Share

Rahasia?

Author: HaluMutu
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Pagi-pagi sekali, Al-Faqir sudah menelpon saat aku sibuk mempersiapkan apa saja yang hendak kubeli untuk persiapan hari esok membuka jualanku di hari pertama.

"Baik, saya akan segera ke sana."

Aku semakin dirundung rasa penasaran apa yang akan ia sampaikan, bagaimana juga dia memiliki rahasia-rahasia itu semua.

Tanpa berpikir lama, aku akan menyelesaikan semua urusan penjualan nanti saja. Bisa dipikir sambil berjalan.

Sesampainya di ruko, betapa terkejutnya aku ternyata ruko sudah rapih, bersih, bahkan ada benner besar bertuliskan "Welcom Bu Mutia Zahira"

Siapa yang telah menyiapkan ini, aku jadi terharu dengan semuanya. Kuusap perlahan bekas air mataku, aku memang secengeng ini.

"Ehem."

Deheman itu, sepertinya aku mengenalnya. Aku menoleh, dan ternyata berdiri seorang berbadan tegap berambut ikal, dan bermata teduh.

"Saya Ibrahim," serunya memperkenalkan diri.

Aku sontak menurunkan pandangan, la
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sri Wahyuni
Blm tau siapa mutia sebentar lagi
goodnovel comment avatar
Ridho Boy
mantap, lanjut...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Bos Tajir?

    Saat tiba masanya, waktu yang kutunggu setelah menyiapkan beberapa hari. Tanpa disengaja sebelumnya, waktu potong pita untuk pembukaan pertama kali ruko-ku jatuh pada hari jumat. Ini benar-benar kebetulan yang insyaAllah akan membawa kebarakahan. Aamiin. Aku lekas mengabari orang-orang yang berada di jalanan, dari anak-anak hingga orang-orang lansia yang terlantar. Tak lupa pula kukabari ibu panti untuk mengajak anak-anak turut bergabung. Kupinta tiga pegawaiku untuk menyiapkan banyak makanan sebagai acara pembukaan warung makan ini sekaligus tasyakuran. "Apa ini tidak terlalu akan menghabiskan uang banyak, Buk? Sementara ibu Mutia kan baru mulai, orang jalanan itu tidak sedikit, Buk. Sekali mereka mendengar, pasti akan berduyun-duyun mendatangi tempat ini." Aku mengulas senyum, aku cukup paham arah pembicaraan pegawaiku, mereka mencemaskanku, tetapi aku yakin ini tidak akan pernah merugikanku, melainkan juga sebaliknya. "Tidak apa-a

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Memabukkan (Pusingan)

    "Kenapa bengong, dari tadi saya perhatikan kamu ngelamun. Ada apa?" tanya Ibrahim dengan nada menyelidik. Entah kenapa aku jadi merasa lebih nyaman jika panggil dia Al-Faqir. "Apa? Kamu perhatiin aku?" "Enggak, gak sengaja aja beberapa berpapas pandang, bengooong aja.""Hei, Al-Faqir. Kamu ini sebenernya siapa sih. Tiba-tiba nongol.""Ya, saya manusia. Seperti yang kamu dan orang-orang lihat.""Iya, tapi maksud aku tuh. Kenapa bisa gitu kamu mendapat amanah mengenai uang dan wasiat-wasiat itu, sebenernya orang itu siapa. Siapa yang sudah ngasih uang itu sama aku?" "Yang jelas, sekarang kamu harus bisa menggunakan itu dengan baik, kamu gunakan kesempatan ini."Pria di hadapanku sedang asik makan, ia berhenti mengunyah bahkan menyendok makanan di mangkuk setiap kali menjawab atau bertanya padaku. "Buk, terima kasih, ya," ucap tamu undangan bergantian. Mereka bersalaman, lalu pulang. Alhamdulillah, ak

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Nyinyir? Hati-hati Tersingkir!

    Setelah dari panti, waktu sudah menjelang senja. Kami sengaja berlama-lama di sana karena ada satu anak yang tidak mau ditinggal Ibrahim, dia menangis dan terus menempel di pangkuannya. "Betapa Ibrahim ini sangat penyayang, lihat saja ia seperti magnet yang mana besi-besi akan langsung menempel saat didekatinya," lirihku, sembari menyaksikan Ibrahim yang bermain riang dengan anak-anak panti, sesekali ia bercanda dan sesekali ia bercerita. "Bang Ibrahim, sering-sering ke sini, ya. Kami suka cerita-ceritanya."Pria itu mengulas senyum, maka dijadikannya sebuah bujukan agar dirinya bisa pamit pulang. Pandai juga rupanya mencari moment. "Nah, kalau pengen Bang Ibrahim sering ke sini, sekarang kalian harus bolehin abang pulang dulu, gimana?" Tampak anak berusia sekitar enam tahun itu kebingungan memutar bola manatanya mungkin tengah memahami maksud dari yang Ibrahim katakan. Tak lama berselang, ia berdiri dan mengiyakan kepergian kami.

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Pergi, Mas!

    Saat semua orang sibuk saling papas untuk berangkat bekerja, ada yang menggantung tas di pundaknya, ada pula yang memanggul karung yang entah apa isi di dalamnya. Aku turut bersama mereka hendak menyiapkan jualanku di hari pertama setelah kemarin resmi dibuka. "Bismillah, insyaAllah berkah."Sebuah mobil tiba di depan rumah, baru tadi malam aku memimpikan menaiki mobil seperti itu. Ada yang bilang, menaiki mobil itu adalah mimpi yang buruk, tetapi aku jadikan saja itu sebuah harapan, siapa tahu segera menjadi kenyataan. "Ibrahim," seruku saat keluar seorang pria berbadan semampai dengan kemeja biru. "Ini mobil, untuk kamu. Silakan kamu pakai."Aku mengernyitkan dahi, lama kelamaan orang ini agaknya suka sekali memberiku kejutan sehingga aku tidak percaya jika ini adalah wasiat ayah. "Tidak, aku tidak akan menerima apa-apa lagi sebelum aku benar-benar membaca surat wasiat itu.""Siang nanti, akan aku berikan."

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Menyesal?

    Pov AghaAku berdiri mematung terngiang-ngiang kalimat yang baru saja diucapkan mantan istriku dengan sangat sinis. Baru kali ini dia berkata kasar bahkan berani membentakku. Kurapatkan telapak tangan di dada, ini bukan hal biasa. 'Aku tidak akan pernah memaafkanmu seumur hidupku' Apa yang telah kulakukan, apa aku salah jika aku memilih meninggalkannya setelah semua yang dia perlakukan pada orangtuaku. Dia bahkan telah menghabiskan semua uang yang kukirimkan hanya untuk berfoya-foya, sementara saat aku datang ia bahkan enggan untuk berdandan. "Mutia, kenapa kamu harus melakukan hal ini padaku setelah aku memilihmu."Kupilin alis, dan duduk di kursi bekas Mutia tadi. "Siapa laki-laki yang telah bersamanya, apa benar dia selingkuhannya? Seharunya cukup aku, cukup aku yang melakukan hal ini padanya, dia yang telah berlaku buruk padaku. Seharusnya dia menyesal dan berusaha meminta maaf." "Mas Agha, ke mana sih, kok pind

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Malu di Depan Umum?

    "Apa maksud kamu permalukan aku di depan umum?!" "Loh, kenyataannya memang demikian kan, Mas? Kenapa Mas jadi nyalahin aku sih? Mas berlama-lama di cafe itu hanya untuk ketemu Mutia, kan. Dan Mas gengsi di hadapannya, pengan nampakin kalau Mas itu banyak duit, nyatanya? Mas itu pengangguran.""Karin!" Hampir saja kuayunkan tangan ke pipinya, hanya saja aku terngiang perkataan pria yang bersama Mutia tadi. Ah, siapa pria itu. "Hush, ada apa sih ini?" tanya wanita paruh baya yang itu adalah ibuku. Dia sedang bersama adikku menenteng beberapa tas belanjaan. "Ibuk datang dari mana?" "Ini lho, ibu sama Widya dari mall, ditraktir belanja sama Karin. Karin baik banget, lho. Kamu beruntung punya.""Hah, sudah. Kepalaku semakin pening ada di sini.""Loh, Gha. Jangan risau, ibuk juga beliin kamu kok.""Buk, ibuk tau kan kalau Agha sekarang itu pengangguran, kenapa ibuk belanja terus.""Ya ndak apa-a

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Tak Akan Kembali

    Kembali ke Pov Mutia"Mas Agha, sebenarnya aku tidak mau melakukan ini. Namun, maaf. Keluargamu sudah sangat keterlauan padaku." Kukirimkan sebuah vedio, di mana ManMer dengan Widya tiba-tiba datang bak orang kesambet, lalu mengacak-acak cafeku sehingga pengunjung berlarian. "Apa yang kalian lakukan?" "Ouh, jadi bener, ya. Ini cafe milik kamu? Jadi selama ini, kamu diam-diam sembunyikan uang Agha karena kamu tahu kamu akan diusir dari rumah kami? Keterlaluan."PlakAstaghfirullah, aku masih berusaha diam walau pipiku terasa begitu nyeri. Apa-apaan ini, mereka tau dari mana kalau ini cafeku. "Kalian tau dari mana kalau cafe ini milikku?""Tidak penting, sekarang sebaiknya kamu kembalikan semua uang yang sudah kamu ambil buat modal cafe ini. Jika perlu, kamu jual cafe ini dan serahkan semua uang itu pada kami.""Tidak," tangkasku. Kutarik napas dalam-dalam, setelah melihat langsung surat was

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Pemerasan!

    "Kamu sudah permalukan keluargaku. Dasar wanita tidak punya hati." Mas Agha ternyata belum juga bisa melihat kenyataan, padahal jika dia benar-benar mendengarkan video viral itu dengan baik, dia akan paham apa yang sebenarnya terjadi selama ini. Namun, sekuat apapun tenagaku, aku bisa lepas dari tangan Mas Agha yang saat ini tengah mencengeram lenganku. "Lepas, Mas. Lepas." "Tolong hentikan, lepaskan aku, Mas." "Tidak, rasakan ini. Kamu kan seorang janda, jadi pasti merindukan sentuhan bukan.""Berhenti, aku tidak sekeji itu, Mas. Tolong, Mas. Hiks hiks. Hentikan, katakan saja apa salahku.""Kamu masih bertanya apa salahmu? Gara-gara kamu ibuku mendapat cacian sedunia maya," hardik Mas Agha dan terus saja meluncurkan cacian dengan tangan mencengkeram lenganku. "Semua itu salah ibumu, dia yang datang ke cafeku. Kenapa aku yang disalahkan." "Berhenti omong kosong, aku tidak peduli."Apa mungkin Mas

Latest chapter

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Ciuman?

    "Tolong buka ikatan ini, aku mau salat. Aku belum salat," pintaku iba. Satu orang berbadan kekar dan tatapan tajam menyorot ke arahku. "Diam! Jangan pikir kami bodoh sehingga bisa kamu kibuli. Bos kami sebentar lagi datang, maka tugas kami akan selesai. Jadi jangan persulit tugas kami, paham?!" Aku tercekat, bagaimana ini. Aku harus berusaha tenang, mungkin saja Ibrahim sedang merencanakan kejutan yang berbeda. "Ibrahim, cepet dateng." "Siap, bos," seru seseorang dari luar. Betapa terperanjatnya aku saat ternyata yang masuk bukan Ibrahim, tapi justru Mas Agha. Mau apa lagi dia menciptakan kekacauan ini. "Lepas ikatannya," perintah Mas Agha disusul dengan salah satu pria berbaju hitam mendekat ke arahku. Aku menghembuskan napas lega saat terlepas dari belenggu tadi. Mas Agha benar-benar kekurangan pekerjaan tampaknya. Dengan satu isyarat pria-pria itu keluar meninggalkan kami. Kini tinggal aku juga Mas Agha. "Mas, apa sih mau kamu sampe tega berbuat seperti ini." "Tenang, Muti

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Pria Bertopeng

    "Mmm ... ya, aku mau," ujarku setelah menghela napas panjang. Siapa sangka, bahwa Ibrahim akan mengatakan ini sehingga dia membawaku pergi. Menurutku, sudah cukup kupertimbangkan. Ini salah satu solusi terbaik, tuk hindari Mas Agha dan keluarganya. Baru aku tahu sekarang ini, dan agaknya hanya terjadi padaku. Setelah Mas Agha meninggalkanku, lalu dia mengejarku. Wajah Ibrahim berubah semringah, tampak sekali sebuah isyarat bahwa dia sangat senang dengan jawabanku. Dengan membaca bismillah, insyaAllah aku tak akan salah langkah. Semoga semua ini menjadi wasilah aku dapat mengambil hikmah dan berpijak lebih gagah. "Terima kasih, Mutia. Jawaban itu yang sangat aku inginkan." Sungging senyum Ibrahim menambah keteduhan wajahnya, entah apa alasannya sehingga dia bersedia menungguku selama ini. Jika dilihat dari parasnya, dia melakukan ini bukan karena tidak laku. Namun, entah apa yang telah terjadi. Krukk, krukkMendadak hening. Taman yang ramai pun seakan menjadi senyap. Ibrahim mena

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Nikah? Jawab Sekarang?

    "Mutia, papa pengen melihat kalian itu segera menikah. Jadi kapan kira-kira kalian mau urus semuanya?" DeghAku jadi kikuk wajahku memanas. Dalam lubuk hatiku, aku sudah merasa sangat siap. Dipertimbangkan lagi, daripada Mas Agha dan keluarganya selalu saja meneror aku. Terlebih Karin. Padahal sudah sangat jelas bahwa tidak ada yang bisa diharapkan lagi dari sosok Mas Agha. "Mutia," seru papa Ibrahim. Aku menoleh ke arah Ibrahim yang justru melempar senyum padaku. "Ka-kalau Mutia, terserah Ibrahim saja, Pa." "Tuh kan, Him. Jawaban Mutia sudah kayak gitu kok, kenapa kamu masih minta papa buat nanya sama Mutia. Sebenernya ini semua tergantung kamu, kamu mau bergerak cepat apa enggak.""Betul, A Im harus bergerak cepat, gimana kalau nanti malah terlambat dan Mutia keburu diambil orang. Hayo, kehilangan lagi." Mama Ibrahim juga menyeru seraya menggoda putranya. Ibrahim tak henti-hentinya mengulas senyum sedari tadi, cukup aneh menurutku. "Ibrahim pasti akan secepatnya nikahin Mutia,

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Peristiwa Manis

    "Gimana sih kamu, Karin. Kok, Mutia baik-baik aja. Katanya kamu kirim makanan itu buat Mutia." "Karin juga gak tau, Buk. Ya mana kita tau coba kalau ternyata yang makan bukan si Mutia. Mantan istri Mas Agha yang masih dikejar-kejar terus itu. Iiih sebel." Aku menggeleng, tidak sengaja saat aku hendak mencari minuman, aku melihat ManMer dan Karin sedang berbincang di kursi rumah sakit. Bisa-bisanya mereka berniat mencelakai aku. "Oke, kita lihat siapa nanti yang akan menang." Aku berdehem berjalan dengan dada membusung dan kepala mendongak. Tepat sekali mereka duduk di sebelah tempat pembelian minuman. "Duh, cuaca di sini lagi panas nih. Pengen yang adem-adem," ironiku pada mereka, sejatinya aku kesal kenapa setega itu dan senekad itu. Padahah, semua bisa dibicarakan dengan cara baik-baik. ManMer berdiri, lalu disusul dengan Karin. "Ngapain kamu di sini?" Aku menyeringai. "Seharusnya Mutia yang tanya, kenapa Ibu sama Karin ada di sini? Oh, jangan-jangan makanan itu, kalian yang

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Racun

    "Bolehkah jika Mutia minta ijin bicara sama Ibrahim sebentar, Ma?" "Oh, boleh dong. Boleh banget kan ya, Pa." "Iya, pastinya." Aku pun mengajak Ibrahim ke pelataran belangak rumah. Tempat di mana menurutku hanya ada ketenangan, gemericik air jatuh ke kolam. Pemandangan langit turut membersamai. "Ini maksudnya apa, Him?" Ibrahim berdehem dengan posisi wajah mendongak, kedua tangannya ia lipat di dada. "Jika kamu tidak berkenan, jawab saja apa adanya. Aku akan terima semua jawabanmu." "Kalau kamu sendiri gimana? Apa kamu terima?""Aku rasa, kamu sudah tahu jawabannya." "Apa?" Ibrahim menoleh ke arahku, ia menatapku dengan sangat serius. Hingga, aku pun reflek salah tingkah. "Kamu tanya? Saat aku sudah beberapa kali menyatakan perasaanku dan kamu masih bertanya apa? Baiklah, dengan ini aku sudah memahami dan mendapatkan jawabanmu." Apakah pria itu juga bisa marah? Dia mendadak membalikkan badan, lalu meninggalkanku sendiri? "Him, argh."Aku mendengus pelan, dia benar-benar ke

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Inikah Bisikan Jodoh?

    "Terima kasih, Him. Gak mau mampir dulu?" "Enggak, Mutia. Kebetulan aku sudah ditunggu mami." Aku terperangah, orang tua Ibrahim sudah pulang? Kenapa dari tadi dia tidak cerita. "Oh, jadi aku gak penting sudah, ya. Sampai-sampai gak cerita nih." "Cerita apa?" "Sudah lah, apa kata kamu." Sungguh menjengkelkan saat Ibrahim langsung aja main ngacir tanpa berusaha memahami maksud pembicaraanku. "Dasar cowok!" Aku membalikkan badan, merasakan tubuh yang mulai menunjukkan protesnya. Ya, lelah. Aku letih, ditambah pikiran mengenai Mas Agha yang mendadak seperti anak ABG baru mulai mencintai seseorang saja. "Lucu, dulu aku dia buang dan sekarang dia kejar habis-habisan." Aku menggeleng sembari mendengus pelan. "Permisi, atas nama ibu Mutia?" seruan yang berasal dari arah belakang. Aku pun menoleh. Telah berdiri seorang kurir dengan seragam G*abnya. Aku mengangkat sebelah alisku, siapa yang pesan makanan. "Iya, Mas. Saya sendiri." "Ini, Mbak. Ada kiriman untuk Mbak dan sudah diba

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Paksaan Mantan?

    "Mutia, kamu gak mau gubris aku sama sekali? Ha?" ketus Mas Agha. Aku pun mendongak, lalu berhenti mengunyah. Ibrahim terkekeh, lalu melanjutkan makan kembali. "Ya ... siapa suruh Mas Agha gak mau pesen makanan juga. Coba aja Mas Agha tadi ikut makan. Atau, mau Mutia pesenin?" Saat aku hendak berdiri, Mas Agha mencekal lenganku. "Gak usah, Mutia. Cukup kamu di sini, anggap aku ada." Aku mendengus pelan, kuseka tangan Mas Agha. "Maaf, Mas. Kita bukan mahram." "Apa gak bisa jika kita menjadikan di antara kita boleh saling mendekat? Bahkan hingga jarak itu tidak ada. Aku ingin kita seperti dulu, Mutia. Aku sangat mencintaimu." Kalimat Mas Agha seperti hambar terdengar telinga. Terlebih untuk hatiku. "Tidak kah kita rujuk kembali, Mutia?" Mas Agha menggeser kursi yang tadi ia duduki, lalu membungkuk di hadapanku. "Mas, ngapain sih?" Aku berusaha melarang dan menyarankan Mas Agha untuk tidak melakukan itu. "Mas, plis jangan gini." "Tidak, Mutia. Aku mohon, tolong terima aku lagi.

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Pergi!

    "Kenapa kamu ada di sini, Mas? Kamu ikutin aku, ya?" sergahku saat melihat Mas Agha dengan santainya memindah kursi ke meja kami. Awalnya, hanya ada dua kursi untuk aku dan Ibrahim saja, akhirnya sekarang pun kami bertiga. Terlihat sorot mata Ibrahim yang tidak menyukai ini. Aku mendengus pelan. "Mas, jawab."Mas Agha justru membalikkan badannya ke arahku, aku mengernyitkan dahi saat mendapati hampir terkikis habis jarak di antara kami. "Salahkah jika aku ingin mengejar kembali cintaku? Hahaha, ya cinta setelah cinta. Apa sudah istilahnya, CLBK, cinta lama bersemi kembali." Tak lama berselang, Ibrahim berdiri. Aku khawatir dia akan marah. Namun, ternyata tidak. Dia justru memindahkan kursi yang tengah kududuki. Kuat juga nyalinya. Saat ini, tak bisa dipungkiri jarak pun kembali terbentuk di antara kami, khususnya aku dan Mas Agha. "Maaf, Agha. Jika kiranya kamu tak memiliki kepentingan pada Mutia, tolong pergi dari tempat ini. Aku ingin berbicara hal penting dengannya," pinta Ibr

  • Menantu yang Sengaja Dibuang   Kencan

    Aku sudah lelah untuk bertanya, biar saja Ibrahim mau membawaku ke mana. Pasrah saja. Aku memilih untuk menatap ke arah luar jendela. Baru kusadari semakin ke sini, pemandangannya semakin indah, sejuk, dan menyiratkan ketentraman. "MasyaAllah, sungguh indah pemandangan ini. Nikmat yang mana lagi yang aku dustakan." Aku pun melupakan pemikiran buruk mengenai pria di hadapanku yang tengah sibuk mengemudi. Memang sih, sikapnya berubah yang membuat pikiranku jadi traveling. Tetumbuhan hijau, gunung-gunung menjulang, langit yang sangat biru. Jalan beraspal, tak terlalu rikuh dengan kemacetan. Jalan hendak ke mana sih ini? Kenapa asing banget. Gimana gak asing, dulu hanya diam di panti, setelah menikah dikekang mertua. Dijual mertua dan ipar dengan diceritakan ke mana-mana. Bodohnya aku, aku selama ini hanya diam saja. Kepalaku jadi terputar pada masa lalu yang menyesakkan dada. "Huh, menantuku memang tak ada gunanya. Coba saja dulu aku menikahkan putraku dengan anakmu, Jeng," seru m

DMCA.com Protection Status