“Ohayo gozaimasu Aiko sensei” sapa Aio tersenyum manis.
“Ohayo” jawab Seika datar. Rasa kesal belum menghilang dari hatinya.
“Kau kenapa Aiko sensei?” tanya Aoi penasaran.
Seika mengisyaratkan dengan wajahnya ke arah pintu luar. Penasaran Aoi berjalan ke pintu dan terkejut dengan keempat laki-laki bersetelan jas berdiri dengan tegak di depan pintu klinik.
“Mengapa mereka menjadi banyak?” tanya Aoi sedikit takut.
“Aku juga tidak tau” ujar Seika menghela napas kembali.
Aoi semakin bingung, sedangkan Seika menahan kesalnya dalam hati lalu berjalan ke ruang kerjanya. Aoi juga melakukan hal yang sama.
Beberapa jam berlalu, Seika dan Aoi masih menunggu pasien yang datang, namun tidak ada satupun yang masuk ke dalam klinik mereka.
Seika menggigit bibirnya, sekuat tenaga menjaga ketenangannya untuk tidak mengamuk kepada keempat anak buah K
Seika menatap dirinya di dalam cermin, ini kedua kalinya ia merasa takjub dengan perubahan dirinya yang dramatis. Saat ini Seika memakai kimono merah bermotif burung merak, rambutnya digulung dan disematkan tusuk konde bermotif sama, burung merak. Wajahnya diberi riasan yang sedikit tebal dan bibir merah yang menjadi pusat perhatian.Hari ini ia akan menghadiri acara perjamuan teh di ruangan besar washitsu, perjamuan teh ini diadakan setiap awal tahun.Kenichi mengatakan kepadanya kalau acara tersebut akan di hadiri oleh para pemimpin klan di bawah naungan Kenichi sehingga saat ini seluruh rumah penuh dengan orang-orang yang berlalu lalang menyiapkan acara tersebut. Baik dalam hal konsumsi, dekorasi atau hal yang lainnya.Dua orang perempuan yang menghias Seika tersenyum melihat betapa cantiknya gadis dihadapannya. Badan Seika yang ideal sangat pas dalam balutan kimono apalagi rambut hitamnya membuat pesona Seika semakin bertambah.“Anata wa kirei d
Seika keluar dari mobil Kenichi lalu tersenyum ke arah laki-laki itu. “Hati-hati di jalan” ujar Seika. Kenichi melambai tangannya, menyuruh Seika untuk mendekat ke jendela mobil. Seika menurut dan sedetik kemudian Kenichi mengecup lembut bibir Seika dan tersenyum. “Aku berangkat” ujar Kenichi. Mobil pun berangkat. Seika mematung di trotoar jalan sambil memegang bibir dengan wajah memanas, kemudian menggelengkan kepalanya mencoba untuk fokus kembali. Seika melangkah masuk ke dalam kliniknya namun di tengah jalan ia menutup mulut karena mendadak mual, lagi-lagi ia mual tanpa sebab. Akhir-akhir ini Seika merasa cepat lelah dan mual tanpa sebab berarti. Sebuah pemikiran membuat Seika membulatkan matanya, ia juga belum menstruasi bulan ini. Ia segera melangkah masuk ke klinik untuk mengetes sesuatu. “Shinnen omedetou gozaimasu Aiko sensei, Tolong jaga ak
Kenichi berjalan diringi oleh Michio, Akira, Arata, Daiki dan sepuluh orang anak buahnya yang memakai setelan jas warna hitam di kawasan Kabukicho. Mereka mengeluarkan pistol dan menggenggam erat sambil tetap berjalan.Kenichi berjalan memasuki sebuah daerah kecil yang berada di Kabukicho, daerah tersebut begitu sunyi jika siang hari karena tempat itu adalah tempat prostitusi dan hanya beraktivitas di malam hari.Door!!Door!!Door!!Tiga laki-laki yang berjaga di depan gedung terkejut merasakan dada mereka dimasuki timah panas tanpa bisa mereka balas, beberapa detik kemudian mereka berjatuhan di lantai.“Intrograsi semua anak buah Mark, jika tidak berguna. Bunuh mereka semua” perintah Kenichi dengan suara dingin.“Baik kumicho” ujar mereka serempak.Beberapa anak buah Kenichi mengikuti Daiki dan Arata dan beberapa lainn
“Kondisi nona Shinoda sangat memprihatinkan, jiwanya terguncang hebat. Saat ini nona Shinoda bahkan tidak akan mengenal orang di sekelilingnya” jelas Dokter.“Kami menemukan zat pripradol dari muntahan nona Shinoda” ujar Dokter laki-laki berkacamata tersebut.Kenichi diam mendengarkan. Giginya gemerutuk menahan emosi yang membara dalam dirinya.“Pripradol akan membuat penggunanya menjadi banyak berbicara karena korban mengalami dorongan untuk terus berbicara. Tapi efek sampingnya dapat merusak otak” jelas Dokter kembali.“Apa bisa disembuhkan sensei?” tanya Kenichi dengan tangan terkepal.“Tentu bisa walaupun membutuhkan waktu yang lama, nona Shinoda tidak terlalu lama mengkomsumsi obat tersebut bukan?” tanya dokter.Kenichi menganggukkan kepalanya.“Kita akan berusaha men
Seika menoleh ke arah Michio yang menatap ke depan dengan tatapan menerawang.“Michio?” panggil Seika.Michio tersadar dari lamunan dan menoleh ke arah Seika.“Mengapa kau menangis?” tanya Seika sambil memegang wajah Michio yang basah karena aliran airmata.Michio terkejut lalu memegang wajahnya dan melihat airmata yang ada di tangannya.“Mataku masuk debu anee-san” jelas Michio seraya menghapus airmata diwajahnya. ia tersenyum menyengir.“Anee-san?” tanya Seika bingung.“Mak.. Maksudku onee-san” jelas Michio gugup.Seika menganggukkan kepalanya walaupun masih penasaran dengan panggilan pemuda itu barusan.“Kalian sudah lama menungguku?” tanya Shigeo yang berjalan menghampiri Seika dan Michio.Seika tersenyum senang,
"KEN!!!" teriak Seika frustasi, airmatanya mengalir tanpa bisa cegah. Ia sangat bingung dengan suasana hatinya yang sangat berantakan yang ada di pikirannya sekarang ini adalah menangkap laki-laki yang tampak sangat familiar baginya. Seperti orang yang sangat penting dalam kehidupannya. Kenichi menghentikan larinya sejenak, terkejut dengan panggilan Seika. Apa Seika mulai mengingatnya? Tidak. Itu tidak akan terjadi. aku tidak ingin Seika kembali menderita karena mengingat penyiksaan yang Mark lakukan kepadanya, ucap Kenichi dalam hati. Ia kembali berlari kemudian menyeberang jalan setapak, beberapa detik setelah Kenichi menyeberang lampu lalu lintas khusus pejalan kaki berubah menjadi merah. Seika menghentikan langkahnya, ia terisak pelan. Ia tidak mendapati lagi bayangan Kenichi. Tanpa sadar Seika menangis, ia tidak memperdulikan tatapan bingung orang-orang
Seika tersenyum kepada seorang pria paruh baya yang masuk ke dalam ruangannya. “Ada yang bisa saya bantu ojii-san?”. “Sudah dua hari ini saya mengalami gangguan percernaan sensei” Jawab sang kakek. Seika masih mendengarkan penjelasan dari sang kakek. “Saya susah buang air besar dan kadang kadang susah bernapas, detakan jantung saya pun kadang berdetak kuat, tolong periksa kondisi saya sensei” Pinta sang kakek. Seika mengangguk mengerti lalu melepaskan sarung tangannya untuk memeriksa nadi sang kakek. Sebelum melakukannya ia menghela napas panjang seraya mempersiapkan mentalnya untuk kejadian yang akan masuk ke dalam kepalanya. Seika mulai menekan daerah yang berdekatan dengan ibu jari untuk merasakan denyut nadi sang kakeknya, beberapa detik kemudian ia mengerutkan keningnya lalu menatap sang kakek yang juga menatapnya. Tidak ada satu bayangan masa
Seika menatap ke sekeliling daerah Kabukicho yang tampak tidak terlalu ramai karena secara harfiah daerah Kabukicho hanya ramai pada malam hari. Kabukicho dikenal juga dengan istilah red light district karena menjadi salah satu tempat prostitusi terbesar yang terkenal di Jepang. Seika sengaja cuti kerja dan meminta dokter yang berada di klinik lain untuk menggantikannya, ia bahkan memohon untuk itu karena ada hal yang sangat mendesak yang ingin ia kerjakan. Wanita itu harus tau mengapa Michio memanggilnya anee-san dan siapa kumicho-san yang adiknya bicarakan di telepon. Seika mengepal tangan dengan semangat. Hari ini aku akan menemukan keganjilan itu. Maafkan aku Michio karena meragukanmu, Ucap Seika dalam hati. “Sial, aku tidak tahu dimana sebenarnya Michio akan bertemu dengan orang itu” gumam Seika kesal. Wanita itu berdiri di depan sebua
Shigeo yang berusia 17 tahun memakai jaket dan turun tangga, ia bersiul pelan. Hari ini ia akan kembali mengunjungi Kenichi karena libur musim panas."Waka" Sapa Takeshi membungkukkan badan."Bilang sama oyaji, aku akan ke Kobe hari ini" Shigeo melambaikan tangannya."Siapa yang memberimu izin?" tanya seorang pria paruh baya."Aku bosan tinggal disini, lagipula ini liburan musim panasku jadi terserah aku ingin kemana pun aku mau" Jawab Shigeo sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam kantong celana."Kalau kau bosan, kau bisa mulai menjalani tugas kelompok kita" Titah pria yang memakai yukata hitam itu."Aku tidak mau menjadi yakuza" Shigeo memutar bola matanya.Pria itu maju dan meninju perut Shigeo dengan kuat membuat anaknya berlutut sambil memegang perutnya yang sakit."Kousso oyaji (ayah sialan)" Gerutu Shigeo pelan."Bawa dia bersamamu Takeshi, kau harus mengajarkannya bagaimana menjadi pemimpin yang
Okaeri nasai Michio” ujar Seika yang duduk di ruangan wahistu.“Tadaima anee-san. Ini untukmu anee-san” Michio memberikan plastik yang di jinjingnya.“Kore wa nan desu ka (apa ini) ?” tanya Seika antusias.“Ramen yang aku di berikan oleh anak pemilik toko ramen kepadaku” jelas Michio.“Tidak apa-apa aku memakannya?” tanya Seika kembali walaupun ia sangat selera ketika mencium bau harum dari ramen tersebut.“Tidak apa-apa, aku sudah makan tadi” Michio mengangguk.“Wah, baunya enak” ujar Kenichi yang masuk ke dalam ruang washitsu.“Michio hanya memberikannya kepadaku” ujar Seika sembari menjauhkan mangkuk ramen dari Kenichi.“Hidoi, aku juga mau” ujar Kenichi merajuk.“Maaf kumicho-san, aku hanya membawa pulang satu mangkuk, kalau saja aku tahu kumicho-san juga mau…” ujar Michio merasa bersalah.&
Michio berjalan di lorong kecil di daerah Ikuta Road pada siang hari. Sebagian toko masih tutup karena daerah Ikuta Road hanya ramai saat malam hari, hari ini ia akan mengelilingi untuk mengawasi toko-toko yang telah membayar uang keamanan kepada Yamaguchi-gumi dari gangguan para yankee, menjaga dan melihat apakah akan kendala yang terjadi selama ia tidak bertugas. Karena masalah penculikan Seika yang dilakukan oleh anak buah di bawah naungan klan Yamagi-kai yang juga di bawah tanggung jawabnya membuatnya juga ikut merasa bersalah, ia sendiri yang membubarkan klan Yamagi-kai dan membereskan segala masalah yang datang karena pembubaran klan tersebut. Namun semua yang ia lakukan belum cukup membuatnya merasa bertanggung jawab. Akhirnya Michio mengambil tanggung jawab klan kecil yang memiliki kekuasaan di Ikuta Road. Dan disinilah ia, berjalan sendiri karena tidak ingin membuat masyarakat yang tinggal atau pun yang mencari nafkah di Ikuta Road takut akan sekumpulan laki
“Undangan kencan untukmu lagi, kau akan kembali menolaknya?” tanya Kenichi sambil membaca berkas.“Ya kumicho, Aku senang dengan keadaanku sekarang”.Kenichi meliriknya sejenak. “Apa yang membuatmu bahagia?”.“Aku senang bisa menjajakan hidupku dengan melayani mu dan kelompok ini” Jawab Akira sembari menundukkan kepalanya.“Ada kalanya kau juga harus memikirkan dirimu sendiri” nasehat Kenichi menghela napas panjang.Akira hanya diam membisu.&&&“Hei Akira, ini sudah undangan ke sepuluh kalinya yang aku dapatkan, kali ini kau harus bertemu gadis yang ada undangan itu” Perintah Kenichi kesal.Akira terdiam sejenak. “Baik kumicho, aku akan menemuinya dan menolak langsung ajakan kencan tersebut”.Kenichi mengangguk. “Datang dan temuilah Hanna Fujikawa dari Klan Hirasaki-kai”.Akira membungkukkan bad
27 tahun yang laluKobe, Jepang.Dari kecil Akira sudah hidup melarat bersama dengan ayahnya. Anak laki-laki itu mempunyai ayah seorang pemabuk dan suka memukulnya, ayahnya bahkan pernah menyuruh anaknya untuk melompat dari lantai dua rumah hanya untuk bersenang-senang melihat anaknya yang begitu ketakutan dengan ketinggian, setelah puas melihat tubuhnya bergetar. Ayahnya akan pergi ke klub malam dan menghabiskan waktunya disana.“Otou-san, aku lapar” Ucap Akira kepada ayahnya yang sedang menyantap makan malam.Ayah Akira yang bernama Kurosuke menatap tajam anaknya lalu mulai tersenyum miring, ia mengambil nasi sesendok penuh lalu menumpahkannya ke lantai. “Makanlah”.Akira terkejut dengan perlakuan ayahnya namun rasa lapar yang tak tertahankan membuatnya melangkah mendekati nasi tumpah tersebut dan memakannya dengan air mata yang berjatuhan.Kejadian tersebut terjadi berulang kali selama beberapa beberapa tahun.
Pukul menunjukkan jam enam pagi. Akira mengeratkan dasi, merapikan jas dan memakai kacamata frame persegi panjang. Sebelum keluar kamar ia melihat kembali jam tangannya dan melangkah menuju kamar Kenichi.“Selamat pagi kumicho, sebentar lagi waktunya sarapan pagi” Sapa Akira sambil mengetuk pintu fusuma dengan pelan.Beberapa saat tidak ada suara yang terdengar dari dalam kamar Kenichi. Akira tetap menunggu di depan pintu.“Baiklah, kau boleh pergi” jawab Kenichi dari balik kamar.“Ken, lepaskan aku. Ini sudah pagi baka Kenie” Ucapa Seika sambil memberontak dalam pelukan Kenichi.“Sebentar lagi Seika, biarkan aku memelukmu sebentar lagi” Balas Kenichi mengeratkan pelukannya.Akira mengulum senyumnya. Hari-hari bahagia sudah tercipta kembali, ia bahkan sempat takut penculikan terakhir bisa berakibat fatal untuk Kenichi namun semuanya berjalan dengan lancar.“Saya akan tunggu anda di
“OKAERI NASAI KUMICHO, WAKA” Ucap anak buah Kenichi serentak membungkukkan badan mereka, menyambut kepulangan Kenichi yang baru saja menjemput Kyou pulang sekolah.“Tadaima minna-san” Balas Kyou yang barusia sepuluh tahun.Kenichi melihat ke teras rumah dan tidak menemukan Seika yang biasanya selalu menunggunya pulang. “Seika dimana?”.“Anee-san sepertinya ada di kamar kumicho” Jawab salah seorang anak buah Kenichi.Kenichi mengangguk mengerti.“Otou-san (ayah)” panggil Kyou.“Ada apa Kyou?”.“Aku akan ke dojo untuk berlatih” Kyou melambaikan tangannya lalu melangkah menuju tempat berlatih beladiri.Kenichi mengacak rambut anaknya lalu mengangguk. Ia melangkah masuk ke dalam rumah menuju kamarnya namun Seika juga tidak ada di dalam ruangan tersebut. Ia melangkah keluar menuju ruang washitsu dan mendapat hal yang sama.“S
Seika menatap dirinya di cermin sambil tersenyum senang. Dua orang wanita yang bertugas mendandaninya juga ikut tersenyum. Hari ini Seika kembali terpesona akan kecantikannya yang berubah secara dramatis.Wanita itu memakai kimono uchikake berwarna putih – kimono formal yang dipakai saat hari pernikahan – dengan motif burung merak dan hiasan kepala wata boushi – penutup kepala yang akan menyembunyikan wajah sang wanita dari siapapun kecuali mempelai pria.Salah seorang wanita yang ikut mendadani Seika memoles lipstik merah di bibir Seika lalu tersenyum senang.“Wah, anata wa kirei nee (kamu cantik sekali) ” ujar wanita tersebut sambil menoleh kepada temannya.“Iya. Anda benar-benar cantik” jawab temannya membenarkan. Wanita yang memakai kimono juga ikut tersenyum.“Arigatou gozaimasu (terimakasih)” Ucap Seika tersenyum.“Semua sudah siapkan?” tanya wanita yang memakai baju f
“OKAERI NASAI KUMICHO, ANEE-SAN!!” Ucap serentak seluruh anak buah yang berjaga di depan rumah Kenichi.Seika tersenyum senang, sudah lama ia tidak merasakan penyambutqan seperti ini, ia menatap ke Kenichi yang tersenyum kepadanya lalu melangkah masuk.“Tadaima minna-san (aku pulang semuanya)” Balas Seika tersenyum.Kenichi menggenggam tangan Seika lalu melangkah masuk ke dalam rumah.“Okaerin nasai kumicho-san, anee-san” Michio sedang berjalan di koridor rumah.Mata Seika membulat ketika melihat Michio, sudah hampir sebulan ia tidak bertemu dengann adiknya karena masalah klan Yamagi yang Kenichi bubarkan.“Tadaima Michio” Balas Seika melepaskan tangan Kenichi lalu melangkah ingin memeluk Michio. Ia sangat merindukan adiknya yang selalu ada di saat ia membutuhkan seseorang.Namun langkahnya tertahan karena Kenichi menahan lengan Seika.“Sudah ku bilang tidak pakai pelukan” U