“Sangat lega,” balas Kayana tersenyum. “Bagaimana?” Kayana yang mendengar suara lain pun menoleh. “Kau!” tunjuk Kayana ke arah Dirza yang tiba-tiba saja sudah ada di depan pintu ruangan dokter karina. Dan dirinya tidak habis pikir bagaimana bisa Dirza ada di sini. Apa mungkin Dirza mematai-matinya. Tapi apa iya, sampai segitunya. Kayana juga memiliki banyak pertanyaan. Bagaimana bisa ia tertipu dengan klinik yang ia bayar untuk menghilangkan bayinya. Sebenarnya saat itu ia yang tidak peka atau bodoh. “Sekarang kau ikut aku. Della, terimakasih sudah memberi tahu. Sekarang datang temui Surya dan bilang padanya jika bulan ini kau mendapatkan uang bonus dengan sesuai gajimu,” setelah mengatakan itu Dirza pun langsung saja menggendong Kayana dengan cara bride style. “Aaa!” Sementara Kayana yang mendapakan perlakuan seperti itu terkejut bukan main, hingga secara reflek mengalungkan kedua tangannya karena takut terjatuh “Aaa... Terimakasih pak,” Dan Adella yang mendengar itu pun men
"APA!" Teriak Kayana."Apa kau bilang? Ibu dari anak saya, tidak! Saya, hanya saya," tunjuk kayana pada dirinya dengan kata hanya saya ia tekanan menjelaskan bahwa hanya dirinyaTidak ada yang lain. "Jadi kau jangan berbicara sembarangan ya. Saya yang mengandungnya dan melahirkannya. Jadi yang akan menjadi ibunya itu hanya satu yaitu saya tidak ada yang lain tidak peduli jika kau itu ayahnya." Kayana tidak terima jika anaknya memanggil orang lain ibu. Selain dirinya. Apapun itu sebutannya. Bunda mommy mamah, Kayana tidak terima. "Kenapa? Tidak terima. Itu konsekuensinya karena kau sudah berniat menghilangkannya jika saja aku tidak mengetahuinya. Jadi jangan seolah-olah di sini kau tersakiti. Padahal di sinilah aku yang tersakiti karena berusaha kau pisahkan aku dengan anakku selamanya," balas Dirza. Kayana yang mendengar penuturan Dirza pun langsung saja beranjak dari duduknya dan meninggalkan Dirza di rumahnya, tidak peduli jika dirinya disebut tidak sopan atau apapun. Karena baginya
“Della!” teriak Kayana dari kamar mandi. “Awsss ahh,”ringis Kayana kesakitan. “Della,” Kayana yang sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya pun akhirnya pingsan dengan darah yang mengalir di daerah pahanya. Sementara Adella yang samar-samar mendengar Kayana memanggilnya pun segera menghentikan kegiatannya yang saat ini tengah masak untuk makan malam. “Aya!” Panggil Adella ketika tidak mendengar jawaban. “Aya!” panggilnya sekali lagi. Adella yang sangat penasaran pun segera membuka pintu kamar Kayana dan ketika membukanya Adella tak menemukan Kayana di tempat tidur atau di balkon pun memutuskan untuk mengetuk pintu kamar mandi yang terdengar suara air keran. “Aya apa kau ada di dalam? Ada apa kau memanggilku tadi?” Tok Tok Tok Adella pun mengetuk pintunya namun, Tak ada jawaban sama sekali. “Aya!” panggil Adella kemudian membuka pintu kamar mandi yang ternyata tidak terkunci. Dan setelah membukanya Adella pun melihat Kayana yang tergeletak di lantai dengan kondisi bersimbah d
"Kondisi rahim istri anda lemah. Bisa saja di pertahankan tapi itu tidak akan bertahan lama.” “Tapi, Dokter. Apa yang harus saya katakan jika anak kami telah tiada, Dokter?” tanya Dirza dengan mata yang sudah sangat merah. “Semua keputusan ada ditangan, anda kami tidak bisa memaksa tapi hanya bisa memberi saran yang terbaik untuk pasienya.” “Operasi itu saran yang terbaik. Apa dokter tidak bisa menyelamatkan keduanya,” “Maaf, Pak.” Dirza pun menunduk sambil meremas kertas persetujuan pengangkatan janin. “Sayang,” lirih Dirza. Kemudian meninggalkan ruangan dokter tersebut tanpa banyak kata. Dirza masih mempertimbangkan apa yang harus ia lakukan kedepannya. Sungguh Dirza tidak ingin kehilangan keduanya. Arghh Teriak Dirza sambil meninju tembok yang ada hingga buku-buku jarinya mengeluarkan darah. Adella yang melihat itu pun tak berani untuk mendekat. “Dirza!” Panggil seseorang berjas putih. Dia adalah Bryan teman Dirza yang baru Dirza kenal setelah operasi yang dilakuka
“Tidak, Dirza!” sentak Kayana melepaskan tangan Dirza di kepalanya. “Aku tidak akan membiarkan dia pergi. Dokter itu tau apa tentang kuat atau tidaknya diriku. Yang merasakan itu semua aku. Dan sekarang sebaiknya kita pulang, aku baik-baik aja,” pinta Kayana dengan lirih. “Kayana, kita ikhlaskan dia. Mungkin tuhan lebih sayang padanya,” “Aku juga menyayanginya, Dirza. Aku ibunya. Aku tidak peduli dengan nyawaku yang aku inginkan hanya dia tidak dengan yang lain.” “Tapi.” “Cukup, sebaiknya kau pergi dan katakan pada, Dokter bahwa aku baik-baik aja,” tegas Kayana kemudian mengusap air matanya kasar dan mencoba bangun dari tidurnya. “KAYANA JANGAN GILA KAMU!” bantak Dirza karena tidak menyukai sikap Kayana yang terlalu berlebihan. “Aku gak peduli. dan kamu jangan sok peduli!” balas Kayana. Sementara orang yang diluar mendengar pertengkaran mereka pun masuk kedalam siapa lagi kalau bukan Adella disusul oleh Bryan. “Kamu mikir gak dengan kamu mengorbankan nyawa kamu. Apa m
“Ayo." Dirza pun tanpa ragu mengajak Firda untuk bertemu Kayana. Dirza berpikir bahwa Firda baik Kayana sudah lupa dengan mereka masing-masing. Mulai dari Firda yang telah berubah penampilannya dan Kayana yang memang tidak akan mengingat seseorang dengan lama jika itu tidak berhubungan dengan kepentingan bisnis atau pribadinya ditambah amnesia ringan yang dialami oleh Kayana. Ceklek. Suara pintu ruangan Kayana pun terbuka. Kayana yang mendengar itu pun menoleh dan melihat Dirza yang datang pun membuat Kayana berdecak kesal. Dalam hati Kayana kapan dirinya tidak melihat Dirza dalam hari-harinya. Kayana begitu bosan dengan sikap Dirza yang begitu mengekangnya. “Ini pesananmu,” kata Dirza kemudian menyiapkan makanan yang memang Kayana inginkan. Dan tanpa mereka sadari bahwa Firda memperhatikan sikap Dirza kepada Kayana yang begitu perhatian dari mulai membelikan makanan menyiapkan makanan dan menyuapi Kayana makan itu semua tidak luput dari perhatian Firda. “Ini yang namanya menjenguk
Sedangkan sikap Bryan sendiri hanya menaikan alisnya sebelah sebagai respon. Dalam hatinya Bryan bertanya. Untuk apa gadis bau kencur itu datang lagi. “Emm, pak dokter udah makan belum?” tanya Firda dengan senyum malu-malu. Sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinganya. “Bukan urusan kamu,” jawab Bryan datar. “Kok pak dokter gitu sih, emang gak kangen gitu sama Firda yang dua hari ini gak ke sini?” “Enggak!” balasnya singkat. “Ih Kok pak dokter gitu sih padahal Firda kan kangen sama dokter,” sementara Bryan yang mendengar itu di buat jengkel. Dalam hati Bryan. Kenapa adik dan kakak berbeda sekali sifatnya yang satu tenang yang satu lagi berisik. “Kamu anak kecil sebaiknya belajar yang benar. Bukan godain pria dewasa seperti saya. Kamu itu bukan kriteria saya,” setelah mengatakan itu Bryan pun meninggalkan Firda begitu saja dengan perasaan yang dongkol karena di tolak secara tidak langsung. “Lihat saja nanti aku akan menjadi wanita dewasa yang akan membuat pak dokter tidak
“Della!” panggil Kayana. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Namun, Kayana enggan memejamkan matanya padahal jam tidur Kayana sudah berlalu sejak sejam yang lalu. “Apa?” Jawab Adella yang kini tengah sibuk bermain ponsel. “Aku bosan. Bisakah kita besok pulang saja,” ujar Kayana. Adella yang mendengar keinginan Kayana pun menghentikan sejenak bermain sosial medianya. Dan menatap Kayana dengan tajam. “Sekali lagi kau bilang ingin pulang. Jangan harap kau bisa melihat aku di dunia ini Aya,” cetus Adella. “Kau terlalu berlebihan Adella. Aku hanya ingin pulang apa masalahnya,” “Tentu masalah. Kau masih ingat dengan perjanjian yang kau buat dengan Dirza di bagian pertama,” tutur Adella dengan kesal. “Tidak,” jawab Kayana santai. Adella yang mendengar itu menepuk dahinya pelan.”Kau! Ingin menyiksaku dengan kesalahan yang kau buat.” “Della." “Aku belum selesai!” potong Adella ketika Kayana akan mengatakan sesuatu. “Aku ingatkan ya. Aya, bahwa dirimu saat ini tenga
Setelah acara pernikahan dadakan yang di buat Dirza selesai. Kini pengantin baru itu pun bersiap untuk masuk ke dalam kamar mereka untuk beristirahat."DIRZA!" teriak Kayana terkejut. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja Dirza menggendongnya tanpa mengatakan apapun."Aku tau kamu pasti lelah," kata Dirza.Kayana yang mendengar itu menundukkan kepalanya kepalanya. Ia ingin protes tapi Dirza sudah menyelanya terlebih dahulu."Jangan banyak protes," ucapnya dan hal itu membuat Kayana diam dan mengalungkan tangannya ke leher Dirza karena takut Dirza tiba-tiba saja menurunkannya.Dan selama diperjalanan menuju kamar mereka. Tanpa henti Kayana menatap Dirza dengan lekat. Begitu banyak perubahan yang terjadi pada diri Dirza terutama wajahnya. Mulai dari wajahnya, rahangnya yang kokoh yang di tumbuhi bulu bulu halus yang membuatnya terlihat lebih seksi. Dan entah kenapa Kayana ingin menyentuhnya. Tetapi rasa gengsinya leb
Perasaan Kayana saat ini sangat tegang. Apalagi ketika mereka akan melewati pintu aula. Kayana takut jika beberapa bodyguard Dirza ada yang mengenalinya. Setelah apa yang terjadi semalam tidak menutup kemungkinan Kecil jika pengawal Dirza mengenali dirinya."Tunggu!"Deg'Seketika langkah Kayana berhenti. Ketika penjaga pintu aula menahannya."Ada apa?" tanya Meisya."Maaf sebelumnya tapi kami harus mengecek kalian terlebih dahulu.""Apa yang kalian katakan. Mana mungkin calon pengantin harus diperiksa terlebih dahulu. Apa kalian ingin kehilangan kedua mata kalian karena melihat calon pengantin boss kalian terlebih dahulu sebelum boss kalian." kata Meisya membuat para bodyguard itu menelan ludah mereka kasar."Maafkan kami nona," ucapnya tertunduk malu. Kemudian para bodyguard itu pun membiarkan keduanya lewat begitu saja hingga akhirnya
Hari ini semesta sedang tidak berpihak kepada Kayana. Bagaimana tidak. Di saat Hati Kayana merasakan sesak setelah mengetahui kebenarannya. Saat ini langit terlihat cerah meskipun dimalam hari. Karena sinar rembulan dan bintang yang bertebaran di sana sebagai penghias langit sehingga malam ini menjadi begitu indah. Di tambah dengan angin malam yang halus mampu membuat menciptakan kedamaian di hari ini. Dan siapapun yang melihatnya seketika semua beban yang di tanggungnya hilang. Akan tetapi malam yang indah ini tidak mampu membuat hati Kayana merasa lebih baik.Malah Kayana berpikir jika saat ini semesta sedang menertawakan dirinya tentang penyesalannya. Dan mendukung Dirza dengan kebahagiaan yang akan dimulainya besok."kamu kenapa?" tanya Meisya. Ketika melihat Kayana yang sedang melamun sendiri di halaman rumahnya.Kayana yang menyadari bahwa ada Meisya menghampirinya pun masih diam enggan
"Maaf nona anda tidak bisa menyewa salah satu kamar di hotel ini," ucap sang resepsionis. "Tunggu apa maksudnya. Buakankah ini adalah hotel untuk umum. Lalu kenapa tidak bisa menyewa salah satu kamar yang ada di hotel ini," balas Kayana. "Maaf, tapi anda ada dalam daftar blacklist orang-orang yang tidak boleh menyewa hotel yang ada di Bali," jelas resepsionis tersebut memperlihatkan nama-nama yang telah di blacklist. Kayana yang melihat itu mengerjapkan matanya tidak percaya atas apa yang di lihatnya. Apa maksudnya kenapa ia berada dalam daftar burunoan memang hal kriminal apa yang telah dilakukannya. Sungguh Kayana tidak terima akan hal ini. Ia bukan kriminal atau lainnya. "Maaf mbak saya bukan kriminal atau buronan dan saya ke sini untuk liburan bukan jual diri. Tapi terimakasih atas informasinya, semoga anda bisa bertahan bekerja di hotel ini sampai besok pagi . Lagipula di sini masi
Lelah dengan semua yang telah terjadi. Akhirnya Dirza pun memutuskan akhir kisahnya. Ia tidak ingin terlalu banyak drama atau bertele-tele dalam mengatasi masalahnya saat ini. Ia lelah. Bukan hanya dirinya, tapi author yang sudah lelah jika harus memperpanjang kisahnya yang sebenarnya tidak akan pernah selesai ini.Mungkin jika orang yang mengetahui kisah tentangnya akan menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi, tanpa mau mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu tentang semua tindakan yang di ambilnya. Sama seperti Kayana yang percaya atas apa yang ia lihat dan dengar tanpa mau mengetahui kebenarannya."Lily sudah siap?" tamya Dirza."Siap Daddy!" ucap Lily sambil mengacungkan ibu jarinya.Kini keduanya telah siap dengan rencana Dirza yang telah ia susun kemarin. Setelah permintaan Lily yang menginginkan mommy baru untuknya. Dan juga Lily menginginkan Kayana
"Nona!" panggil sang asisten kepada Kayana yang saat ini tengah tertunduk sedih. Saat ini pandangannya kosong seolah-olah tidak ada kehidupan di dalamnya.Sehingga sang asisten yang melihat tingkah bossnya pun merasa khawatir. Tidak biasanya sang atasan berprilaku seperti itu. Kecuali saat lima tahun yang lalu. Saat menerima kenyataan jika sang ayahandanya telah meninggal. Dan ia baru mengetahuinya ketika ia baru saja bangun dari komanya. Dan itu adalah menjadi pukulan terbesar dalam hidupnya. Ia kehilangan orang yang sangat ia cintai dan juga mencintai dirinya. Hingga keinginan untuk mengakhiri hidup pun selalu muncul dalam dirinya untuk mengikuti keluarganya yang telah tiada. Jika saja dia tidak mengingatkan bahwa ada orang yang harus ia jaga dan lihat masa depannya yaitu putrinya."Nona!" sang asisten mencoba kembali memanggil Kayana. Sambil menepuk bahunya dan rupanya itu berhasil membuat Kayana sadar dari lamunannya.
"Kita pergi sekarang," titah Kayana kepada asistennya yang selama ini menemaninya. Dalam menjalankan rencananya. Yaitu misi balas dedam atas kematian keluarganya."Tapi nona ini bukan waktunya," selanya."Kita tidak bisa terus mengulur waktu. Dan lagi ini adalah kesempatan kita untuk membalasnya.""Baiklah saya percaya dengan anda nona."Setelah Kayana menyusun rencananya matang-matang kini ia pun bergegas pergi ke tempat yang menjadi tujuannya yaitu kantor Athara group.***BrukkkSuara dobrakan keras menghentikan kegiatan kedua insan yang saling bertautan mesra."Apa yang kalian lakukan tidak sopan sekali!" bentaknya. Kemudian ia pun mengalihkan perhatiannya."KAU!" ucapnya terkejut. Ketika melihat seseorang yang berani mengganggunya."Apa kabar?" tanyanya deng
Aku titip Lily sebentar," kata Dirza. "Mau kemana?" tanya Surya. "Aku akan memastikannya." "Itu tidak mungkin." "Lily tidak pernah berbohong." Setelah mengatakan itu Dirza pun pergi. Dan sesampainya di tempat kejadian. Dirza pun tidak melihat siapapun disana. Kecuali orang-orang yang sedang berlalu lalang. "Kayana....," Lirih Dirza. Kini pandangannya lurus kedepan. Berharap apa yang Lily lihat tadi, dirinya pun melihatnya. Tapi setelah beberapa menit Dirza berdiri. Ia tidak melihat siapa pun. Huhh Helaan nafas berat Dirza terdengar pelan. Kemudian dirinya pun memutuskan untuk kembali masuk ke kantornya. Dan mencoba mengabaikan apa yang Lily ucapkan. "Lily. Emang bener yang nolongin Lily itu tante cantik ini?" tanya Surya memastikan. Memperlihatkan foto Kaya
"Daddy!" panggil Lily. Saat ini keduanya tengah berada di sebuah pemakaman umum. Dirza sudah mengatakan akan membawa Lily ke suatu tempat dan tempat inilah yang akan Dirza tunjukkan."Daddy!""Sini sayang. Ini mommy." tunjuk Dirza pada pemakaman yang terawat rapih."Mommy." Lily pun menatap makam Kayana dengan lekat."Dan ini Kakek Lily." Dirza pun menuju makam di sebelahnya."Hmm." Lily yang di perlihatkan makam sang mommy pun mengerutkan keningnya."Kenapa Mommy dan kakek di sini. Kenapa gak sama kita Daddy.""Karena ini rumah mommy dan Kakek di sini.""Kalau rumah mommy di sini mana pintunya Daddy. Lily pengen masuk terus ketemu sama Mommy.""Gak bisa sayang. Rumah Mommy dan rumah kita itu berbeda.""Kenapa beda?""Karena....