“Tidak, Dirza!” sentak Kayana melepaskan tangan Dirza di kepalanya. “Aku tidak akan membiarkan dia pergi. Dokter itu tau apa tentang kuat atau tidaknya diriku. Yang merasakan itu semua aku. Dan sekarang sebaiknya kita pulang, aku baik-baik aja,” pinta Kayana dengan lirih. “Kayana, kita ikhlaskan dia. Mungkin tuhan lebih sayang padanya,” “Aku juga menyayanginya, Dirza. Aku ibunya. Aku tidak peduli dengan nyawaku yang aku inginkan hanya dia tidak dengan yang lain.” “Tapi.” “Cukup, sebaiknya kau pergi dan katakan pada, Dokter bahwa aku baik-baik aja,” tegas Kayana kemudian mengusap air matanya kasar dan mencoba bangun dari tidurnya. “KAYANA JANGAN GILA KAMU!” bantak Dirza karena tidak menyukai sikap Kayana yang terlalu berlebihan. “Aku gak peduli. dan kamu jangan sok peduli!” balas Kayana. Sementara orang yang diluar mendengar pertengkaran mereka pun masuk kedalam siapa lagi kalau bukan Adella disusul oleh Bryan. “Kamu mikir gak dengan kamu mengorbankan nyawa kamu. Apa m
“Ayo." Dirza pun tanpa ragu mengajak Firda untuk bertemu Kayana. Dirza berpikir bahwa Firda baik Kayana sudah lupa dengan mereka masing-masing. Mulai dari Firda yang telah berubah penampilannya dan Kayana yang memang tidak akan mengingat seseorang dengan lama jika itu tidak berhubungan dengan kepentingan bisnis atau pribadinya ditambah amnesia ringan yang dialami oleh Kayana. Ceklek. Suara pintu ruangan Kayana pun terbuka. Kayana yang mendengar itu pun menoleh dan melihat Dirza yang datang pun membuat Kayana berdecak kesal. Dalam hati Kayana kapan dirinya tidak melihat Dirza dalam hari-harinya. Kayana begitu bosan dengan sikap Dirza yang begitu mengekangnya. “Ini pesananmu,” kata Dirza kemudian menyiapkan makanan yang memang Kayana inginkan. Dan tanpa mereka sadari bahwa Firda memperhatikan sikap Dirza kepada Kayana yang begitu perhatian dari mulai membelikan makanan menyiapkan makanan dan menyuapi Kayana makan itu semua tidak luput dari perhatian Firda. “Ini yang namanya menjenguk
Sedangkan sikap Bryan sendiri hanya menaikan alisnya sebelah sebagai respon. Dalam hatinya Bryan bertanya. Untuk apa gadis bau kencur itu datang lagi. “Emm, pak dokter udah makan belum?” tanya Firda dengan senyum malu-malu. Sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. “Bukan urusan kamu,” jawab Bryan datar. “Kok pak dokter gitu sih, emang gak kangen gitu sama Firda yang dua hari ini gak ke sini?” “Enggak!” balasnya singkat. “Ih Kok pak dokter gitu sih padahal Firda kan kangen sama dokter,” sementara Bryan yang mendengar itu di buat jengkel. Dalam hati Bryan. Kenapa adik dan kakak berbeda sekali sifatnya yang satu tenang yang satu lagi berisik. “Kamu anak kecil sebaiknya belajar yang benar. Bukan godain pria dewasa seperti saya. Kamu itu bukan kriteria saya,” setelah mengatakan itu Bryan pun meninggalkan Firda begitu saja dengan perasaan yang dongkol karena di tolak secara tidak langsung. “Lihat saja nanti aku akan menjadi wanita dewasa yang akan membuat pak dokter tidak
“Della!” panggil Kayana. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, Kayana enggan memejamkan matanya padahal jam tidur Kayana sudah berlalu sejak sejam yang lalu. “Apa?” Jawab Adella yang kini tengah sibuk bermain ponsel. “Aku bosan. Bisakah kita besok pulang saja,” ujar Kayana. Adella yang mendengar keinginan Kayana pun menghentikan sejenak bermain sosial medianya. Dan menatap Kayana dengan tajam. “Sekali lagi kau bilang ingin pulang. Jangan harap kau bisa melihat aku di dunia ini Aya,” cetus Adella. “Kau terlalu berlebihan Adella. Aku hanya ingin pulang apa masalahnya,” “Tentu masalah. Kau masih ingat dengan perjanjian yang kau buat dengan Dirza di bagian pertama,” tutur Adella dengan kesal. “Tidak,” jawab Kayana santai. Adella yang mendengar itu menepuk dahinya pelan.”Kau! Ingin menyiksaku dengan kesalahan yang kau buat.” “Della." “Aku belum selesai!” potong Adella ketika Kayana akan mengatakan sesuatu. “Aku ingatkan ya. Aya, bahwa dirimu saat ini tenga
Senyum Kayana begitu cerah hari ini. Karena pada akhirnya ia bisa menghirup udara segar setelah satu bulan lamanya di rumah sakit."Bahagia banget," ucap Adella yang sedang membantu Kayana untuk duduk di kursi roda."Harus bahagia dong. Karena bisa pulang," jawab Kayana sambil menampilkan senyum manisnya. Tanpa tahu kemana ia akan pulang."Pulang. Emang situ punya rumah!""Della," ujar Kayana dengan cemberut karena Della sudah menyinggung keadaannya."Aku hanya bercanda. Sensitif banget sih bumil," ucap Adella. Kemudian mendorong kursi roda Kayana keluar. Sementara Dirza saat ini tengah membereskan barang-barang Kayana di rumah sakit.Selama diperjalanan Kayana tak berhenti tersenyum. Dirza yang melihat itu pun ikut tersenyum.Namun, senyum Kayana perlahan luntur ketika mobil yang akan membawanya pulang, bukan menuju apartemen Adella melainkan jalan yang berbeda. "Loh, bukannya apartemen Adella itu belok kanan ya. Kok ini ke kiri?" tanya Kayana penasaran."Kata siapa kita akan ke apa
Setelah mendengar perkataan Dirza tentang dirinya yang pernah menikah. Kayana pun bertanya-tanya dalam benaknya. Apa iya dirinya pernah menikah. Perasaannya mengatakan ia tidak pernah menikah dan jika pernah ia tidak melihat bukti apapun atau sejenisnya yang menunjukkan bahwa dirinya pernah menikah. Contoh foto pernikahan, surat-surat lainnya. Tapi itu tidak ada. Tapi Adella juga pernah mengatakan tentang pernikahannya. Tapi itu kapan dan dimana suaminya. Apa mereka telah bercerai? Hmm. “Aku pernah menikah?” tanya Kayana pada dirinya sendiri. “Tapi dengan siapa? Ah, kalau aku sudah pernah menikah kemungkinan Ayah tau. Tapi selama ini Ayah tidak pernah berkata apapun dan malah Ayah selalu meminta ku untuk berkenalan dengan beberapa pria pilihannya ck.” Kayana hanya bisa bertanya-tanya tanpa tau kemana dan sama siapa ia harus bertanya. “Apa sebaiknya aku minta Adella saja. Pasti dia tau,” dan setelah itu Kayana pun memutuskan untuk menghubungi Adella. Namun, sebelum itu terjadi. Ad
“Lalu jika ia bertanya kenapa aku bisa ada sini, apa yang harus aku jawab?” ucap Kayana meminta pendapat. Kayana malas berpikir karena dalam kondisi seperti ini. Kayana tidak boleh banyak pikiran itulah yang dianjurkan dokter. Jadi mulai saat ini Kayana akan memanfaatkan keberadaan Dirza dalam hal apapun. Ini sebagai bentuk hukuman bagi Dirza karena memperlakukan dirinya seperti orang yang sedang sekarat. Dan mulai saat ini Kayana akan melakukan hal itu. Termasuk pertanyaan yang ia ajukan barusan. Sedangkan Dirza yang mendengar itu memutar bola matanya gemas. Entah kenapa semenjak Kayana hamil itu sangat mempengaruhi kapasitas otaknya, dan hal itu malah sangat memudahkan Dirza memanfaatkan Kayana. Namun Dirza sedikit khawatir jika anaknya nanti akan sama seperti sikap Kayana yang sekarang. Namun, itu juga tidak buruk, mengingat sikap Kayana yang Dirza kenal empat tahun yang lalu begitu angkuh dan sampai sekarang, hanya saja yang membedakannya Kayana mudah sekali terpengaruh. “Ya kau
Hari sudah sore. Kayana pun bangun dari tidurnya. Kayana merasa cukup baginya untuk tidur, saatnya dirinya membersihkan diri. Tapi itu tidak mungkin ia melakukannya sendiri. Akhirnya Kayana pun memutuskan untuk memanggil Eliza. Untuk membantunya mandi. Setelah semua beres kini Kayana pun hanya tinggal menunggu temannya Mela untuk berkunjung kemari. Namun sampai hari sudah malam, Mela pun tak kunjung datang menemuinya. Hal itu membuat Kayana bertanya-tanya sebenarnya. Sahabatnya itu akan datang atau tidak. Karena tidak ingin penasaran akhirnya Kayana pun memutuskan untuk menghubungi Mela. “Hai,” sapa Kayana ketika panggilan telah tersambung. “Kapan kau akan kemari?” tanya Kayana. “Ouh sorry Kayana. Tadi sudah mau menemuimu namun, sepertinya aku salah alamat. Aku mencoba menghubungimu tapi ponselmu tidak aktif. Jadi ya sudah aku memutuskan ke rumah calon tunanganku," balasnya. Sementara Kayana yang mendengar penjelasan Mela pun sedikit tertegun. Di dalam hati Kayana ia merasa tidak
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....