiba di dekat lapangan Gasibu, Marco memarkir motornya dalam deretan panjang motor berbagai jenis yang diparkir di depan Gedung Sate itu. Lapangan Gasibu menjadi tempat bersantai dan berolah raga di saat weekend. Di seberang lapangan itu, ada lahan yang dipakai untuk para pedagang kecil menggelar jualannya saat akhir pekan. Kebanyakan orang datang ke Gasibu untuk berburu kuliner, yaitu beraneka ragam sarapan pagi dan jajanan. Namun, area non kuliner pun diserbu pengunjung yang mencari busana, jaket, sepatu, tas, dan mainan anak, dengan harga cukup murah.Marco mengajak Maryam masuk ke area pedagang makanan. Situasi sangat ramai, Marco mulai merasa capek bolak-balik harus menengok ke belakang untuk memastikan Maryam masih mengikutinya. Kadang-kadang Maryam hilang dari pandangannya, terhalang orang-orang. Akhirnya Marco meraih tangan Maryam dan menggandengnya dengan erat. Maryam rada kaget, tapi tidak berupaya untuk melepaskan pegangan tangan Marco.Para pedagang makanan umumnya berjua

  • Mencintai Seorang Climber   bab 115. Jenuh Hidup Sendiri

    Maryam baru saja keluar dari masjid kampus, usai pengajian di hari Minggu berikutnya, saat melihat Marco sudah berdiri di halaman masjid sambil menatapnya. Mereka memang janjian lagi bertemu di kampus.“Kenapa sih, barusan kamu nggak masuk masjid saja? Sekali-sekali dong, ikut pengajian.” ujar Maryam.“Aku baru datang, sudah telat kalau mau ikut pengajian.” jawab Marco.“Ah, alasan.” gerutu Maryam sambil membenahi isi tasnya. “Memangnya di homebase mau ada acara apa lagi?”“Nggak ada acara apa-apa. Mayoritas anggota lagi ke Gunung Gede, mau ikut acara bersih gunung, di sana sudah banyak sampah.”“Kok, kamu nggak ikut?”“Jenuh.”“Jenuh naik gunung?” Maryam tersenyum, “Pendaki gunung seperti kamu, bisa jenuh naik gunung?”“Aku jenuh segala macam. Terutama sekali… aku jenuh hidup sendirian.”Selama bertahun-tahun, Marco memang lebih sering ditinggal oleh kedua orang tuanya. Papanya adalah pengusaha dan politikus, sering bepergian ke banyak tempat. Mamanya tentu saja sering mendampingi su

  • Mencintai Seorang Climber   bab 114. CLBK?

    Sementara itu Maryam dan Marco berjalan bersama menuju homebase.“Marco, aku sebenarnya nggak terlalu doyan kambing guling.” ujar Maryam. “Dulu juga aku pernah makan kambing guling buatanmu, di homebase juga. Daging bagian luarnya gosong, sedangkan bagian dalamnya masih mentah, sisa-sisa darahnya masih mengucur lagi. Iiih, eneg banget. Aku nggak mau ah.”“Kalau nggak mau kambing guling, nanti aku bikinin sate.”Kambing itu dipanggang di halaman samping homebase. Di situ juga ada tungku, di atasnya ditaruh panci tempat merebus bahan-bahan untuk sambal. Setelah isi panci itu dianggap matang, lantas ditumbuk pakai ulekan, di dalam panci itu. Katanya bikin sambal seperti itu lebih praktis daripada pakai cobek. Sementara nasi dimasak pakai rice cooker. Nasi yang sudah matang dipindah ke baskom, karena rice cooker dipakai buat masak nasi lagi. "Sepertinya bakal banyak orang datang ke homebase, karena nasi yang dimasak cukup banyak." pikir Maryam.Para anggota pencinta alam menyapa Maryam.

  • Mencintai Seorang Climber   bab 113. Tempat Paling Aman

    Maryam tersenyum jahil saat menemukan wajah rekan yang pernah serumah dengannya. “Apa kabar Nuri? Kangen lho, sama pipi gembil kamu.” Maryam mencolek pipi Nuri, mantan rekan satu kos. Mereka bertemu di halaman masjid kampus hari Minggu pagi. Pengajian sudah usai, dan mereka ngobrol di teras masjid. “Kamu nggak pulang, Nur?”“Sudah Mbak, minggu kemarin. Kalau setiap weekend aku pulang ke rumah orang tua, anak-anak kos menyangka aku punya pacar yang bertetangga dengan orang tuaku.” Nuri nyengir.“Masih jadi wartawan kriminal, Nur?”“Masih. Sebentar lagi juga mau pergi cari berita.” Nuri adalah mahasiswi Fakultas Hukum yang lagi nyambi kerja jadi wartawan kriminal. Dia menulis berita kriminal di seputar Bandung untuk sebuah media online.“Ini hari Minggu, Nur. Masak kamu nggak libur? Wartawan ada liburnya juga, kan?”“Kejahatan itu tidak mengenal hari libur, Mbak. Di setiap saat, di setiap tempat, kejahatan mengintai. Bahkan di tempat yang menurut kita adalah paling aman di dunia, kada

  • Mencintai Seorang Climber   bab 112. Bestie Baru

    Marco sudah selesai makan. Setelah membayar di kasir, Marco bilang ingin tahu tempat kos Maryam yang sekarang. Mereka berjalan kaki ke luar dari kompleks perumahan itu, lantas menyeberang jalan, dan masuk ke sebuah gang sempit. Sebuah wilayah pemukiman padat, dengan rumah-rumah petak yang saling bertemu atap. Berjalan sekitar 100 meter, tibalah mereka di depan sebuah rumah kos, tempat tinggal Maryam saat ini. Marco tampak tertegun melihat rumah kos yang tampak pengap dan kumuh, masih lebih bagus tempat kos Maryam saat kuliah.“Marco, sebentar lagi aku mau ke tempat bimbel, aku mengajar di bimbel untuk anak SD.” ujar Maryam.“Oya? Jadi kamu mengajar pagi dan sore? Sibuk sekali ya?”“Jadwalku mengajar di bimbel hanya dua kali seminggu.”“Ya sudah, aku mau ambil mobil di bengkel, mungkin sudah kelar.”Marco pergi dengan berjalan kaki menyusuri gang sempit. Beberapa orang penghuni kos telah melihat kedatangan Marco.“Hey Kak, itu cowoknya ya? Kok, nggak diajak masuk dulu, malah langsung p

  • Mencintai Seorang Climber   bab 111. Marco Mendekati Lagi Maryam

    Beberapa hari kemudian, saat Maryam berjalan ke luar dari kantornya untuk pulang, dia kembali melihat Marco. Mantannya itu sedang berdiri di pos satpam TK.“Sudah dijemput, Bu.” ujar Roni sambil senyum-senyum usil.“Lesu banget sih? Puasa ya?” tanya Marco.“Nggak, cuma hari ini panas sekali.”“Kalau begitu, kita minum es dulu di situ.” Marco menuding Rumah Makan Sari Rasa di seberang TK itu. “Makanan di situ enak nggak?”“Nggak tahu, aku nggak pernah makan di situ.” Maryam tidak melihat ada motor atau mobil yang diparkir dekat situ. “Kamu jalan kaki?”“Barusan aku mau ke rumahnya Valentina. Belum juga sampai, mobilku bermasalah, gembos ban. Kebetulan ada bengkel di pinggir jalan, sudah dekat ke kompleks perumahan ini. Kubawa saja mobil ke bengkel itu. Tapi antri. Aku lapar belum makan siang. Orang-orang bengkel bilang ada rumah makan di dekat TK. Aku pikir, siapa tahu kamu belum makan siang juga, jadi aku mampir ke sini.”“Aku sudah makan siang, waktu jam istirahat tadi.” jawab Maryam

  • Mencintai Seorang Climber   bab 110. Rencana Gathering

    “Untuk memperingati milad ke 10 TKIT Bunga Bangsa, kita akan mengadakan gathering, yaitu acara kumpul-kumpul antara para pengelola TKIT Bunga Bangsa, dengan murid dan orang tua.” ujar Fatimah, kepala sekolah TK, dalam rapat bersama guru dan pegawai lain.“Dalam acara gathering nanti, para orang tua dan guru bisa saling bertukar pikiran untuk kemajuan pendidikan di TKIT ini. Acaranya kita jadwalkan pada hari Sabtu pagi, supaya lebih banyak orang tua yang bisa hadir. Tapi saya ingin gathering ini tidak seperti rapat atau seminar. Saya ingin acaranya seperti pesta kebun, tapi ada diskusi.”“Berarti acaranya bukan di dalam kelas?”“Jadi gathering ini bukan di dalam ruangan, melainkan outdoor, mungkin di halaman depan dan samping sekolah ini. Pasti meriah. Kita juga bisa menjadwalkan agar anak-anak menari dan menyanyi di hadapan orang tua mereka. Di dinding-dinding luar kelas, kita pajang karya anak-anak, apakah itu gambar, origami, kerajinan dari tanah liat, atau apapun itu hasil karya mu

  • Mencintai Seorang Climber   bab 109. Bertemu mantan Kekasih

    Marco hanya tersenyum simpul saat Maryam melirik sesaat ke arahnya.“Kami pulang dulu.” ucap Maryam pada Marco, daripada tidak pamitan sama sekali.Sementara itu, di dalam bus, tiga orang siswa bertengkar rebutan duduk di belakang sopir. Dua orang sudah berhasil duduk, dan tidak mau bergeser memberi tempat pada temannya, padahal jok itu cukup untuk duduk tiga orang anak kecil. Anak yang kalah rebutan bangku itu lantas tantrum, dia malah turun dari bus dengan cara mendorong orang-orang yang sedang naik. Maryam baru memijak tangga bus dengan satu kaki, tubuhnya tersenggol hingga hilang keseimbangan. Maryam terdorong ke luar bus, nyaris terjatuh, kalau tidak sigap ditangkap oleh sepasang lengan kekar.Setelah berhasil menyeimbangkan lagi posisi berdirinya, Maryam menoleh ke arah pria yang memeluk bahunya agar tidak terjatuh. Marco melepas pegangannya pada tubuh Maryam.“Maaf, tapi kamu hampir jatuh tadi ….”“Iya ….” Maryam tidak tahu harus menjawab apa, dia merasa malu, lantas dia seger

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status