Seorang pemuda yang rapi dan berkharisma masuk ke ruanganku. Perawakannya kelihatan cerdas, bijaksana, dan mudah bergaul. Dibanding manajer, dia lebih mirip seorang model."Danny!" Taufan mengenalkannya kepadaku. "Dia mampu memenuhi semua keinginanmu. Tapi ada satu hal yang perlu kamu ingat, kamu adalah milikku! Yang aku maksud keinginanmu adalah tuntunan dalam bidang pekerjaan."Wajahku sontak memerah, apakah Taufan tidak bisa membaca situasi? Dia selalu bersikap lancang dan berbicara seenaknya di hadapan orang lain.Aku bergumam kecil, "Apanya milikmu?"Danny tersenyum canggung sambil menggaruk kepalanya. "Bu Maya!""Apakah kamu bersedia melakukannya kalau aku memintamu untuk menyelidiki data-data atau informasi khusus?"Danny melirik Taufan, lalu menjawab pertanyaanku, "Aku sanggup melakukannya, termasuk menyelidiki kontrak."Waw! Meskipun terkesan sombong, aku menyukai jawabannya.Taufan tidak membiarkan aku dan Danny mengobrol terlalu banyak. Dia langsung memerintahkan Danny, "Bes
Setelah masuk ke dalam mobil, Taufan menghubungi sebuah restoran untuk memesan makan malam. Jantungku berdebar di sepanjang jalan, aku tidak berani menatapnya.Taufan merangkulku. "Hubungi orang tuamu, bilang nanti malam tidak bisa pulang."Nada bicara Taufan seakan sedang memerintahku.Aku tidak memiliki tenaga untuk membantah. Saat ini aku hanya ingin menikmati kehangatan pelukannya.Semua ketakutan dan kekhawatiranku lenyap setiap berada di dalam pelukannya.Kami kembali ke resor. Semua yang ada di sini membuatku merasa nyaman, tenang, dan rileks. Rasanya seperti berada di rumah sendiri.Pertanyaannya masih terngiang-ngiang di kepalaku. "Mau di sini atau di rumah?"Apakah ini adalah rumah kami berdua?Setelah makan malam, Taufan yang sudah tidak sabar pun langsung memeluk dan menciumku. Aku ingin menangis, penantian selama ini membuatku tersiksa, aku sangat merindukannya.Semua kerinduanku berubah menjadi suka cita. Aku tidak berani menatapnya, aku takut menyimpan terlalu banyak ken
Sesampainya di depan kantor, Taufan berpesan beberapa hal kepadaku. Aku mengingat semuanya, lalu berkata, "Kalau nggak sibuk, hubungi aku."Taufan tersenyum nakal sambil menggigit bibirku. "Ada kemajuan, sudah bisa menuntutku."Wajahku langsung terasa panas, aku membuka pintu mobil dan buru-buru pergi. Namun Taufan malah menarikku ke dalam dekapannya. Setelah puas, Taufan baru melepaskanku.Hari ini Danny bergabung di perusahaanku. Aku menaruh harapan besar kepadanya.Aku memanggil Shea sesaat masuk ke dalam ruangan. "Danny sudah datang?"Shea tersenyum riang. "Sudah. Kak Maya, lain kali kita harus merekrut karyawan seperti Danny. Ganteng banget."Aku tertawa mendengar ucapan Shea. "Kamu menyukainya?"Shea tersipu malu. Semua orang di dunia menyukai hal-hal yang enak dipandang, termasuk manusia.Aku dan Shea sudah akrab. Dia memutar bola mata sambil menjawabku dengan bercanda, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Bukannya kamu menyukai pria tampan? Aku kan belajar dari Kak May
Aku dan Harry sudah bercerai, tetapi kartu keluarga yang baru belum keluar.Untuk mengurus perpindahan sekolah Adele, aku harus menyertakan lampiran kartu keluarga. Setelah mempertimbangkan semuanya, aku terpaksa menghubungi Harry. Akan tetapi, malah Jasmine yang menjawab teleponku.Jasmine menjawab panggilanku dan langsung memakiku, "Kamu nggak tahu malu, ya? Masih berani menghubungi Harry?""Aku mau bicara dengan Harry," jawabku tenang."Bicara sama tembok!" Jasmine langsung menutup panggilannya.Sikap Jasmine membuatku kesal. Jika bukan demi Adele, aku pun tidak sudi menghubungi Harry. Hanya saja aku tidak memiliki pilihan lain, aku kembali meneleponnya.Jasmine menolak semua panggilanku. Akhirnya, aku terpaksa mendatangi perusahaan Harry.Ketika memasuki Gorgia Construction, aku melihat banyak wajah familier yang bekerja di sana. Mereka semua tersenyum canggung saat melihat kedatanganku. Aku tidak tertarik untuk meladeni mereka, lagi pula aku juga tidak pernah berpikir untuk memper
Aku tertegun selama beberapa menit.Akhirnya teriakan Jasmine yang menyadarkanku dari lamunan. "Kamu nggak dengar? Cepat pergi! Aku peringatkan, kamu dan anak haram itu jangan pernah mengganggu kehidupan kami lagi!"Aku menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkan tempat itu.Tiba-tiba Harry berteriak, "Maya ...."Aku tidak menghentikan langkahku. Sesaat membuka pintu, sekelompok karyawan yang sedang menguping langsung membubarkan diri.Sesampainya di mobil, aku duduk mematung selama beberapa saat. Tenggorokanku terasa pahit, tanganku bergetar memegang setir.Aku menggertakkan gigi dengan marah, aku tidak menyangka Harry tega membuang putrinya sendiri. Harry benar-benar telah berubah.Setelah menemui mereka, aku merasa seluruh tenagaku habis terkuras.Ponselku terus berdering, tetapi aku belum sanggup berbicara. Aku berusaha menenangkan diri, lalu baru menjawab panggilan tersebut."Kok lama jawab teleponnya?" Terdengar suara lembut di ujung telepon.Tangisan
Harry menatap aku dan Taufan yang beranjak pergi, dia masih berusaha mencerna semua yang terjadi.Dua hari kemudian, aku menyelesaikan serangkaian proses administrasi perpindahan sekolah Adele. Aku tinggal di daerah sini, jadi wajar saja aku memindahkan anakku ke sekolah ini.Ketika sedang mengunjungi kelas Adele, aku mendengar dua orang wanita yang bergosip di luar. "Bukannya kuota murid sudah penuh? Kok masih menerima siswa baru?""Kamu nggak tahu siapa murid baru itu?" tanya wanita yang lebih muda."Memangnya dia siapa?" Guru yang satu bertanya balik. Mereka berbisik-bisik, aku tidak mendengar jelas pembicaraannya.Aku hanya bisa melihat ekspresi guru yang begitu terkejut. Dia membelalak sampai menganga, aku tidak mengerti kenapa guru itu terlihat sangat kaget?Apakah Taufan menggunakan koneksi tertentu? Aku tidak mau berpikir terlalu banyak, memindahkan sekolah Adele adalah prioritas utama.Saat pulang sekolah, Adele menceritakan kegiatannya hari ini. "Mama, aku menyukai sekolah ya
"Harry, apa katamu?" Jasmine memelototi Harry. Dia mendengar ucapan Harry kepadaku.Aku muak melihat wajah Jasmine. "Silakan bertengkar di rumah, jangan membuat keributan di kantorku. Ini tempat kerja, bukan mengurus rumah tangga."Kebetulan Oscar masuk ke ruanganku sambil membawa setumpuk dokumen. Dia mengerutkan alis saat melihat ruanganku yang ramai.Shea bergegas mengulurkan tangan. "Pak Harry, silakan."Melihat satu per satu karyawan yang masuk ke ruanganku, Harry membalikkan badan dan pergi meninggalkan kantorku.Jasmine memelototiku. "Kamu menggodanya lagi? Maya, kamu nggak bisa hidup tanpa pria, ya? Cara apa lagi yang kamu gunakan untuk merayu Harry?"Aku mengambil selembar fotokopi kartu keluarga, lalu melemparkan dokumen asli ke kaki Jasmine. "Bawa pergi, jaga suamimu baik-baik. Jangan sampai direbut wanita lain."Amarah Jasmine langsung meledak saat melihat kartu keluarga yang aku lemparkan. "Bagus, bagus banget! Ternyata dia diam-diam mengantarkan kartu keluarga kepadamu. M
Teriakan Adele membangunkanku dari lamunan. "Mama, makan nggak boleh bicara. Kata Nenek, nggak bagus untuk pencernaan. Menjawab telepon saat makan salah, lho!"Aku tertawa mendengar omelan Adele. Aku bergegas menyimpan ponselku, lalu mencium pipinya. "Em, kamu benar."Aku lebih tenang setelah Taufan meneleponku. Tampaknya Taufan sudah memperhitungkan semuanya.Keesokan hari, Danny ke ruanganku sambil membawa sebuah kotak besar. "Bu Maya, gaun untukmu."Tadi malam Taufan mengatakan akan mengantarkan gaun pesta. Aku tidak menyangka dia benar-benar mengirimkannya.Danny meletakkan kotak tersebut ke atas sofa, lalu pamit dan pergi meninggalkan ruanganku.Aku penasaran, aku tidak sabar melihat gaun yang dikirimkan Taufan. Begitu membuka kotak tersebut, aku melihat sehelai gaun berwarna putih yang dihiasi berlian menyilaukan.Gaun ini seperti gaun di dalam dongeng. Aku tidak sabar ingin mengenakannya. Selam menjalin hubungan selama 10 tahun bersama Harry, aku tidak pernah membeli pakaian mah