Hari ini Mela sudah dizinkan pulang dan untuk sementara waktu, untuk pemulihan Mela meminta untuk tinggal bersama Dirza. Karena tidak mungkin jika Mela pulang ke Bali dengan kondisi seperti itu. Begitu juga dengan Dirza, ia mengiyakan permintaan Mela tanpa penolakan. Baginya, Mela itu sahabat yang baik jadi dalam kondisi seperti ini Dirza harus membantu, apalagi kondisi Mela seperti ini karena dirinya. “Dirza, apa gak papa aku tinggal sama kalian?” tanya Mela Ragu. Pasalnya semua orang tahu bahwa dia adalah calon tunangan Dirza. Akan tetapi, kenyataannya Dirza adalah suami orang yang tidak di anggap oleh istrinya, yaitu Kayana. “Kenapa?” “Bagaimana dengan Kayana nanti,” “Tenanglah. Kau tidak usah berpikir banyak. Lebih baik pikirkan saja kesehatanmu untuk sekarang,” ucap Dirza mencoba menenangkan Mela yang terlihat ragu dimata Dirza. Tapi berbeda dengan perasaan Mela yang begitu senang karena bisa tinggal bersama dengan Dirza. “Terima kasih. Semoga Kayana bisa melihatmu suatu saat
“Ouh tentu saja tidak. Malah harusnya aku yang minta izin sama kamu. Karena sudah berani tinggal sama Dirza calon suami kamu. Jadi Mela kau tidak perlu merasa tidak enak atau keberatan untuk tinggal di sini, tinggallah selama yang kau mau, anggap saja ini adalah rumah kamu sendiri,” ucap Kayana. “Kayana itu bener. Kau tidak perlu meminta izin. Ini kan rumah kita,” ucap Dirza menimpali. Mela yang mendengar itu pun merasa senang. Kemudian Mela pun langsung saja meraih tangan Dirza dan di elusnya pelan Dirza membiarkan hal itu. Sementara hal itu tidak luput dari perhatian Kayana. “Ya ampun jika kalian ingin menunjukkan kepadaku bahwa kalian adalah pasangan yang serasi. Tentu aku akan mengatakan sangat serasi dan saking serasinya aku ingin meremas kalian jadi bulatkan kecil dan memasukkannya ke tempat sampah,” rutuk Kayana dalam hati akan sikap Dirza yang begitu lembut dan perhatian kepada Mela. Tidak seperti dirinya yang selalu saja di paksa dan dikekang akan pasal gila yang dibuatnya.
“Selamat pagi,” sapa Mela yang sudah rapih dengan baju barunya. Begitu juga dengan Kayana yang telah siap untuk sarapan bersama dengan Dirza yang kini sedang menyiapkan susu hamil untuknya. “Pagi juga. Bagaimana tidurmu?” tanya Dirza sambil menyerahkan susu ke arah mulut Kayana. “Aku bisa sendiri,” ujar Kayana sambil mencoba meraih gelas susu yang ada di tangan Dirza. “Tidak,” tolak Dirza sambil menjauhkan gelasnya. “Tapi Dirza aku bisa sendiri.” “Tidak tetep tidak. Kau itu tidak boleh melakukan hal yang berat-berat. Jadi sebaiknya sekarang buka mulutmu dan minim susunya.” Namun, Kayana tetap dengan pendiriannya, ia tidak ingin minum susu jika Dirza yang meminumkannya. “Aku gak mau,” tolak Kayana tegas. Sedangkan Mela yang merasa diabikan pun merasa tidak suka. Bagi Mela kelakuan Kayana itu sangat kekanak-kanakan ingin mencari perhatian Dirza. Hmm Mela pun bergumam untuk menghentikan aksi keduanya dan itu berhasil. “Ouh hai Mela maaf aku tidak membalas sapaanmu tadi. Selamat
“Jangan buat Dirza mencintaimu,” Deg Seketika jantung Kayana berdetak keras. Jangan membuat Dirza mencintainya apa itu mungkin. Kayana bisa saja mengiyakan permintaan Mela tapi kenapa, Kayana merasakan perasaan sesak dalam dadanya ketika Mela meminta hal itu. “It-u,” “Aku belum selesai Kayana,” “Ap-a lag-i?” tanya Kayana gagap karena begitu terasa sesak, bahkan nada suaranya seperti tersangkut di tenggorokan ia merasa takut jika permintaan Mela lebih dari itu. Rasanya akan seperti apa? Permintaan untuk jangan membuat Dirza mencintainya saja terasa sesak apalagi hal yang lain. Jantung Kayana terasa di tusuk oleh ribuan jarum, sesak itulah yang di rasakannya karena permintaan Mela terhadap dirinya. “Jangan pernah membalas cinta Dirza jika suatu saat nanti Dirza mencintaimu.” “Dan aku berharap, sebelum cinta itu hadir kau sudah pergi dari hidupnya bila perlu kenangan apapun itu yang bisa membuat Dirza ingat pada dirimu kau bisa membawanya pergi termasuk bayimu itu,” tunjuk Mela ke
Saat ini Kayana berada di kamarnya. Pintunya pun saat ini Kayana kunci takut-takut jika nanti Dirza masuk ke dalam kamarnya. Sebelum rasa panas dalam hati Kayana hilang, Kayana tidak akan keluar kamar. Namun, semakin Kayana mencoba menghilangkan rasa itu. Semakin panas bahkan sakit setiap Kayana memejamkan matanya. Ingin Kayana menghilangkan ingatkan Kayana yang melihat kejadian tadi. Dimana dengan mesranya Dirza menangkap tubuh Mela yang akan jatuh. “Pergi!” titah Kayana pada bayangan yang melintas dalam otaknya sambil mengetuk kepala dengan tangan. Namun, tatapan Mela terhadap Dirza dan senyum Dirza yang terhadap Mela terus saja berada ada di dalam pikirnya enggan untuk pergi. Huh Kayana pun mencoba menarik nafas dalam-dalam lalu kemudian menghembuskan nafasnya secara perlahan agar menetralisir rasa panas dan juga sesak dalam hatinya dan hal itu pun sedikit berhasil ketika Kayana mengelus perutnya yang saat ini sudah terlihat. Kayana yang merasakan hal itu pun tersenyum senang. “
Setelah kesalahpahaman kecil yang terjadi. Kayana pun masih enggan untuk berbicara dengan Dirza. Lagi pula dalam diri Kayana pun tidak ada niatan sedikit pun untuk menjelaskan kesalahpahaman yang mungkin akan segera berlalu dalam waktu yang singkat. Akan tetapi hal itu membuat rasa percaya Kayana terhadap Dirza menjadi berkurang. Rasa yang pernah Kayana rasakan pun dengan perlahan Kayana akan melepaskannya. Apapun bentuk rasa itu. Peduli, suka, percaya dan segala unsur yang bisa membentuk perasaan cinta. Kayana akan membuang semua itu dan kembali menjadi Kayana yang dulu. Kayana yang tidak akan pernah mengenal sebuah cinta. "Kau marah?" tanya Dirza yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar Kayana yang saat ini sudah berbaring di tempat tidurnya. "Maaf...," ucap Dirza pelan. "Tadi ada sedikit masalah di kantor jadi saat Mela mengatakan itu aku langsung saja percaya tanpa mendengar penjelasanmu terlebih dahulu," jelas Dirza karena tidak mendapat balasan dari Kayana. "Untuk apa aku m
“Tunggu sebentar Mela, sungguh aku tidak mengerti akan sikapmu yang sekarang. Kenapa kau jadi seperti ini_” “Darimana kau bisa mengerti akan sikap seseorang Kayana. Bukannya dirimu tidak pernah memperhatikan sikap seseorang termasuk dirimu sendiri. Coba kau tanya,” potong Mela “Aku__” Kayana mencoba menjawab pertanyaan Mela namun lagi-lagi Mela kembali memotongnya. “Tidak. Jadi kau harus tau inilah sikapku yang sebenarnya.” “Mela. Tidakkah kau takut aku akan mengadukan sikapmu kepada Dirza dan mengatakan apa yang kau katakan padaku,” balas Kayana kesal karena Mela tidak mengizinkan dirinya berbicara dan Mela selalu saja menyela ucapannya. “Hahaha.” Mela yang mendengar Kayana akan mengadukan sikapnya kepada Dirza pun malah tertawa. Jika Kayana tidak bisa memahami sifat seseorang, maka berbanding balik dengan Mela yang begitu mengenal Kayana , dengan sikapnya yang tidak peduli dengan orang lain. “Silahkan saja aku tidak takut,” balas Mela pongah. Karena jawabnya adalah Mela tidak t
Dirza yang mendengar itu pun tersenyum manis. Ke arah Kayana. Sedangkan Kayana yang melihat senyum Dirza pun tersenyum dalam hati Karena berpikir Dirza akan percaya. Namun, kesenangan Kayana harus luntur tak kala mendengar ucapan Dirza. “Jangan jadikan dia alasan karena ke tidak sukaanmu padanya. Jika cemburu katakan cemburu,” ucap Dirza kemudian melepaskan tangan Kayana dan mengambil susu yang telah ia buat dan memerintah Kayana untuk meminumnya. Sedangkan setelah mendengar perkataan Dirza. Seketika mood Kayana benar-benar hancur dan enggan untuk membuka mulut untuk meminum susunya. “Ayo minum!” Perintah Dirza. Namun, Kayana malah membuang wajahnya ke arah samping enggan untuk menatap Dirza. “Kayana.” “Gak peduli!” ketus Kayana. “Jangan kekanak-kanakan.” “Kabulkan permintaannya atau jangan berharap kalau aku akan minum.” “Mela masih perlu waktu untuk pemulihannya,” bujuk Dirza supaya Kayana mengerti. “Aku tidak peduli. Yang dia inginkan hanya Mela untuk tidak tinggal di ruma
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....