Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 117. Jangan Mimpi!

Share

bab 117. Jangan Mimpi!

last update Huling Na-update: 2025-03-05 07:46:19

Setelah terdiam sejenak untuk mengumpulkan keberanian, akhirnya Maryam berkata lirih sambil tertunduk. “Bang Marco, aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu.”

“Apa? Aku nggak dengar?”

“Bang, aku mencintaimu, aku ingin menikah denganmu.” ucap Maryam dengan suara lebih keras.

Marco malah tertawa-tawa, lalu dia berdiri, dan berkata, “Tidak!” Lantas dia balik badan, dan berjalan menjauh.

Maryam terhenyak, lalu tanpa sadar mengejar. “Bang, mau ke mana?”

Marco berbalik, menatap Maryam dengan sorot matanya yang tajam. “Maryam, ngapain kamu mengejar-ngejar aku? Kamu sudah nggak punya harga diri ya?”

“Apa maksudmu menyuruh aku bicara seperti barusan?”

“Just kidding!” Marco tersenyum. “Kamu pikir aku masih mau menikah dengamu? Jangan mimpi! Ngaca dulu sana!”

Maryam terpana, masih belum paham, dia berdiri sambil menatap punggung Marco yang semakin menjauh dan akhirnya hilang di tikungan gang. Maryam baru sadar, saat ada pedagang mi bakso yang memintanya supaya minggir. Setelah gerobak bakso i
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Mencintai Seorang Climber   bab 118. Emosi Maryam

    Bu Fatimah menatap Maryam dengan sorot mata tidak percaya. Maryam adalah wanita muda yang kesehariannya terlihat begitu lembut, ternyata bisa meledakkan amarah dan mengeluarkan kata-kata kasar. Maryam berusaha membela diri. “Dia sudah menginjak harga diri saya, makanya saya marah sekali.” “Tapi mestinya tidak bertengkar dihadapan banyak orang, dihadapan anak-anak juga, seperti barusan! Kalau kamu punya urusan pribadi dengan seseorang, jangan bertengkar di depan umum!” Fatimah masih bicara beberapa saat, memarahi Maryam, bahkan secara tidak langsung mengeluarkan ancaman akan memecat Maryam jika bertengkar lagi di sekolah, dengan siapapun. Karena status kepegawaian Maryam di TK itu masih dalam masa percobaan. Maryam cuma menunduk, sekali-sekali menjawab “Iya Bu, maafkan saya.” Tapi sesungguhnya dia tidak terlalu menggubris ucapan Bu Fatimah. “Baiklah. Acara gathering beberapa hari lagi. Kita akan menjelaskan masalah pertengkaran ini dalam acara itu, kita akan minta maaf kepada orang

    Huling Na-update : 2025-03-05
  • Mencintai Seorang Climber   bab 119. Black Forest

    Vera dan Maryam masih bercakap-cakap, di kamar tidur Vera.“Maryam, jangan dulu menyalahkan orang lain, karena siapa tahu … semua kekonyolan itu berasal dari sikap kamu juga… yang mungkin terlalu gampangan diajak jalan oleh laki-laki yang bukan muhrim, padahal kamu wanita berjilbab, seorang akhwat. Maaf kalau aku bicara terlalu pedas, ya?”“Tidak apa-apa. Omongan Mbak Vera ada benarnya juga. Memang aku yang … terlalu gampang diajak pergi sama dia, cuma sekadar jalan-jalan kok. Tapi… niatku nggak tulus. Aku datang ke masjid kampus, seolah-olah mau ikut pengajian hari Minggu pagi, padahal … pengin ketemu dia.”“Ya ampun! Itu sih, datang ke masjid bukan karena Allah, tapi karena…. boleh aku sebut namanya?”“Jangan sebut lagi nama itu di hadapanku! Aku sudah muak!”Vera menahan ketawa. “Ya sudahlah, tenangkan dirimu.”Malam itu Maryam tidur cukup pulas. Bangun subuh, tubuhnya terasa lebih segar dan ringan. Bersama keluarga Vera, Maryam sarapan dengan nikmat.“Kemarin sore kita bikin dua b

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Mencintai Seorang Climber   bab 120. Aku Akan Pergi

    Cepi mengerutkan alis. “Kalau Maryam tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh orang tuamu, bagaimana bisa keluargamu melamar dia?“Marco menjawab, “Gue punya prinsip kalau yang bakalan menikah itu adalah gue, yang menjalani rumah tangga tentunya gue, jadi calon istri itu harus memenuhi kriteria gue. Bukan kriteria orang tua ataupun pihak lain. So, menurut gue pada saat itu, si Maryam sudah memenuhi hampir semua kriteria gue untuk calon istri. Jadi ceritanya waktu itu gue memaksakan kehendak sama orang tua. Kalau gue nggak boleh menikah dengan Maryam, gue bakal ikut Seven Summits[1].”Cepi tercengang. “Gimana kalau orang tua lo tetap menolak Maryam? Lo bakal beneran ikut Seven Summits? Cuma gertak sambal kan?”“Waktu itu memang beneran gue mau ikut Seven Summits bareng Wanadri. Gue sudah mulai latihan bareng mereka. Rencananya ke Everest.”“Gue juga pendaki, tapi gue mah sudah cukup puas dengan menjelajahi gunung-gunung di dalam negeri. Kalau mendaki Seven Summits mah … nggak ada d

    Huling Na-update : 2025-03-06
  • Mencintai Seorang Climber   bab 121. Gathering Day

    Akhirnya tiba juga hari berkumpul itu. Sejak pukul delapan pagi, para orang tua murid yang menjadi tamu undangan sudah mulai berdatangan, membawa anaknya masing-masing. Ada murid yang datang bersama ibunya, ada yang bersama ayahnya, ada juga murid yang datang bersama kedua orang tuanya, karena pihak sekolah memang menganjurkan demikian. Namun, ada juga murid yang ayah dan ibunya tak bisa hadir karena kesibukan kerja, dan yang hadir adalah neneknya. Pihak sekolah tidak bisa memaksa jika kondisinya seperti itu. Yang penting pihak sekolah selalu menginformasikan perkembangan anak didik kepada orang tuanya, melalui ponsel.Teras dan halaman depan sekolah disulap menjadi arena pertemuan. Di bawah tenda yang cukup besar, ada seratus kursi yang ditaruh di luar ruangan, ditambah kursi-kursi kecil yang biasa dipakai di ruang kelas TK. Sedangkan halaman samping digunakan untuk menyimpan meja hidangan. Sementara itu hidangan masih tersimpan di salah satu ruang kelas yang diubah jadi dapur, bukan

    Huling Na-update : 2025-03-08
  • Mencintai Seorang Climber   bab 122. Namanya Juga Anak-Anak

    Zakki masih berbincang-bincang dengan teman lamanya yang bernama Rio. Mereka bertemu di acara gathering TKIT Bunga Bangsa, tempat anak-anak mereka bersekolah.“Zakki, anakmu cantik, berwajah indo lagi, nggak mirip dengan bapaknya. Apakah istrimu orang bule dari Australia, yang ketemu waktu lo kuliah di sana?”“Istriku orang Bandung. Anak itu berwajah indo karena ada turunan dari mamaku.”“Iya, gue masih ingat waktu masih sekolah dulu gue pernah nginap di rumah lo. Memang nyokap lo Indo Belanda.”Percakapan mereka terhenti saat mendengar jeritan dan raungan anak-anak."Itu suara anak gue!"Beberapa anak rupanya main perosotan. Saat seorang anak baru saja meluncur turun, ada anak lain yang juga meluncur. Tentu saja kemudian kedua anak itu saling timpa, dan saling tindih di ujung perosotan. Ketika akan berdiri, salah satu anak menyepak temannya. Anak yang disepak balas menendang, lalu memukul dan mendorong hingga temannya terjatuh. Anak yang dipukul dan didorong itu lalu menangis dan men

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Mencintai Seorang Climber   bab 123. Keracunan Massal

    “Mang Ucup ya?” Seorang tamu menyapa Ucup. Ucup tersenyum dengan agak malu, dan segan, lalu berjongkok sambil menggumamkan kata permisi untuk mengambil piring dan gelas plastik yang terserak di bawah sebuah kursi. “Mang Ucup kerja di sini?” “Iya Den.” “Sekarang Mang Ucup tinggal di mana?” “Di Ujungberung. Ehmmm, putranya sekolah di sini, Den?" “Ya, anak perempuan saya, itu dia!" “Oh… iya…putih dan cantik ya Den, mirip … Ibu Marian.” Ucup lantas beranjak ke tempat lain untuk memunguti piring dan sampah. Sekitar pukul 11:30 acara berakhir. Para tamu pamitan kepada Fatimah dan guru-guru. Kendaraan mereka yang diparkir di tepi jalan dekat TK, satu persatu meninggalkan jalan itu dengan dibantu oleh beberapa orang petugas Hansip dari RT dan RW. Zakki berjalan menggandeng putrinya. Karena tadi pagi dia datang sudah agak kesiangan, maka dia tidak kebagian tempat parkir di dekat TK. Kendaraannya diparkir agak jauh dari TK. Zakki berjalan melewati wanita dan anak lelakinya yang tadi b

    Huling Na-update : 2025-03-09
  • Mencintai Seorang Climber   bab 124. Hidangan Beracun

    Ekky memaparkan lagi hasil investigasinya. “Saya dan Binsar sudah mendatangi lokasi TKIT Bunga Bangsa, ternyata sudah sepi. Cuma ketemu satpam dan OB. Sisa-sisa hidangan pesta sudah tidak ada lagi. Bahkan di tempat sampahnya pun sudah kosong. Jadi tidak ada sisa makanan yang bisa diperiksa. Yang bisa diperiksa di laboratorium forensik cuma sample muntahan dan sample darah pasien. Kita sedang menantikan hasil lab. untuk mengetahui apakah memang pasien-pasien itu keracunan makanan? Atau makanan yang mereka santap sudah basi? Atau terkontaminasi bahan lain.”Kasat Reskrim sudah akan mengakhiri briefing, tatkala ponselnya berbunyi, ada chat masuk. Wajahnya tampak tegang saat membaca chat.Kasat Reskrim bicara, “Barusan chat dari dokter kenalan saya, yang sedang jaga di salah satu rumah sakit tempat perawatan beberapa pasien diduga keracunan massal. Seorang pasien anak meninggal.”“Innalillahi…. “Kasat Reskrim lanjut bertutur, “Padahal pasien yang lain kondisinya mulai berangsur pulih, ta

    Huling Na-update : 2025-03-10
  • Mencintai Seorang Climber   bab 125. Duka

    Marco membuka kain yang menutupi wajah mungil itu. Wajah yang tampak damai dalam diam. Marco menahan air mata supaya tidak jatuh, saat dia membungkuk, memegang kepala Valentina dengan kedua tangannya, lalu mencium kening dan ubun-ubun Valentina untuk terakhir kalinya. Kemudian dia segera berbalik, mundur ke pojok ruang tengah rumahnya. Dia duduk di atas karpet, dekat mamanya, memeluk wanita itu, membiarkan sang mama terisak di dadanya.Marco teringat saat ikut menimang anak itu setelah dilahirkan. Marco ikut mengasuh saat Valentina masih bayi hingga berusia 2 tahun, karena saat itu Zakki masih tinggal di rumah keluarga besarnya. Marco masih ingat, bagaimana dia melihat Valentina belajar duduk, merangkak, berdiri, berjalan, tumbuh gigi, mulai bicara, hingga bisa memanggilnya Om. Kini semua itu sudah hilang.Jenazah mungil itu dibawa ke tempat pemakaman keluarga besar Wiratama, sang kakek Ardian Wiratama yang membopongnya. Karena Zakki masih di rumah sakit, menunggui istrinya yang haru

    Huling Na-update : 2025-03-11

Pinakabagong kabanata

  • Mencintai Seorang Climber   bab 180. Bisnis adalah Bisnis

    Wartini masih saja menampakkan rasa permusuhan kepada emaknya Maryam. Padahal Wartini sudah lama bercerai dari bapaknya Maryam, tapi lagaknya seperti istri tua yang tidak terima ketika melihat suaminya datang bersama istri muda.Wartini bicara pada anaknya, “Irma, kalau kamu mau bisnis, ya bisnis aja sendiri! Ngapain ngajak Maryam?”Irma menjawab, “Maryam lebih ngerti urusan jualan online, dan promosinya. Maryam juga jualan online waktu kuliah di Bandung, dan laris.”“Halah! Jualan peyek aja sok bangga!” Wartini mencibir.“Apakah Emak bisa bikin konten untuk jualan? Kalau Emak bisa, sama Emak aja.” ucap Irma.“Enak aja kamu malah nyuruh orang tua!” Wartini lantas menuding Shella, menantunya yang datang ke acara nikah itu bareng Seno, anak sulung Wartini. “Kakak iparmu pasti bisa bikin konten jualan. Shella pernah kerja di supermarket. Shella saja yang bantuin kamu, nggak usah ngajak orang lain!”Shella memandang Irma dengan penuh harap. “Aku mau kalau diajak bisnis bareng.”Irma menja

  • Mencintai Seorang Climber   bab 179. Jadi Istri Kedua

    Maryam menyaksikan acara akad nikah kakaknya dengan perasaan kurang nyaman. Firasatnya benar, ternyata pria yang menikahi kakaknya secara siri itu, sudah punya istri dan anak. Pria itu sendiri yang bicara pada bapaknya Maryam, bahwa dia sudah punya seorang istri dan dua anak, istrinya belum tahu jika dirinya akan menikah lagi. Pria itu bertanya, "Apakah Bapak tidak keberatan menikahkan saya dengan putri Bapak, sedangkan saya sudah punya istri?" Bapaknya Maryam tampak terdiam, menatap pada putrinya yang hendak menikah. Putrinya itu mengangguk, dan menggenggam jemari bapaknya, tanda memohon restu. Bapaknya mengelus kepala putrinya, berharap pernikahan putrinya tidak bermasalah di belakang hari. Mempelai wanita bernama Irma, 25 tahun. Irma adalah anak kedua dari Wartini. Usia Wartini 45 tahun, wanita itu adalah istri pertama bapaknya Maryam, tapi sudah resmi berpisah 15 tahun lalu. Wartini sudah pernah menikah lagi dengan pria lain, tapi suami keduanya meninggal 10 tahun lalu, dengan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 178. Menumpas Pelakor

    Marco memandang berkeliling area halaman belakang dari penginapan itu. Dia melihat ada pintu di tembok belakang.“Di belakang situ, ada apa, Mang?”“Brandgang, tembusnya ke jalan kecil di sebelah sana.”“Begini Mang … kalau aku pakai mobil itu, mungkin aku bakal dibuntuti terus, kayaknya di mobilku ada alat pelacak. Jadi aku mau bepergian naik ojek online. Minta tolong bawa mobilku ke showroom punya Mang Endi. Soalnya kalau mobilku ada di sini, orang-orang suruhan mama bisa mengira aku ada di sini. Aku khawatir mereka bikin gaduh dan nanti merugikan tamu di penginapan ini.” “Kenapa mama kamu sampai memasang alat pelacak di mobilmu?”“Mulanya karena mama nggak mau aku pergi naik gunung. Akhirnya mobil itu jarang aku pakai.”Sunedi memberi petunjuk ke mana Marco harus berjalan dan berbelok arah, hingga nanti akan menemukan jalan besar. Marco bisa menunggu ojek di depan sebuah bangunan publik yang mudah dicari oleh driver ojek.Akhirnya Marco sudah duduk di belakang driver ojek o

  • Mencintai Seorang Climber   bab 177. Ada yang Menguntit

    Marco tiba di Kota Cirebon saat tengah malam. Dia menuju sebuah penginapan kecil milik kerabatnya, bernama Sunedi. Sebenarnya Sunedi bukan kerabat berdasarkan hubungan darah. Dulunya Sunedi adalah sopir di rumah Pak Waluya, kakeknya Marco. Sudah sejak remaja Sunedi bekerja di rumah Pak Waluya.Pak Waluya selagi muda adalah PNS Dinas Pertanian Jawa Barat. Pak Waluya pernah bertugas di wilayah Pantura. Di pantura itulah dia bertemu Sunedi, anak yatim tamat SD yang sering datang ke dekat kantor Dinas Pertanian untuk ngarit, menyabit rumput. Sunedi bekerja sebagai pemelihara kambing milik tetangganya. Kerap kali anak itu ngarit di dekat kantor Pak Waluya pada sore hari, dan tampak lapar, karena belum makan sejak pagi. Sunedi sering diajak makan di kantor itu. Pak Waluya kemudian pindah tugas ke Bandung, Sunedi dibawanya dengan persetujuan keluarga anak itu. Sunedi disekolahkan di Bandung hingga tamat STM bidang otomotif.Pak Waluya memilh pensiun di usia 52 tahun. Beliau pensiun bukan kar

  • Mencintai Seorang Climber   bab 176. Jadi Tersangka

    Niar bergegas ke luar dari kamar kos, berjalan menyusuri gang sempit menuju halaman minimarket di tepi jalan. Itulah lokasi yang paling sering menjadi titik penjemputan anak-anak kos sekitar situ, yang mau naik kendaraan online. Niar juga naik ojek online, sembari menggendong bungkusan boneka. Dia akan mengembalikan boneka itu pada Cynthia. Niar tidak tahu di mana rumah Cynthia, tapi tempo hari Cynthia memboncengnya menuju sebuah kompkeks perumahan kelas menengah. Niar meminta driver ojek ke kompleks itu, dan mencari sebuah blok yang diingat NIar. Untungnya setiap satu blok hanya untuk 30 – 40 rumah, jadi tidak terlalu banyak rumah yang mesti diamati.Akhirnya Niar tiba di rumah dua lantai yang di bagian bawahnya jadi toko sembako. Rumah tempat Cynthia pernah menyerahkan boneka Labubu padanya. Dan pada sore itu, Niar mengembalikan bungkusan yang berisi boneka Labubu.“Ini bukan rumah Cynthia. Ini rumah kerabatnya. Saya mah, hanya pekerja di toko ini.” ucap wanita yang menjaga toko.“

  • Mencintai Seorang Climber   bab 175. Retur

    Maryam mengira begitu dia tiba di Cirebon, besoknya atau lusa pernikahan sang kakak akan dilangsungkan, sehingga dia bakal disuruh ikut bantu memasak hidangan. Ternyata belum ada waktu yang pasti, belum ada kesibukan memasak dalam jumlah besar untuk tamu pernikahan. Tentu saja Maryam merasa heran. “Kalau orang mau nikah, bukankah harus menetapkan tanggalnya yang pasti, untuk kedatangan penghulu dari KUA?”“Kabarnya Irma akan nikah siri, nggak daftar ke KUA.” jawab emaknya.“Nikah siri? Kenapa?”“Emak nggak tahu. Mungkin calon suaminya masih sibuk, belum bisa ngasi tanggal yang pasti. Tapi katanya bulan ini mereka akan menikah.”Maryam ingin bertanya, apakah Irma mau menikah siri karena calon suaminya masih berstatus suami orang? Namun pertanyaan itu urung disuarakan oleh Maryam, khawatir menyinggung perasaan emaknya. Bukankah emaknya juga menikah dengan suami orang?Duapuluhlima tahun lalu ketika emaknya menikah dengan bapaknya, sudah ada dua istri yang dimiliki oleh bapaknya, beriku

  • Mencintai Seorang Climber   bab 174. Marco Pergi

    Marianne Wiratama bertemu dengan Rustini, ibunya Sabrina, di acara gathering para pengusaha fashion Bandung. Marianne baru tahu kalau Marco memutus hubungan dengan Sabrina.“Itu lho Sis, Marco berencana kerja di luar Jawa. Sabrina nggak setuju, karena aneh aja, sudah ada perusahaan milik keluarga, kenapa Marco malah pengin kerja di perusahaan punya orang lain di luar Jawa pula. Nah, karena Sabrina nggak setuju, lantas Marco bilang kalau Sabrina sudah beda prinsip dengan dirinya, jadi mending putus aja. Begitu ceritanya Sis.”Marianne semakin jengkel mendengar aduan Rustini. Kalau benar Marco berencana kerja di luar Jawa, itu berarti Marco mengambil langkah sendiri tanpa pernah bicara dengan orang tua. Marianne merasa sudah diremehkan oleh anaknya.“Aku harus mulai bersikap keras pada Marco.” pikir Marianne. “Kalau dibiarkan seperti itu, Marco malah semakin semaunya sendiri, nggak mikirin perasaan orang tua.”***Sementara itu Marco masih berada di rumah Zakki.“Masalahnya sekarang ada

  • Mencintai Seorang Climber   bab 173. Postingan Pernikahan

    Marco masih menunggu panggilan kerja. Mamanya menyuruh dia menengok rumah milik Zakki, yang sudah dua minggu ditinggalkan. Zakki mengajak istrinya berlibur ke Korea, untuk healing setelah kesedihan karena kehilangan anak mereka. Dengan motor, Marco menuju rumah Zakki, untuk mengecek apakah rumah itu aman.Rumah Zakki berada satu kompleks dengan TKIT Bunga Bangsa. Marco kaget saat melewati TK itu, yang dilihat olehnya adalah bangunan kosong, pintu pagar digembok, dan halaman yang diseraki dedaunan kering serta rumput yang sudah tumbuh cukup tinggi. Tidak nampak penjaga atau satpam di depan bangunan TK itu. Marco mampir di rumah makan yang berada dekat TK.Marco membeli nasi, pepes ayam, botok teri, sambal plus lalap, bakwan jagung dan perkedel kentang, juga es campur, semua dibungkus. Saat membayar, Marco bertanya pada pegawai rumah makan itu.“Sekolah TK yang di depan itu, lagi libur ya?”“Oh, TK itu mah, sudah bubar, nggak ada lagi murid yang daftar ke situ.”“Bubar? Guru-gurunya ke

  • Mencintai Seorang Climber   bab 172. Boneka Titipan

    Cynthia memperkirakan, jika Maryam kena kasus hukum di Cirebon, maka Maryam tidak akan kembali ke Bandung dalam waktu dekat. Lantas siapa yang akan datang menolong Maryam? Cynthia yakin jika Hanif yang kelak akan datang untuk membantu advokasi bagi Maryam. Kebersamaan Maryam dan Hanif selama proses hukum, akan membuat mereka dekat. Kalaupun misalnya Maryam kena pidana, dan harus dihukum, Cynthia mengira Maryam hanya akan kena hukuman percobaan selama satu tahun, atau paling lama satu tahun enam bulan. Maryam tidak akan dipenjara, tapi akan masuk panti rehabilitasi korban narkoba. Selama menjalani rehabilitasi, Maryam akan semakin dekat dengan Hanif, dan akhirnya Marco akan terlupakan. Maryam akan memilih Hanif. Begitulah rencana Cynthia. “Maaf kalau nanti kamu bakal sedikit susah, Maryam. Aku bikin rekayasa kasus hukum buat kamu, supaya kamu bisa lebih dekat lagi dengan Hanif. Aku sudah dapat banyak info tentang dirimu, dari teman-teman dekatmu. Hanya Hanif yang bisa bikin Mar

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status