“Gimana pi? Lagi dimana Anggara?” Tanya Mega yang sangat penasaran dengan kabar dari pemuda itu.“Masih di luar mi, sebentar lagi dia akan balik.” Jawab Bima. “Kita makan duluan saja, Mi.” Lanjutnya sembari menyuruh Halimah untuk mengisi nasi beserta lauk di piringnya.“Huum, kira-kira apa ya pi, yang akan dibicarakan Anggara nanti?” Ucap Mega. Sedari masuk rumah tadi ia langsung menuju meja makan. Tanpa mencari keberadaan putranya. Dia lebih mementingkan perutnya daripada memberikan perhatian pada putranya. Atau mungkin Mega telah lupa jika ia masih menjadi seorang ibu dari seorang pemuda yang sudah beranjak dewasa?“Papi juga gak tahu mi, kita lihat saja nanti. Siapa tahu Anggara membawa kabar baik dari papanya. Ya, kan?” Balas Bima dengan senyum merekah di bibirnya. Harapan Bima adalah untuk mendapatkan sokongan dana, niatnya ingin menambah modal agar omset yang masuk ke penghasilan perusahaan akan lebih besar lagi. Tentunya akan menguntungkannya nanti.Dia telah menghubungi Basko
Bayu dan Dany masih berada di tempat yang sama, di ruang tengah. Mereka saling bicara dengan suara berbisik, seakan tidak ingin kedua orang tuanya mendengar pembicaraan mereka.Dany terus menerus menghubungi nomor Akira, namun sepertinya ponsel Akira mati.Mereka kini seperti terdakwa yang tengah menunggu vonis hukuman.Bayu mencoba menguatkan hati untuk menghibur kekasihnya agar tidak takut dan cemas, meskipun di dalam hatinya juga tersimpan perasaan yang sama.“Kita pasti bisa melaluinya, baby.” Ujar Bayu, nada suaranya sarat akan keraguan. Namun dia tetap berusaha meyakinkan gadis itu.“Gue ragu, Bay. Papi lu barusan gak ada niat buat sapa gue. Masak iya, beliau gak lihat keberadaan aku?” Ucap Dany lirih. Kesan pertama sangatlah tidak bagus. Namun untuk mundur pun tidak mungkin dilakukan, mengingat perjuangannya untuk sampai di tempat ini“Mungkin memang benar papi gak lihat, baby.” ucapannya seratus persen adalah kebohongan, namun Bayu ingin menenangkan hati Dany.Wajah Dany terli
Apa ada sesuatu masalah antara Bayu dan Anggara? Atau mungkin Bayu telah melakukan sesuatu hal yang membuat Anggara marah? Tentu itu hanya dugaan yang terlintas di benak Bima.“Nanti om akan tahu sendiri. Biar Bayu yang menjelaskan.” Jelas Anggara. Dan di saat bersamaan, Bayu dan Dany tiba di ruang tamu, berdiri berdampingan.Bima dan Mega sontak menoleh bersamaan. Bima tidak terlalu terkejut melihat gadis yang berada di sebelah putranya, namun Mega sangat terkejut melihat kehadiran gadis asing di rumahnya. Bima mengira bahwa gadis itu merupakan salah satu teman Bayu, sedangkan Mega menduga ada sesuatu hal yang telah terjadi antara putranya dan gadis asing tersebut.“Papi mami, Bayu mau kenalin. Ini Dany.” Ucap Bayu sembari menuntun Dany menuju kedua orang tuanya. Meskipun hatinya berdegup hebat, namun dia berusaha meredamnya.“Siapa Dany?” Tanya Mega. Ketika Dany hendak mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Bima dan Mega, tampaknya dia diabaikan oleh kedua orang itu. Membuat Dany
Bayu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Rasa perih akibat tamparan papi masih terasa dan membekas di pipinya. Bukan hanya sekali dia diperlakukan seperti ini, bahkan dari ia kecil sudah sering menerima perlakuan yang sama, jika papinya mendapati Bayu melakukan kesalahan.“Lu baik-baik saja, Bay?” Ujar Anggara sembari menepuk pelan bahu Bayu. Ada sedikit kekhawatiran dan rasa bangga pada sikap temannya yang menunjukkan perubahan.Wajah Bayu terlihat memerah, matanya pun ikut memerah menahan sesak di hati.“Menurut lu, gue harus gimana sekarang, Ang?” Ucap Bayu kalut.“Gue tahu perjalanan kalian tidak mudah, tapi lu harus lebih kuat. Gue jamin papa lu akan merestui hubungan kalian.” balas Anggara dengan penuh keyakinan. “Merestui? Yakin lu? Lu gak lihat tadi sikap papi seperti apa?” Kini Bayu menoleh ke samping, sekilas ia melihat wajah Dany yang sedang menangis di pelukan Akira. Bayu beralih menghampiri Dany, mendadak ia melupakan pertanyaannya. Melihat sikap orang tuanya, dia
“Hum, kayaknya kita memang perlu istirahat. Kita cari rest area dulu ya, sayang. Mungkin lagi beberapa kilometer ada rest area.” Ucap Anggara sembari terus memacu mobilnya.Tak terasa sudah satu jam lebih waktu berlalu, dan mereka sudah menempuh puluhan kilometer. Hingga akhirnya mereka menemukan rest area dan Anggara segera menepikan mobilnya.Rasa kantuk tak terbendung hingga ia mengajak Akira keluar langsung dari mobil. Tanpa membangunkan kedua temannya yang masih tertidur di belakang mobil.Akira mengikuti kemana langkah pemuda itu menuntunnya. Anggara membawanya ke pedagang minuman dan makanan yang masih berjualan di sana. Membeli secangkir kopi hitam dan susu hangat, lalu mencari tempat untuk istirahat. Dimana ada beberapa orang yang sudah mengisi tempat tersebut.Anggara menyandarkan punggungnya di tembok, sekedar untuk melepaskan penat dan lelah. Tangannya masih terus menggenggam tangan Akira.“Kamu mau makan?” tanya Anggara mengulas senyum, meskipun badannya terasa lelah.“Ak
Sudah dua hari berlalu semenjak perjalanan ke Surabaya. Selama itu pula orang tua Bayu tidak menghubunginya.Hari ini Bayu berniat akan ke rumah Dany untuk mengenal orang tuanya. Dia sudah melupakan urusan sekolahnya dan akan fokus untuk menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu.Dany pulang sekolah dan Bayu menjemputnya. Mereka sudah bersepakat akan mengatakan perihal hubungan mereka pada orang tua Dany.Sebelumnya Bayu sudah membeli buah tangan yang nantinya akan ia berikan pada keluarga Dany.Mobil merah melaju memasuki gang rumah Dany. Perasaan takut mulai menguasai hatinya. Meskipun Dany terus menyemangatinya dan mengatakan jika orang tuanya sangat baik. Namun tetap Bayu tidak mampu menepis rasa gugup itu.Bayu segera menepikan mobilnya di depan rumah yang sudah pernah ia kunjungi sebelumnya. Membuat Bu Yeni penasaran dengan bunyi suara mobil dari luar rumahnya. Suaminya masih bekerja, sore baru pulang. Tidak mungkin jika itu suaminya. Bahkan yang dia tahu suaminya tadi bekerja
Yeni dibuat sangat syok ketika mendengar penuturan putrinya. Matanya membelalak dengan kedua tangan yang menutup mulut.“Jangan bercanda, nak. Tidak mungkin kamu ha–mil, kamu masih terlalu muda.” Ucap Yeni terbata, aliran darah mendadak terkumpul di jantungnya membuatnya jantungnya berdegup lebih cepat.“Tapi memang itu yang terjadi, Bu. Dan Bayu mau bertanggung jawab untuk menikahi Dany. Maafkan Dany Bu, Dany tidak bisa menjaga diri.” Ucap Dany terisak. Rasa bersalah kepada wanita yang sudah melahirkannya. Tidak bisa menjaga amanat dari orang tuanya.“Astaga Dany, apa yang kamu lakukan, Nak? Apa kesalahan ibu yang membuat ini terjadi?” Air mata Yeni luruh, dia begitu kecewa mendengar berita itu. Tak menyangka hal memalukan itu terjadi dalam kehidupan anak gadisnya. “Ibu gak salah, justru Dany yang salah. Dany minta maaf buk. Tolong restui kami, Bu.” ucap Dany pilu.Bayu memandang interaksi antara kedua wanita itu dengan perasaan bersalah. Sungguh ini pun karena kesalahannya, tak seh
Setelah berbicara jujur pada Bu Yeni, kini mereka tengah menunggu ayah Dany. Dany telah mengganti seragamnya dengan baju rumahan.Sembari menunggu kepulangan ayah Dany, mereka melakukan makan siang bersama dengan Bayu. Di sela-sela kegiatan makan, Yeni bertanya tentang kehamilan putrinya.“Nak, sudah berapa bulan? Kamu sudah periksa ke dokter kandungan?”“Sudah Bu, sekali saja Dany periksa.” Jawab Dany dengan pandangan menunduk, dia hanya mengaduk-aduk nasi dan sayur di piringnya.Nafsu makannya kembali menurun, apalagi mendapati sayur kuah yang disajikan. Suapan pertama, sungguh membuat perutnya kembali bergejolak. Dengan langkah tergesa-gesa ia berjalan cepat menuju toilet sambil menutup mulutnya.Yeni yang melihat tingkah putrinya, segera mengikutinya.Dany memuntahkan isi perutnya. Sementara Yeni yang berada di belakang putrinya, melihatnya miris. Dia merasa iba, di usia Dany yang belum cukup dewasa namun harus merasakan penderitaan karena kehamilannya.Tak terasa air matanya kemb