Aku terkejut mendengarnya, aku tidak menyangka Luna mengajak Taufan."Tapi kayaknya Kak Taufan bakal terlambat, dia lagi di perjalanan pulang, baru dari Kota Linde. Kita nggak perlu menunggu dia. Ayo, kita makan duluan." Dia menjelaskan alasannya mengajak Taufan, "Ini juga mendadak, tadi Kak Taufan meneleponku untuk menanyakan aku mau makan apa. Aku bilang sudah terlanjur mengajakmu makan malam, terus dia malah mau ikut. Kamu nggak keberatan, 'kan?""Nggak." Aku menggelengkan kepala. Meskipun bibirku berkata tidak keberatan, sebenarnya aku merasa agak canggung. Hanya saja, aku tidak mungkin menolak kehadiran Taufan."Baguslah." Luna memberikan buku menu kepadaku. "Aku sudah pesan. Karena ini adalah pertama kalinya kita makan bersama, aku nggak tahu kamu suka makan apa. Jadi kamu pesan sendiri, ya!"Apakah aku salah menilai Luna? Aku merasa dia adalah wanita yang ramah. Hanya saja aku masih mengingat jelas ekspresinya yang dingin saat pertama kali bertemu. Dia memandang ke sekeliling de
Aku menatap Jasmine melalui cermin wastafel. "Kayak hantu, datang dan pergi tanpa diundang. Apa lagi yang kamu inginkan?""Hem! Maya, kamu benar-benar nggak tahu malu. Dia sudah punya pacar, kamu masih berusaha mendekatinya? Kamu nggak ngaca, ya? Memangnya janda sepertimu pantas bersanding sama bujangan?" Jasmine menyindirku."Memangnya kamu siapa sampai berhak menilai pantas atau nggak? Urus saja hidupmu sendiri!" Aku mengambil sehelai tisu, lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkannya.Melihat aku yang mengacuhkannya, dia maju untuk mengadang jalanku. "Wanita jalang! Aku ingin lihat sampai kapan kamu bisa berlagak. Cepat atau lambat hidupmu bakal hancur."Luna datang di saat Jasmine baru selesai bicara. Begitu melihat pertikaian di dalam toilet, Luna bergegas merangkul lenganku. "Bu Maya, ada apa?"Luna menatap Jasmine dengan sinis.Jasmine mengamati Luna dari ujung rambut sampai ke ujung kaki. Senyumannya seakan memiliki motif tersembunyi. "Hati-hati sama wanita ini, dia mau mer
Aku kelelahan dan duduk di sofa. Aku menatap langit-langit sambil melamun. Kukira semuanya akan berjalan lancar setelah aku dan Harry bercerai. Ternyata aku salah ....Bukannya mendapatkan kedamaian, aku malah terjerumus ke dalam pusaran yang lebih besar. Walaupun sudah berusaha, aku masih belum bisa melepaskan diri dari masalah ini.Aku tidak tahu apa yang diinginkan Harry dan Keluarga Sinjaya. Masalahnya bukan hanya Harry, aku merasa ada sebuah kekuatan besar yang coba menekanku. Aku meragukan diri sendiri, apakah semua keputusanku benar?Aku senang perusahaan mendapatkan kontrak kerja sama, tetapi di sisi lain aku merasa terperangkap. Apa pun yang terjadi, aku harus terus melangkah maju. Sudah tidak ada kesempatan untuk berbalik.Ibuku mengetahui kepulanganku, tetapi dia tidak mendengar aku masuk ke dalam kamar. Ibuku keluar dari kamar untuk mengecek keadaanku, dia kasihan melihat aku yang duduk tak berdaya di atas sofa.Ibuku menghampiri dan duduk di sampingku. "Maya, kamu kelelaha
Taufan tidak langsung menjawab pertanyaanku. Dari ujung telepon, aku dapat mendengar suara embusan napasnya.Setelah terdiam selama beberapa menit, akhirnya aku baru mendengar suaranya yang serak menjawab, "Sejak awal kamu memang merepotkanku, kehidupanmu telah memengaruhiku. Bagaimana?"Aku menggenggam erat ponselku, sejujurnya aku terkejut mendengar jawabannya. "Ta-Taufan .... Aku ....""Serahkan dirimu sebagai gantinya," jawab Taufan dengan nada mengejek.Pria ini membuatku kehabisan kata-kata. Dia masih bisa bercanda di saat seperti ini?"Kamu nggak bisa serius sedikit? Apakah kerja sama kita memengaruhi kariermu? Kalau begitu ... lebih baik kontraknya dibatalkan.""Sudah terlambat." Taufan menjawab secara frontal, "Cuma ada satu cara, jangan mengecewakanku!"Seluruh tenagaku telah habis terkuras, aku benar-benar lelah dan frustrasi."Kamu sudah mau tidur? Mau ketemu aku?" tanyanya perlahan.Jantungku berdebar kencang, otakku terasa kekurangan oksigen. Namun aku menahan dorongan ya
Sepanjang perjalanan aku memikirkan beberapa karyawan lama yang tersisa di perusahaan. Aku tidak merasa salah menilai orang, mereka semua memiliki hubungan yang baik denganku.Lantas siapa yang membocorkan informasi kepada Harry? Aku tidak menyangka Harry menggunakan cara yang tak terduga untuk menyerangku.Sesampainya di kantor, aku menelepon Taufan untuk memastikan informasi yang diberikan James. Akan tetapi ponsel Taufan tidak aktif, sepertinya dia sudah di pesawat.Ternyata James benar, tak berapa lama satu per satu vendor membuar keributan. Akhirnya aku dan Oscar membuat rencana baru. Oscar pergi mencari vendor, sementara aku bekerja di kantor. Harry hanya mengawasiku, dia tidak begitu memantau Oscar.Oscar pergi membawa dokumen-dokumen yang aku berikan. Selain aku, tak ada seorang pun yang mengetahui agenda Oscar. Bahkan aku tidak memberi tahu Shea.Harry telah merebut beberapa proyekku. Selama aku mengurus masalah di kantor, para pemasok mempermasalahkan beberapa proyek yang gag
"Baiklah, kita bertemu setelah kamu pulang." Di saat aku ingin menutup telepon, Luna melontarkan pertanyaan yang membuat aku tercengang."Bu Maya, kamu tidak tahu Bright Celestial mau berganti kepemilikan?" tanya Luna."Hah?" Aku tersentak mendengarnya. Jantungku berdegup kencang dan suaraku agak bergetar. "Ganti kepemilikan?""Oh, sudahlah. Kita bicarakan setelah aku pulang. Aku masih ada urusan." Luna malah tertawa kecil, lalu menutup teleponnya.Aku tidak mengerti maksud di balik tawanya. Aku kebingungan, apa maksudnya? Ganti kepemilikan? Ini adalah masalah yang besar. Tidak mudah bagi sebuah perusahaan besar untuk berganti kepemilikan. Sepertinya aku masih kurang memahami Bright Celestial.Pantas saja Taufan tiba-tiba pergi ke Negara Cado dan memperingatkan aku untuk menunggunya pulang. Akhirnya aku memahami maksud tawa Luna, dia mengira aku menghubunginya untuk mencari informasi.Ketika aku mengeluarkan ponsel untuk menelepon Fanny, malah nama Hana yang muncul di layar. Tumben Han
Aku meminta pendapat Hana. Sekarang aku 100% yakin dengan informasi yang diberikan James."Maksudku, kita nggak mungkin melawan Eternal Real Estate, tapi kita menyerang Harry." Hana tersenyum licik. "Perceraian kalian menjadi pembicaraan panas masyarakat. Apakah mungkin dia bakal membiarkanmu hidup tenang? Apakah dia rela? Begitu mendapatkan kekuasaan, kamu adalah orang pertama yang Harry injak.""Kamu benar. Sekarang dia menggunakan vendor perusahaan untuk mencekikku." Aku menghela napas panjang. Aku tahu Hana masih dendam kepada Harry, tetapi Harry dan Jasmine yang mencari masalah."Kamu nggak mungkin diam saja, 'kan? Sekarang aku tanya, apakah perusahaanmu masih bisa diselamatkan?" Hana menatapku dengan serius. "Aku tidak peduli apakah kamu menganggapku teman, tapi aku pasti akan membantumu karena masalah ini menyangkut Harry."Aku menggenggam tangan Hana sambil berkata, "Terima kasih."Akan tetapi aku tidak tahu bagaimana menjelaskan situasi Aurous Construction kepada Hana. Aku tid
Aku menatap Ongky sambil berusaha menahan emosi dan berpura-pura tenang. "Bagaimana dua hari ini?""Aduh, jangan ditanya lagi, mereka semua susah dihadapi. Sampai ke tagihan yang tidak seberapa pun diperhitungkan. Aku sudah bicara sampai berbusa-busa, semua tagihan itu punya Harry. Aku menyuruh mereka untuk menagihnya kepada Harry, tapi mereka malah bilang tidak peduli. Mereka tidak mau tahu, pokoknya perusahaan kita harus membayar tagihannya.""Ongky, kamu sudah bekerja keras." Aku kelihatan sangat mempercayai Ongky dan meminta pendapatnya. "Menurutmu apa yang mesti kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?""Menurutku Harry adalah pengecut. Pengadilan sudah memutuskan, harusnya dia mengakui kekalahannya, bukan malah menyerang seperti ini. Kita harus segera merampungkan kerja sama dengan vendor yang baru. Sebentar lagi konstruksi akan dimulai. Bu Maya, kamu harus segera membuat rencana baru.""Em, benar! Kayaknya aku harus mengalihkan proyek-proyek ini kepada sub-kontraktor. Setidakny